Salah satu metode pendugaan secara tidak langsung adalah melalui pendekatan data volume data potensi hutan. Untuk mengestimasi besarnya biomassa dalam
suatu tegakan hutan jika diketahui data volumenya dapat dicari melalui nilai Biomass Expansion Factor BEF. Brown 1997 mendefinisikan Biomass
expansion factor sebagai perbandingan antara total berat kering tanur setiap bagian pohon di atas permukaan tanah terhadap berat kering tanur bagian batang
saja. Hubungan antara biomassa tebangan dan biomassa total pohon bervariasi
dan bergantung pada tipe hutan, umur tegakan, dan cara pemanenan. tebang pilih dan tebang habis atau tebang jalur juga pemasaran hasil hutan khususnya
pemasaran kayu pulpsisa log. Perbandingan TAGB terhadap biomass komersialnya yang dihasilkan dari beberapa penelitian berkisar antara 1,3-1,5
untuk hutan dengan umur masak tebang. Namun nilai perbandingan ini biasanya lebih kecil daripada faktor ekspansi expansion factors yang seharusnya
digunakan untuk hutan yang ditebang Snowdon et al. 2000. Dalam Tabel 2 dapat diamati beberapa nilai BEF yang dibedakan menurut tipe hutan dan sistem
tebang. Tabel 2 Nilai BEF pada beberapa hutan dengan tipe hutan dan tipe tebangan
yang berbeda
BEF Tipe hutan
Tipe tebangan kayu pulp
bukan kayu pulp tebang pilih
1,3 1,8
Hutan dengan kelembaban tinggi tebang jalur
1,7 2,9
tebang pilih 1,3
2,2 Hutan dengan kelembaban rendah
tebang jalur 2,0
5,0 Sumber : Snowdon et al. 2000
2.2 Studi Mengenai Alometrik Biomassa
Penyusunan model persamaan penaksiran biomassa dengan menggunakan teknik regresi dimaksudkan untuk mencari hubungan antar biomassa dengan
peubah penaksiran yang diperoleh pada pengukuran biomassa sejumlah pohon. Jumlah pohon contoh untuk pembuatan model alometrik bervariasi. Belum ada
pedoman yang pasti untuk menentukan jumlah pohon contoh yang memadai. Wiant et al 1977 seperti yang dikutip dalam Mikaelian dan Korzukhin 1997
dalam studinya menggunakan ukuran sampel masing-masing antara 19–22 pohon
untuk semua semua spesies. Dalam MacDicken 1997 menyebutkan bahwa tabel biomassa dapat disusun minimal menggunakan 30 pohon contoh terpilih untuk
tiap spesies, bahkan untuk tujuan tertentu 12 pohon saja sudah memadai. Persamaan Alometrik dapat digunakan untuk mengestimasi stok biomassa
pada vegetasi dengan jenis yang sama. Sekurang-kurangnya terdapat dua alasan yang membedakan persamaan-persamaan alometrik antara lain :
1. perbedaan struktur pohon
2. perbedaan ukuran pohon dengan kelas diameter pohon yang dikembangkan
dalam persamaan alometriknya. Persamaan alometrik spesifik digunakan untuk pohon dengan jenis yang
sama, memiliki kisaran ukuran yang tercakup dalam kelas ukuran persamaan tersebut dikembangkan dan spesifik pada lokasi tempat tumbuhnya. Persamaan
alometrik tidak akurat digunakan apabila syarat di atas tidak terpenuhi Snowdown et al. 2000.
Penelitian mengenai persamaan alometrik penduga biomassa telah banyak dikembangkan oleh para ahli. Umumnya persamaan yang telah disusun tersebut
adalah persamaan yang ditujukan untuk pohon-pohon hutan primer di daratan. Brown 1997 mengembangkan model persamaan penduga biomassa yang
dikelompokan berdasarkan curah hujan. Persamaan yang dikembangkan ini menggunakan parameter diameter setinggi dada 1,3 m dan tinggi total.
Persamaan-persamaan ini dapat diamati dalam Tabel 3. Tabel 3 Model alometrik penduga biomassa pohon menurut perbedaan curah
hujan lokasi
Tempat tumbuh curah hujan,mmtahun
Persamaan Alometrik Selang
diameter pohon contoh
cm Jumlah
pohon contoh
R
2
Kering 1500 mm Y=0,139D
2,32
5-40 28 0,89
Y=42,69-12,8D+1,242D
2
5-148 170 0,84
Y=0,118D
2,53
5-148 170 0,97
Lembab 1500-4000mm Y=0,092D
2,60
5-148 170 -
Y21,3-6,95D+0,74D
2
4-112 169 0,92
Basah 4000 mm Y=0,037D
1,89
H 4-112 169
0,9 Sumber : Brown 1997
Keterangan : Y = biomassa pohon kgpohon
D = diameter setinggi dada1,3 m cm H = tinggi m
Model alometrik biomassa pohon telah dikembangkan juga oleh Ogawa et al 1965 yang menghasilkan persamaan B
batang
= 0,0369D
2
H
0,9326
yang dapat digunakan untuk biomassa batang pada semua tipe hutan. Menurut Ogawa et al.
1965, penduga biomassa daun dapat menghasilkan kesalahan paling besar. Tersedia lebih dari 200 persamaan alometrik yang dapat digunakan untuk
menduga besarnya biomassa setiap komponen yang tersebar di seluruh dunia. Hanya saja distribusi spasial dan cakupan spesiesnya masih sangat terbatas.
Khusus di Indonesia persamaan penduga biomassa masih sangat terbatas. Pada Tabel 4 dapat diamati beberapa persamaan alometrik penduga biomassa yang
disusun berdasarkan biomassa pohon-pohon di Indonesia. Tabel 4 Persamaan alometrik berbagai jenis vegetasi hutan
No. Jenis Pohon
Persamaaan Alometrik Sumber
1 Pohon bercabang
B = 0.11ȡ D
2.62
Ketterings, 2001 2
Pohon tak bercabang B = ʌ40 ȡ H D
2
Hairiah, 2002 3
Nekromas B = ʌ40 ȡ H D
2
Hairiah, 2002 5 Pisang
B = 0.030 D
2.13
Arifin, 2001; Van Noordwijk, 2002 6 Sengon
B = 0.0272 D
2.831
Sugiarto ; Van Noordwijk, 2002 7 Palm
B = BA Hȡ Hairiah, 2000
8 Bambu B = 0.1312 D
2.278
Arifin, 2001 9
Mahoni B = 0,048D
2,68
Adinugroho, 2002 Sumber :
Rahayu et al. 2004.
Keterangan : B
= Biomassa kg pohon-1 H
= tinggi tanaman cm ȇ
= kerapatan kayu Mg m-3, kg dm-3 atau g cm-3 D
= diameter cm setinggi dada 1.3 m BA
= Basal Area cm-2
Model penduga biomassa untuk jenis-jenis pohon yang hidup di hutan mangrove di Indonesia telah dikembangkan oleh beberapa peneliti. Jenis vegetasi
mangrove yang telah tersedia persamaan penduga biomassa antara lain dari kelompok Rhizophora spp., Bruguiera spp. dan Avicennia spp. Rumus penduga
ini dikembangkan oleh Kusmana 1996 dengan mengambil lokasi penelitian di Kalimantan Timur. Rumus penduga pada beberapa kelompok vegetasi mangrove
ini dapat diamati dalam Tabel 5.
Tabel 5 Rumus penduga biomassa beberapa kelompok jenis mangrove di Kalimantan Timur
Rumus biomassa Bagian
tumbuhan Rhizophora spp.
Bruguiera spp. Avicennia spp.
Daun
5 253
, 1
10 610
, 1
1174 ,
3 1
1 x
D w
w = 565,657e
0,135D
-1 w = 0,00818D
2
H
0,8067
Batang
4 697
, 2
10 901
, 2
76 ,
1 1
x D
w
w = 13,2359e
131
D-1 w = 0,2563D
2
H
0,8534
Cabang
4 258
, 3
10 833
, 3
0047 ,
1 1
x D
w
w = 1,697e
0,179
D-1 Akar
tunjang
3 667
, 3
10 657
, 2
00129 ,
1 1
x D
w
Ground root
3 668
, 2
10 034
, 1
0634 ,
1 1
x D
w
w = 0,061D
2,619
Keterangan : w = Biomassa kg, D = Diameter cm, H = Tinggi total pohon m
2.3 Tinjauan Mengenai Jenis Nyirih Xylocarpus granatum Koenig 1784 dan Ekosistemnya