besar daripada kayu teras sehingga zat-zat penyusun kayu lebih kecil atau sedikit dengan rongga sel yang lebih besar.
5.1.3 Kerapatan kayu
Kerapatan kayu dalam penelitian ini hanya ditentukan untuk bagian batang saja. Hasil perhitungan kerapatan kayu pohon Nyirih dapat diamati pada Tabel 8.
Tabel 8 Kerapatan kayu pohon nyirih 11 pohon contoh
Kelas Diameter cm No. Pohon Diameter cm
Ulangan Kerapatan Kayu grcm
3
8 5,892 1
0,378 2
8,376 2 0,564
5 -10 5
10,573 3 0,436
3 12,102 1
0,463 11
15,287 2 0,489
11-20 4
19,745 3 0,548
12 21,656 1
0,539 1
25,000 2 0,494
21-30 24
30,127 3 0,666
31-40 14 32,166
1 0,591
41 13
49,363 2 0,600
Total 5,769 Rata - rata
0,524
Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa dari jenis-jenis pohon terpilih ini terdapat variasi nilai kerapatan kayu yang cukup nyata. Kerapatan kayu rata–rata
khususnya pada bagian batang pohon sebesar 0,524 gcm
3
. Kerapatan kayu pohon nyirih ini cenderung kecil pada kelas diameter 5–10 cm dan terus meningkat
seiring dengan peningkatan ukuran diameter pohon. Hal ini disebabkan karena semakin besar dimensi diameter pohon, diduga akan memiliki zat-zat penyusun
kayu dalam jumlah dan ukuran yang lebih besar pula. Dengan kondisi ini, menunjukkan adanya variasi horizontal dari setiap pohon berbeda.
Nilai kerapatan kayu nyirih dapat dikatakan lebih kecil jika dibandingkan dengan kerapatan kayu batang sesama jenis mangrove lainnya yaitu pada jenis
bakau Rhizophora spp. dan Bruguiera spp.. Berdasarkan penelitian Hilmi 2003 di Indragiri Hilir, Riau untuk jenis Rhizophora apiculata nilai berat jenis kayu
berkisar antara 0,75–0,84 gm
3
. Jenis Rhizophora mucronata juga memiliki nilai berat jenis yang hampir sama dengan jenis Rhizophora apiculata yaitu dengan
nilai berat jenis kayu sebesar 0,76–0, 89 gm
3
. Untuk jenis Bruguiera spp. Berat jenis kayu memiliki kisaran 0,72–0,78 gm
3
.
Pada dasarnya, nilai kerapatan kayu memiliki beberapa macam variasi nilai, baik variasi bagian–bagian dalam satu pohon, variasi antar pohon dalam satu jenis
dan variasi antar jenis pohon. Dalam pohon yang sama terjadi variasi vertikal yaitu semakin ke atas nilai kerapatannya menurun secara uniform. Hal ini
disebabkan karena makin ke atas kandungan ekstraktif akan semakin rendah. Di lain pihak, proporsi kayu juvenil dan kayu gubal semakin besar sedangkan
proporsi kayu terasnya semakin rendah. Berdasarkan variasi vertikal yang ditunjukkan, makin ke arah atas maka
pada pohon akan terjadi pengurangan nilai kerapatannya. Pengurangan ini disebabkan karena faktor mekanis dan biologis. Pada dasarnya tekanan besar
dapat menyebabkan kayu memiliki tingkat kerapatan yang tinggi, sehingga dapat menyebabkan kerapatannya lebih tinggi dibandingkan batang pohon yang lebih
atas. Hal ini disebabkan karena makin ke pangkal maka kandungan zat penyusun kayu yang mengisi dinding sel akan semakin banyak. Makin ke atas kehadiran
juvenil di sekitar empulur akan semakin besar, terutama pada bagian atas atau puncak pohon. Sehingga kerapatan kayu akan semakin randah Hilmi 2003.
Variasi di antara setiap jenis pohon dalam satu jenis dipengaruhi oleh lingkungan tempat tumbuh iklim, tanah, salinitas, lama genangan, jarak pohon,
faktor genetik dan arah tumbuh pohon. Menurut arah tumbuhnya, semakin ke Selatan dan Barat, nilai kerapatan kayu akan semakin besar. Hal ini dipengaruhi
oleh curah hujan dan sifat tanah.
5.1.4 Biomassa Pohon–pohon Contoh