BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah dan Letak
Secara administrasi pemerintahan, lokasi penelitian berada di wilayah kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, Propinsi Kalimantan Barat.
Sedangkan menurut wilayah administrasi Kehutanan, lokasi termasuk wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan BKPH Batu Ampar, Kesatuan
Pemangkuan Hutan KPH Batu Ampar. Lokasi berbatasan dengan selat Karimata di sebelah Barat, Kabupaten
Sanggau di sebelah Timur, Kabupaten Ketapang di sebelah Selatan dan di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sungai Kakap. Keberadaan lokasi penelitian
terdapat di Kecamatan Batu Ampar tepatnya di Pulau Padang Tikar Wilayah Koperasi Panter dengan status hutan berupa hutan produksi seluas ± 6.291 ha
yang secara geografis terletak pada 0 45’–1
10’ LS dan 109 10’–109
45’ BT LPP Mangrove 2000.
4.2 Topografi dan Tanah
Sebagian besar wilayah hutan mangrove merupakan wilayah dengan jenis tanah Aluvial Hidromorf kelabu dengan bahan dari bahan endapan liat, debu serta
fisiografi berupa daratan pasang surut pantaipesisir. Kandungan bahan organik tertinggi terdapat di wilayah Bunbun 7,78. Rasio kandungan karbon yang
lebih besar dari 12 terjadi di Muara Dabong yang menunjukkan bahwa proses humifikasi bahan organik kurang lancar dan membentuk humus masam.
4.3 Hidrooseanografi dan Kualitas air
4.3.1 Pasang surut
Amplitudo pasang surut air laut di lokasi studi mencapai 2–3 meter sehingga pertukaran massa air relatif besar dan berlangsung sangat cepat.
4.3.2 Salinitas
Hasil pengukuran terhadap kadar garam di perairan mangrove di lokasi studi menunjukkan nilai salinitas antara 7,6 sampai 22,0 ‰ yang merupakan
indikasi daerah payau sampai asin.
4.3.3 Kualitas air
Kekeruhan air berkisar antara 4,2–395 mgl. Nilai kekeruhan dan padatan tersuspensi tertinggi tercatat di perairan sungai Sruwet yaitu masing-masing 28,6
NTU dan 395 mgl, dimana padatan tersuspensinya sudah melewati ambang batas yang ditetapkan yaitu 80 mgl. Hal ini disebabkan oleh pelumpuran akibat
kegiatan pembukaan wilayah hutan di atasnya. Nilai pH terukur menunjukkan kualitas air masih dalam kondisi alami, yaitu
berada pada kisaran 7,4–7,9. sedangkan baku mutu untuk perairan air laut berkisar 6–9.
Kandungan oksigen terlarut berkisar antara 3,92–5,76. Kelarutan oksigen dalam air laut maksimum adalah sebesar 7,0 mgl pada suhu 27
C. Secara umum telah diketahui bahwa kandungan oksigen 4 mgl dapat mengganggu kehidupan
biota air. Nilai BOD hasil pengamatan menunjukkan nilai yang relatif rendah 0,78–2,3 mgl, hal ini disebabkan pertukaran masa air relatif cukup besar dan
berlangsung cepat mengingat amplitudo pasang surut air laut di daerah ini mencapai 2-3 meter.
4.4 Keanekaragaman Jenis
Vegetasi hutan primer di Batu Ampar ditemukan 4 jenis pohon yaitu : Tumu Bruguiera gymnorrhiza, Bakau Rhizophora apiculata, Blukap
Rhizophora mucronata, dan Nyirih Xylocarpus granatum. Secara umum vegetasi didominasi jenis Rhizophora apiculata.
4.5 Satwaliar
Terdapat 33 jenis burung dari 17 famili, 12 diantaranya dilindungi Undang-
Undang. Jenis khas hutan mangrove yang ada di hutan Batu Ampar antara lain raja udang, kuntul, kowak, blekok, bambangan, gajahan, pecuk ular dan 2 jenis
elang. Monyet ekor panjang Macaca fascicularis merupakan jenis mamalia yang
paling sering dijumpai langsung di pinggir sungai hutan mangrove secara berkelompok antara 2-6 ekor. Sedangkan bekantan Nasalis larvatus yang
merupakan jenis mamalia khas Kalimantan masih banyak terdapat di lokasi studi.