Kesediaan atau Ketidaksediaan Pengusaha Industri Batik Membayar Biaya Pengelolaan UPL

menunjukkan bahwa jika responden bekerja diluar sektor industri batik akan menerima keberadaan UPL tersebut karena responden sangat membutuhkan suatu keadaan lingkungan yang lebih baik, sedangkan responden yang bekerja sebagai buruh di industri batik tersebut diduga kurang begitu merespon keberadaan UPL atau kurang begitu merespon tentang keadaan lingkungan yang ada. Variabel jarak rumah dengan industri, semakin rumah responden dekat dengan industri, responden akan lebih merasakan atau melihat langsung dampak dari limbah tersebut, sehingga responden akan sangat membutuhkan UPL untuk mengolah limbah-limbah tersebut agar layak dibuang ke sungai dan tidak menimbulkan dampak-dampak yang sangat tidak baik untuk sekitar, sehingga jika semakin jauh rumah dengan industri diduga responden kurang begitu mengetahui dampak yang dilihat atau dirasakan karena jauh dari sumber limbah dan tidak membutuhkan keberadaan UPL. Variabel yang lain adalah besarnya biaya untuk mengurangi atau mencegah pencemaran, variabel ini dipilih dengan alasan jika ada biaya yang dikeluarkan responden semakin besar untuk mencegah adanya pencemaran, maka akan mempengaruhi responden untuk tidak menerima keberadaaan UPL.

4.4.2 Kesediaan atau Ketidaksediaan Pengusaha Industri Batik Membayar Biaya Pengelolaan UPL

Analisis yang digunakan adalah model regresi logit dimana variabel respon bersifat dikotomi, dengan model ini akan diduga peluang responden untuk memilih bersedia atau tidak bersedia membayar biaya pengelolaan UPL. Berdasarkan penelitian terdahulu dan teori yang berkaitan dengan WTP, maka bentuk persamaan regresi logit untuk responden pengusaha industri batik adalah sebagai berikut : L i = Peluang pengusaha bersedia membayar biaya pengelolaan UPL bernilai 1 jika “bersedia” dan bernilai 0 jika “tidak” β = Konstanta β 1, …, β 6 = Koefisien regresi PDDK = Tingkat pendidikantahun PDPT = Tingkat Pendapatan Rpbulan JT = Jumlah tanggungan orang LIMB = Kapasitas buangan limbah ke UPL perliter BIAYA = Biaya untuk pencemaran Rpbulan TAHU = Pengetahuan mengenai pencemaran bernilai 1 jika “tahu’’ bernilai 0 jika “tidak tahu’’ i = Responden ke I i=1,2,3,…n e = Galat Variabel tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan responden berarti menunjukkan responden peduli dan mengerti akan kelestarian lingkungan, sehingga akan mempengaruhi responden dalam kesediaannya membayar pengelolaan UPL untuk memperbaiki keadaan lingkungan yang rusak. Variabel tingkat pendapatan menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan responden, kebutuhan selain kebutuhan pokok akan menjadi prioritas responden, seperti kebutuhan akan lingkungan yang bersih dan sehat, sehingga akan membuat responden setuju membayar biaya pengelolaan UPL untuk memperbaiki keadaan lingkungan. Variabel jumlah buangan limbah diduga akan mempengaruhi secara positif pengusaha bersedia membayar biaya pengelolaan UPL untuk mengolah sisa limbah yang dibuang pengusaha, sehingga semakin banyak limbahnya, maka akan mempengaruhi responden untuk bersedia membayar biaya pengelolaan UPL. Variabel pengetahuan mengenai pencemaran berbeda dengan tingkat pendidikan, dalam variabel ini menjelaskan tentang tingkat pengetahuan responden mengenai dampak dari limbah, maka akan menunjukkan seberapa besar kepedulian responden terhadap lingkungan yang pada akhirnya mempengaruhi responden untuk membayar biaya pengelolaan UPL agar keadaan lingkungan terbebas dari pencemaran limbah. Variabel yang berpengaruh negatif adalah jumlah tanggungan, dan besanya biaya untuk mengurangi atau mencegah pencemaran, jadi semakin banyak jumlah tanggungan responden maka tingkat pengeluarannya juga akan semakin besar, sehingga akan mempengaruhi responden untuk tidak membayar biaya pengelolaan UPL dalam mengolah limbah. Variabel biaya untuk mengurangi pencemaran dipilih dengan alasan karena jika semakin besar biaya yang dikeluarkan responden untuk mencegah adanya pencemaran, akan mempengaruhi responden untuk tidak bersedia membayar biaya pengelolaan UPL karena sudah ada biaya yang responden keluarkan sendiri.

4.4.3 Analisis Nilai Kesediaan Membayar Pengusaha Batik terhadap Biaya Pengelolaan UPL

Dokumen yang terkait

PENAKSIRAN NILAI EKONOMI TAMAN WISATA LEMBAH HIJAU DENGAN PENDEKATAN : CONTINGENT VALUATION METHOD

7 56 78

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG LINGKUNGAN HIDUP (Studi Kasus di Kelurahan Jenggot, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan)

0 8 71

HUBUNGAN PRAKTEK PENCEGAHAN PENULARAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KELURAHAN JENGGOT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2015

0 18 114

Analisis willingness to accept masyarakat terhadap tempat pembuangan akhir sampah bantargebang dengan pendekatan contingent valuation method (kasus Kelurahan Udik Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi)

2 10 163

Analisis ekonomi lingkungan pengelolaan limbah industri kecil tapioka/aci: Pendekatan contingent valuation method (CVM) (Kasus Kelurahan Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor)

7 62 279

Perencanaan Lanskap Kawasan Industri Batik Rumah Tangga Di Kelurahan Jenggot Kota Pekalongan

1 9 80

Pemanfaatan Tenaga Kerja Anak pada Industri Batik di Kelurahan Buaran Kecamatan Pekalongan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan (Kasus di industri batik “Faaro” dan “Ghinata).

6 17 119

KESEDIAAN MEMBAYAR MITIGASI BANJIR DENGAN PENDEKATAN CONTINGENT VALUATION METHOD | Rusminah | JESP: Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan 1252 3516 1 SM

0 0 12

PARTISIPASI PENGRAJIN BATIK DALAM PENGELOLAAN LIMBAH DI WILAYAH INDUSTRI BATIK KELURAHAN JENGGOT KECAMATAN PEKALONGAN SELATAN -

0 2 51

BUDAYA HUKUM DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PENGUSAHA BATIK DALAM RANGKA MENANGGULANGI LIMBAH BATIK DI KOTA PEKALONGAN (Study Kasus Sosio Legal dan aspek ekonomi di Kota Pekalongan)

0 0 14