Gambar 9 Uji visual persamaan penduga biomassa daun terbaik: a Uji
visual kenormalan sisaan; b Uji visual keaditifan model.
5.2.5 Persamaan Alometrik Penduga Biomassa Total Pohon
Biomassa total pohon di atas tanah merupakan akumulasi dari
biomassa batang, biomassa cabang, biomassa ranting dan biomassa daun pohon nyirih. Pendugaan biomassa total pohon nyirih ini dilakukan dengan membentuk
sebuah model penduga biomassa total pohon bagian atas tanah dengan peubah- peubah seperti diameter D, diameter kuadrat D
2
dan tinggi pohon H dan H
bc
. Hasil penguji cobaan terhadap beberapa model penduga biomassa total pohon
dapat diamati dalam Tabel 24.
Residual Pe
rc e
n t
0,50 0,25
0,00 -0,25
-0,50
99 95
90 80
70 60
50 40
30 20
10 5
1
Tabel 24 Persamaan alometrik penduga biomassa total pohon nyirih
Jumlah Peubah
Bebas No.
Persamaan s R
2
R
2
adj t
hit
F
hit
1 B = 0,1832D
2,21
1,30 95,1 94,9 -
544,37 1
2 B = 97,9 - 13,8D + 0,748D
2
43,26 97,5 97,3 -
519,49 3
B = 0,1023D
1,87
H
0,635
1,25 96,6 96,4 2,18 385,82 2
4 B = 15,0+0,0227D
2
H 49,40 96,6 96,5
- 789,38
Ket : = berbeda nyata Į = 5
tn = tidak berbeda nyata Į = 5
Dari keempat persamaan dengan kriteria uji statistik yang tertera dalam Tabel 22, terlihat bahwa hanya ada 2 persamaan dengan yang memiliki nilai
simpangan yang kecil. Dalam pemilihan persamaan terbaik, harus ditentukan persamaan dengan performansi yang paling baik. Oleh karena itu dilakukan
pengurutan performansi untuk persamaan terbaik yang hasilnya dapat diamati pada Tabel 25.
Tabel 25 Urutan performansi persamaan penduga biomassa total pohon nyirih
Kriteria Jumlah Peubah
Bebas No. Persamaan
s R
2
adj Jumlah
1 B = 0,1832D
2,21
2 4
6 1
2 B = 97,9 - 13,8D + 0,748D
2
3 1
4 3
B = 0,1023D
1,87
H
0,635
1 3
4 2
4 B = 15,0+0,0227D
2
H 4
2 6
Berdasarkan kriteria uji statistik yang telah ditetapkan sebagai syarat dalam memilih persamaan penduga terbaik, maka dari persamaan-persamaan yang telah
diujicobakan ini, persamaan B = 0,102D
1,87
H
0,635
dan persamaan = 97,9 - 13,8D + 0,748D
2
merupakan persamaan terbaik yang memiliki performansi terbaik. Model yang terpilih ini akan lebih akurat di lapangan apabila nilai dugaan
yang dihasilkan tidak memiliki selisih yang besar dengan nilai biomassa sesungguhnya di lapangan. Untuk mengetahui ketepatan dugaan nilai biomassa ini
dilakukan uji validitas ketepatan nilai dugaan. Besar kecilnya selisih dugaan dengan nilai aktualnya diperlihatkan oleh nilai MAE. Nilai yang paling kecil
menunjukkan semakin kecilnya selisih dugaan dan nilai aktual. Hasil pengujian validasi terhadap persamaan-persamaan dapat diamati padad Tabel 26.
Tabel 26 Hasil uji validasi persamaan penduga biomassa total pohon nyirih
Jumlah Peubah Bebas
No. Persamaan
MAE Kg
SA SR
1 B = 0,1832D
2,21
29,15 -7,00 4,05 1
2 B = 97,9 - 13,8D + 0,748D
2
27,03 -0,51 1,26 3
B = 0,1023D
1,87
H
0,635
27,18 -4,12 2,53 2
4 B = 15,0+0,0227D
2
H 26,63 0,13 -2,54
Dari hasil pengujian ini, dapat dilihat bahwa nilai ketepatan dugaan yang diberikan oleh masing-masing persamaan bervariasi. Oleh karena itu dilakukan
pengurutan berdasarkan nilai MAE yang paling kecil sehingga dapat diketahui persamaan mana yang paling teliti. Setelah diurutkan diketahui bahwa persamaan
B = 15,0+0,0227D
2
H merupakan persamaan yang paling tepat dalam menduga biomassa total pohon dengan selisih nilai terhadap biomassa sebenarnya sebesar
26,63 kg. Dalam pendugaan biomassa ini, persamaan yang dipilih harus mampu
memenuhi syarat keefektifan, kemudahan, kepraktisan dan keefisienan, khususnya untuk kegiatan inventarisasi di lapangan. Oleh karena itu pada persamaan terpilih
dengan dua peubah bebas harus diperiksa dengan uji nilai t apakah penambahan peubah tinggi dalam persamaan signifikan meningkatkan ketelitian secara statistik
atau tidak. Hasil uji T menunjukkan nilai p sebesar 0,002. karena p 0,05 pada selang kepercayaan 95 . Hal ini berarti bahwa penambahan peubah tinggi dalam
persamaan ternyata memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan ketelitian dugaan biomassa total pohon nyirih.
Agar kegiatan pengumpulan data menjadi efektif, seharusnya persamaan yang digunkan adalah persaman dengan peubah yang lebih sedikit. Namun hal ini
akan mengurangi ketelitian dugaan. Besarnya ketelitian yang dikorbankan untuk memilih persamaan dengan satu peubah bebas dapat diketahui dengan melihat
selisih nilai R
2
adjusted. Jika dibandingkan dengan persamaan B = 0,1832D
2,21
pengurangan ketelitian dugaan persamaan dengan dua peubah bebas masing- masing sebesar 1,3 dan 1,6 . Jika memilih persamaan B = 0,1832D
2,21
sebagai persamaan terbaik, korbanan ketelitiannya tidak sebanding dengan kesulitan pengambilan data di lapangan. Oleh karena itu persamaan dengan satu
peubah bebas B = 0,1832D
2,21
dapat disimpulkan sebagai persaaan terbaik dalam menduga biomassa total pohon.
Selain pengujian yang telah dilakukan sebelumnya, secara visualisasi persamaan yang telah terpilih ini harus mampu memenuhi syarat uji yaitu uji
kenormalan sisaan dan uji keaditifan sebuah model. Uji visual ini dapat diamati pada Gambar 10a dan Gambar 10b. Pada Gambar 10a secara visual dapat dilihat
bahwa plot sisaan dengan normal probabilitasnya hampir membentuk sebuah garis lurus yang melewati titik nol. Hal ini berarti syarat uji visual kenormalan sisaan
terpenuhi. Sedangkan pada Gambar 10b, terlihat bahwa plot sisaan dengan nilai Y dugaannya menyebar acar dan tidak membentuk sebuah pola yang teratur
sehingga syarat uji visual keaditifannya terpenuhi.
Fitted Value Re
s id
u a
l
3,0 2,5
2,0 1,5
1,0 0,2
0,1 0,0
-0,1 -0,2
Residual Pe
rc e
n t
0,2 0,1
0,0 -0,1
-0,2
99 95
90 80
70 60
50 40
30 20
10 5
1
a b
Gambar 10 Uji visual persamaan penduga biomassa total pohon nyirih terbaik: a Uji visual kenormalan sisaan; b Uji visual keaditifan model.
Dari hasil pengujian statistik persamaan penduga biomassa untuk setiap bagian pohon nyirih dapat disimpulkan bahwa persamaan terbaik yang dipilih
semuanya adalah persamaan yang dibangun oleh satu peubahvariabel saja yaitu diameter pohon D. Dapat diamati pada setiap tabel kriteria uji statistik bahwa,
persamaan yang hanya dibangun oleh peubah diameter saja mampu memberikan performansi statistik dengan ketelitian yang tinggi. Persamaan ini mampu
menjelaskan keragaman data biomassa pohon secara maksimal. Hal ini disebabkan karena peubah diameter D dan tinggi total pohon H memiliki
korelasi yang cukup kuat dapat diamati dalam matrik korelasi Tabel 11. Sedangkan dalam sebuah persamaan regresi salah satu syarat yang harus dipenuhi
adalah semua variabel penyusun persamaan haruslah independen satu terhadap yang lainnya. Oleh sebab itu peubah diameter saja sudah mampu menjelaskan
sebagian besar data keragaman biomassa sehingga penambahan variabel tinggi total pohon dalam persamaan hanya akan menambah sedikit saja penjelasan
mengenai keragaman data biomassa.
5.3 Biomass Expansion Factor BEF
Biomass Expansion Factor BEF diartikan sebagai perbandingan antara biomassa bagian atas permukaan tanah total dengan biomassa yang dihitung
melalui data hasil inventarisasi volume biomassa batang. Nilai ini digunakan untuk mengkonversi biomassa batang ke biomassa total. Penggunaan nilai BEF
dalam mengestimasi biomassa pohontegakan hutan ini disebkan karena hampir seluruh data mengenai potensi suatu tegakan hutan dinyatakan dalam nilai
volumenya. Sehingga lebih efisien untuk mengkonversinya mengestimasi biomassa dengan menggunakan nilai faktor ekspansi ini. Adapun nilai BEF
pohon nyirih menurut kelas diameter baik dengan data hasil penimbangan maupun berdasarkan data volume pada tinggi total pohon dan tinggi bebas cabang pohon
dapat diamati pada Tabel 27. Tabel 27 Biomass Expansion Factor BEF pohon nyirih
Rata rata BEF No.
Kelas Diameter cm
Dengan Data Penimbangan Dengan Data
Volume 1
5 - 10 2,015
1,951 2
11 - 20 1,900
1,900