Perhitungan Koefisien Determinasi R Perhitungan Koefisien Determinasi Terkoreksi R Perhitungan Simpangan Baku s

kenormalan sisaan dan keaditifan model. Selain kriteria di atas, pertimbangan kepraktisan penggunaan model juga perlu diperhatikan.

a. Perhitungan Koefisien Determinasi R

2 Koefisien determinasi R 2 adalah perbandingan antara jumlah kuadrat regresi JKR dengan jumlah kuadrat total yang terkoreksi dan biasanya R 2 dinyatakan dalam persen . Nilai R 2 ini mencerminkan seberapa besar keragaman peubah tak bebas Y dapat dijelaskan oleh suatu peubah bebas X. nilai R 2 berkisar antar 0 sampai 100. Makin besar R 2 akan makin besar total keragaman yang dapat diterangkan oleh regresinya semakin tinggi keragaman peubah tak bebas Y dapat dijelaskan oleh peubah bebas X, berarti bahwa regresi yang diperoleh makin baik. Perhitungan besarnya nilai R 2 dapat dilakukan dengan rumus Walpole 1993 : R 2 = JKtotal JKregresi dengan JK total terkoreksi untuk rataan Ӻ Perhitungan nilai R 2 adalah untuk melihat tingkat ketelitian dan keeratan hubungan antara peubah bebas dan tidak bebas.

b. Perhitungan Koefisien Determinasi Terkoreksi R

2 adjusted Koefisien determinasi terkoreksi R a 2 adalah koefisien determinasi yang telah dikoreksi oleh derajat bebas dari JKS dan JKTT nya. Perhitungan koefisien determinasi terkoreksi ini dapat dilakukan dengan rumus Walpole 1993 : R adj 2 = 1- 100 1 u n JKTT p n JKS Dimana : JKS = Jumlah Kuadrat Sisa JKTT = Jumlah Kuadrat Total Terkoreksi n-p = dbs = derajat bebas sisaan n-1 = dbt = derajat bebas total Semakin tinggi R 2 adjusted semakin tinggi pula keeratan hubungan antara peubah tak bebas Y dan peubah bebas X.

c. Perhitungan Simpangan Baku s

Nilai simpangan baku ditentukan dengan rumus Walpole 1993 : s = p n Y Y i a ¦ 2 Dimana : s = simpangan baku Y a = nilai biomassa sesungguhnya Y i = nilai biomassa dugaan n-p = derajat bebas sisa. Simpangan baku adalah ukuran besarnya penyimpangan nilai dugaan terhadap nilai sebenarnya. Semakin kecil nilai s semakin mendekati aktual atau nilai yang sebenarnya. Selain kriteria nilai statistik, dilakukan juga uji validasi persamaan untuk menentukan persamaan alometrik yang terbaik. Kriteria yang diperhitungkan adalah nilai ketepatan dari suatu persamaan dalam menduga nilai yang sebenarnya. Semakin kecil nilai simpangan, maka penduga tersebut akan semakin tinggi ketepatannya. Semakin sempit sebaran simpangan maka akan semakin tinggi ketelitiannya dan semakin kecil kesalahan sistematiknya, maka penduga tersebut semakin tidak bias Muhdin 1999.

d. Uji nilai t

Dokumen yang terkait

Pengaruh Variasi Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Konsentrasi Rantai Panjang Polyisoprenoid Semai Mangrove Sejati Minor Berjenis Sekresi Xylocarpus granatum Koenig

0 50 63

Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Dan Komposisi Rantai Panjang Polyisoprenoid Semai Mangrove Sejati Minor Berjenis Sekresi Xylocarpus granatum Koenig

2 75 89

Potensi Limbah Kulit Buah Xylocarpus granatum Koenig. sebagai Inhibitor Tirosinase

1 17 43

Pengaruh Variasi Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Konsentrasi Rantai Panjang Polyisoprenoid Semai Mangrove Sejati Minor Berjenis Sekresi Xylocarpus granatum Koenig

0 0 11

Pengaruh Variasi Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Konsentrasi Rantai Panjang Polyisoprenoid Semai Mangrove Sejati Minor Berjenis Sekresi Xylocarpus granatum Koenig

0 1 10

Pengaruh Variasi Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Konsentrasi Rantai Panjang Polyisoprenoid Semai Mangrove Sejati Minor Berjenis Sekresi Xylocarpus granatum Koenig

0 0 10

Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Dan Komposisi Rantai Panjang Polyisoprenoid Semai Mangrove Sejati Minor Berjenis Sekresi Xylocarpus granatum Koenig

0 0 29

Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Dan Komposisi Rantai Panjang Polyisoprenoid Semai Mangrove Sejati Minor Berjenis Sekresi Xylocarpus granatum Koenig

0 0 13

Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Dan Komposisi Rantai Panjang Polyisoprenoid Semai Mangrove Sejati Minor Berjenis Sekresi Xylocarpus granatum Koenig

0 0 13

Estimation of aboveground tree biomass Toona sureni and Coffea arabica in agroforestry system of Simalungun, North Sumatra, Indonesia

0 0 6