Kesimpulan Saran KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Persentase rata-rata biomassa pohon nyirih terbesar adalah pada bagian batang yaitu sebesar 52,5, diikuti dengan biomassa cabang sebesar 26, biomassa ranting sebesar 15,5dan yang paling kecil nilainya yaitu biomassa daun sebesar 6. 2. Persamaan alometrik terbaik untuk menduga biomassa pohon nyirih tiap bagian hanya terdiri dari satu peubah yaitu peubah diameter. Adapun persamaan untuk tiap bagian tersebut yaitu : a Biomassa batang : B btg = 0,0813D 2,28 b Biomassa cabang : B cbg = 0,0063D 2,78 c Biomassa ranting : B rtg = 0,1D 1,79 d Biomassa daun : B daun = 0,1076D 1,52 e Biomassa pohon : B total = 0,1832D 2,21 3. Nilai BEF pohon nyirih yang dihasilkan adalah adalah 1,806 untuk pendugaan biomassa total berdasarkan data penimbangan langsung dan senilai 1,737 dari data volume pohon. Dapat disimpulkan bahwa pohon nyirih ini memiliki percabangan yang banyak. Peningkatan ukuran diameter pohon menyebabkan nilai BEF juga semakin kecil.

6.2 Saran

Berdasarkan penelitian yaang telah dilakukan dan pertimbangan kegunaan data biomassa untuk kegiatan pelestarian hutan khususnya pada hutan mangrove, maka saran penulis adalah sebagai berikut : 1. Perlu dilakukan penelitian mengenai persamaan penduga biomassa untuk jenis tanaman mangrove yang lainnya untuk memperkaya ketersediaan model penduga biomassa yang dapat mempermudah kegiatan pendugaan cadangan karbon dalam suatu tegakan mangrove yang terdiri dari berbagai jenis tanaman mangrove yang berbeda. 2. Penelitian dengan rentang diameter yang lebih teratur serta mencakup ukuran diameter maksimal agar pendugaan dengan diameter dengan diameter yang besar pun dapat dilakukan. 3. Pembuatan persamaan penduga biomassa dikaitkan dengan faktor-faktor lingkungan tempat tumbuh seperti salinitas, lokasi dengan waktulama waktu durasi penggenangan yang berbeda, dan sebagainya. DAFTAR PUSTAKA Adinugroho WC. 2002. Model penaksiran biomassa pohon mahoni Swietenia macrophylla di Kesatuan Pemangkuan Hutan Cianjur PT. Perhutani Unit III Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bengen, DG. 2002. Pengenalan dan pengelolaan ekosistem mangrove. PKSPL- IPB Brown S. 1997. Estimating biomass and biomass change of tropical forests : a primer. Rome, Italy: FAO Forestry paper 134. Draper N, Smith H. 1992. Analisis regresi terapan edisi kedua. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Eamus D, McGuinness K, Burrows W. 2000. Review of allometric relationships for estimating woody biomass for Queensland, the Northern territory and Western Australia. National Carbon Accounting System Technical Report No. 5a. Eong OJ, Khoon GW, Hoong WC. 1980. Studies on organic productivity and nutrient cycling in mangrove forest. Penang : School Of Biological Sciences University Sains Malaysia. Haygreen JG, Bowyer JL. 1989. Hafikusumo SA, penerjemah; Prawirohatmodjo, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada Uneversity Press. Terjemahan dari: Forest product and wood science, an introduction. I. Heriansyah I. 2005. Potensi pengembangan energi dari biomassa hutan di Indonesia. Inovasi online Vol.5XVIINovember 2005. http:io.ppi-jepang.orgarticle.php?id=108 [25 Mar 2008]. Hilmi E. 2003. Model penduga kandungan karbon pada pohon kelompok jenis Rhizophora spp. dan Bruguiera spp. dalam tegakan hutan mangrove studi kasus di Indragiri Ilir Riau [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Imanudin R, Wahjono D. 2002. Penentuan panjang seksi batang optimal dalam penggunaan volume pohon nyatoh Palaquium lobbianum Burck. Buletin penelitian hutan No. 631 : 48 - 55 [IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2003. Good practise guidance for land use, landuse chnge and forestry. Penman J. et al., editor. IPCC National Greenhouse Gas Inventories Programme. Kusmana C. 1996. An estimation of above and below ground tree biomass of a mangrove forest in East Kalimantan, Indonesia. Bogor: Bogor Agricultural University. [LPPM] Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove. 2000. Kegiatan penyusunan rancangan teknis usaha pengusahaan hutan alam produksi oleh masyarakat Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Pontianak Propinsi Kalimantan Barat. Bogor: LPP Mangrove. MacDicken KG. 1997. A guide to monitoring carbon storage in forestry and agroforestry projects. USA: Winrock International Institute for Agricultural Development. Muhdin. 1999. Analisis beberapa rumus penduga volume log : studi kasus pada jenis Meranti Shorea spp. di areal PT. Siak Raya Timber, Propinsi Riau. Jurnal manajemen hutan tropika, Vol. V, No. 2 : 33-44. Noordwijk M, Mulia R, Hairiah K. 2004. Estimasi biomasa pohon di atas dan di bawah permukaan tanah dalam sistem agroforestri: analisis cabang fungsional Functional Branch Analysis, FBA untuk membuat persamaan alometrik pohon. http:www.worldagroforestrycentre.orgseaproductsAf modelsWanFBAdownloadg.PDF. 25 Maret 2008 Ola adam BA. 1993. Effect of spacing on biomass distribution and nutrient content of Tectona grandis linn F. teak and Terminalia uperba engl diels apara in south – western nigeria . Forest Ecology And Management, 58 : 299 – 319. Porte A, Trichet P, Bert D, Loustau D. 2002. Allometric relationship for branch and tree woody biomass of maritime pine Pinus pinaster Ait. Forest ecology and Management. 158 2002 : 71 – 83. Rahayu S, Lusiana B, Noordjwijk MV. 2004. Pendugaan cadangan karbon di atas permukaan tanah pada berbagai sistem penggunaan lahan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur. http:www.worldagroforestrycenter.orgseapublicationsfilesjournalTA 0022-04.PDF. 25 Maret 2008 Romansah D. 1999. Penentuan biomassa di atas tanah pada ekosistem hutan rawa gambut studi kasus di HPH PT Diamond Raya Timber, Propinsi Dati I Riau. [skripsi] Bogor: Fakultas kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Snowdon P, Eamus D, Gibbons P, Khanna P, Keith H, Raison J, Kirschbaum M. 2000. Synthesis of allometrics, review of root biomass and design of future woody biomass sampling strategies. National carbon accounting system technical report No. 17. Soemarwoto, O. 2001. Pengelolan SDA hayati alami kegagalan. Lokakarya nasional strategi pengelolaan SDA dalam era otonomi daerah. Suara Pembaruan, 16 Juni 2001. Supratman I.1994. Model persamaan penduga biomassa bagian pohon berkayu jenis Rhizophora spp. dan Bruguiera spp. Di hutan mangrove Kalimantan Timur studi kasus di kawasan HPH PT. Karyasa Kencana. [skripsi] Bogor: Fakultas kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Ter-Mikaelian MT, Korzukhin MD. 1997. Biomass equations for sixty-five North American tree species. Forest Ecological and Management 971997 1-24. Walpole ER. 1993. Pengantar statistika edisi ke-3. Jakarta: Gramedia. Wicaksono D. 2004. Penaksiran potensi biomassa pada hutan tanaman Mangium Acacia mangium Willd. kasus hutan tanaman PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Lampiran 1 Uji sampel Kerapatan Kayu Lampiran 2 Perhitungan Biomassa batang dengan Pendekatan Volume No. Pohon KD cm Volume m3 Kerapatan m 3 kg Biomassa kg 1 25 0,473 524,4299 247,967 2 8,376 0,03 524,4299 17,021 3 12,102 0,058 524,4299 30,214 4 19,745 0,076 524,4299 40,046 5 10,573 0,038 524,4299 19,785 6 7,643 0,012 524,4299 6,572 7 9,236 0,031 524,4299 16,347 8 5,892 0,009 524,4299 4,961 9 12,102 0,065 524,4299 34,238 10 7,293 0,014 524,4299 7,1574 11 15,287 0,086 524,4299 45,278 12 21,656 0,172 524,4299 90,485 13 49,363 1,029 524,4299 539,549 14 32,166 0,504 524,4299 264,153 15 41,401 1,030 524,4299 540,284 16 26,115 0,244 524,4299 128,115 17 16,242 0,131 524,4299 68,489 18 16,242 0,127 524,4299 66,761 19 22,611 0,151 524,4299 79,141 20 10,191 0,029 524,4299 15,361 21 24,204 0,244 524,4299 127,761 22 21,019 0,121 524,4299 63,507 23 11,146 0,033 524,4299 17,251 24 30,127 0,385 524,4299 201,880 25 23,248 0,211 524,4299 110,556 26 14,650 0,101 524,4299 52,879 27 12,102 0,027 524,4299 14,323 28 16,083 0,073 524,4299 38,528 29 17,197 0,177 524,4299 92,858 30 14,650 0,062 524,4299 32,709 Ulangan Berat basah gr Volume Basah cm 3 Berat Kering gr Kerapatan cm 3 gr 1 8,633 8 4,382 0,548 2 8,142 8 3,489 0,436 3 6,667 8 3,023 0,378 4 8,134 8 3,705 0,463 5 9,555 8 4,386 0,548 6 8,707 8 3,910 0,489 7 8,049 8 3,949 0,494 8 9,222 8 4,314 0,539 9 9,751 8 5,326 0,666 10 8,844 8 4,801 0,600 11 8,804 8 4,731 0,591 TOTAL 5,752 Rata-rata 0,523 Lampiran 3 Uji Sampel Kadar Air Berat Basah gram Berat Kering Kg Kadar Air Ulangan daun ranting cabang batang daun ranting cabang batang daun ranting cabang batang 1 300 300 323,4 8,63 105,57 476,45 180,5 4,38 184,17 34,67 79,17 97,38 2 300 300 140 8,14 139,48 392,23 66,1 3,49 115,08 71,26 111,807 134,36 3 300 300 160 6,67 84,75 362,8 68,5 3,02 253,98 118,52 133,58 123,84 4 300 300 350 8,13 128,98 271,8 164,6 3,70 132,59 95,81 112,64 121,63 5 300 300 150 9,56 99,73 492,25 71,2 4,39 200,81 71,51 110,67 118,60 6 300 300 55 8,71 87,85 442,43 21,5 3,91 241,49 36,23 155,81 117,59 7 300 300 170 8,05 131,9 340,4 80,9 3,95 127,45 90,69 110,14 103,72 8 300 300 230 9,22 178,19 280,7 115,3 4,31 68,36 53,33 99,48 116,69 9 300 300 3050 9,75 101,2 434,13 1560,665 5,33 196,44 41,34 95,43 83,70 10 300 300 760 8,84 116,75 486,75 454,9 4,80 156,96 66,26 67,07 87,81 11 300 300 2340 8,80 126,38 499,1 1188,519 4,73 137,38 44,40 96,88 85,54 Lampiran 4 Data dimensi pohon contoh dan nilai biomassa bagian-bagian pohon contoh Biomassa Kg BEF No. Pohon Dbh cm Kelas Diameter cm H m Hbc m daun ranting cabang batang total H Hbc 1 25 21-30 21,9 2 12,265 22,615 68,488 205,271 308,639 1,504 3,485 2 8,38 5- 10 9,5 1,76 4,906 3,920 6,050 20,407 35,283 1,729 3,467 3 12,10 11-20 10,4 1,6 10,756 8,744 6,534 28,090 54,124 1,927 3,253 4 19,75 11-20 9,07 2,2 16,228 26,233 25,411 56,420 124,292 2,203 2,618 5 10,57 5-10 10,9 2 6,604 10,433 7,744 19,927 44,709 2,244 5,676 6 7,64 5-10 4,9 2 2,264 4,825 1,839 6,242 15,170 2,430 2,953 7 9,27 5-10 9,6 2,1 3,019 3,618 1,452 12,964 21,054 1,624 2,345 8 5,89 5-1 7,7 3,1 0,943 1,809 0,726 4,081 7,560 1,852 2,033 9 12,10 11-20 10,9 2,3 7,925 14,474 10,890 30,971 64,260 2,075 3,854 10 7,29 5-10 8,8 3 0,943 3,618 1,210 6,242 12,014 1,925 2,411 11 15,29 11-20 14,5 1,6 8,680 25,329 27,347 34,092 95,447 2,800 6,298 12 21,66 21-30 10,78 2 7,359 19,901 34,607 80,668 142,535 1,767 3,416 13 49,36 41 21,6 1,5 56,420 271,983 532,172 465,761 1326,337 2,848 9,279 14 32,17 31-40 15,1 2 22,455 44,024 119,551 234,801 420,831 1,792 3,259 15 41,40 41 22,1 3,8 17,171 32,264 188,582 438,392 676,409 1,548 2,238 16 26,12 21-30 15,4 1,5 19,285 43,964 43,368 126,764 233,380 1,841 3,908 17 16,24 11-20 9,8 1,85 2,076 3,015 7,744 62,902 75,737 1,204 1,540 18 16,24 11-20 13,8 2,3 5,661 11,458 10,890 53,779 81,788 1,521 6,585 19 22,61 21-30 11,9 2 7,208 13,931 18,635 72,505 112,279 1,549 2,490 20 10,19 5-10 6,4 2,1 3,057 9,649 5,566 14,021 32,293 2,303 4,269 21 24,20 21-30 14,8 2 13,020 28,887 26,282 119,081 187,270 1,573 2,660 22 21,02 21-30 12,1 2,2 11,133 19,901 11,858 55,699 98,592 1,770 2,599 23 11,15 11-20 9,0 1,5 5,661 8,141 6,534 23,528 43,865 1,864 2,256 24 30,13 21-30 14,4 2,3 17,738 57,291 119,067 161,336 355,432 2,203 3,911 25 23,25 21-30 10,9 1,6 13,586 41,009 51,789 102,515 208,900 2,038 4,175 26 14,65 11-20 10,5 1,8 6,038 5,729 9,680 47,536 68,984 1,451 2,665 27 12,10 11-20 7,0 2 5,284 10,252 4,356 16,806 36,698 2,184 3,077 28 16,08 11-20 7,1 3,5 7,548 10,855 6,050 28,330 52,783 1,863 2,248 29 17,20 11-20 16,9 2,25 9,812 47,039 19,845 88,831 165,527 1,863 3,450 30 14,65 11-20 9,6 2,8 4,151 11,760 14,036 35,532 65,480 1,843 3,001 Lampiran 5 Hasil Analisis Regresi Model Penduga Biomassa Terbaik Setiap Bagian Pohon A. Persamaan Alometrik Penduga Biomassa Batang Regression Analysis: Log B Btg versus Log D The regression equation is Log B Btg = - 1,09 + 2,28 Log D Predictor Coef SE Coef T P Constant -1,0919 0,1230 -8,88 0,000 Log D 2,2822 0,1000 22,82 0,000 S = 0,121162 R-Sq = 94,9 R-Sqadj = 94,7 Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 1 7,6445 7,6445 520,74 0,000 Residual Error 28 0,4110 0,0147 Total 29 8,0556 Unusual Observations Obs Log D Log B Btg Fit SE Fit Residual St Resid 1 1,40 2,3356 2,0985 0,0291 0,2371 2,02R 2 0,92 1,2585 1,0147 0,0362 0,2438 2,11R R denotes an observation with a large standardized residual.

B. Persamaan Alometrik Penduga Biomassa Cabang

Regression Analysis: Log BCbg versus Log D The regression equation is Log BCbg = - 2,20 + 2,78 Log D Predictor Coef SE Coef T P Constant -2,2015 0,2157 -10,21 0,000 Log D 2,7773 0,1754 15,83 0,000 S = 0,212533 R-Sq = 90,0 R-Sqadj = 89,6 Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 1 11,322 11,322 250,64 0,000 Residual Error 28 1,265 0,045 Total 29 12,586 Unusual Observations Obs Log D Log BCbg Fit SE Fit Residual St Resid 2 0,92 0,7818 0,3621 0,0635 0,4196 2,07R R denotes an observation with a large standardized residual.

C. Persamaan Alometrik Penduga Biomassa Ranting

Regression Analysis: Log BRtg versus Log D The regression equation is Log BRtg = - 1,00 + 1,79 Log D Predictor Coef SE Coef T P Constant -1,0041 0,2403 -4,18 0,000 Log D 1,7876 0,1955 9,15 0,000 S = 0,236792 R-Sq = 74,9 R-Sqadj = 74,0 Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 1 4,6901 4,6901 83,65 0,000 Residual Error 28 1,5700 0,0561 Total 29 6,2601 Unusual Observations Obs Log D Log BRtg Fit SE Fit Residual St Resid 17 1,21 0,4793 1,1600 0,0432 -0,6807 -2,92R 29 1,24 1,6725 1,2043 0,0435 0,4681 2,01R R denotes an observation with a large standardized residual.

D. Persamaan Alometrik Penduga Biomassa Daun

Regression Analysis: Log B Daun versus Log D The regression equation is Log B Daun = - 0,968 + 1,51 Log D Predictor Coef SE Coef T P Constant -0,9684 0,2025 -4,78 0,000 Log D 1,5078 0,1647 9,15 0,000 S = 0,199536 R-Sq = 75,0 R-Sqadj = 74,1 Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 1 3,3367 3,3367 83,81 0,000 Residual Error 28 1,1148 0,0398 Total 29 4,4515 Unusual Observations Obs Log D Log B Daun Fit SE Fit Residual St Resid 17 1,21 0,3172 0,8570 0,0364 -0,5397 -2,75R R denotes an observation with a large standardized residual.

E. Persamaan Alometrik Penduga Biomassa Total Pohon Nyirih

Regression Analysis: Log B Tot versus Log D The regression equation is Log B Tot = - 0,763 + 2,23 Log D Predictor Coef SE Coef T P Constant -0,7628 0,1164 -6,55 0,000 Log D 2,23411 0,09466 23,60 0,000 S = 0,114676 R-Sq = 95,2 R-Sqadj = 95,0 Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 1 7,3258 7,3258 557,07 0,000 Residual Error 28 0,3682 0,0132 Total 29 7,6940

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu rumusan pengelolaan hutan yang tepat guna memerlukan gambaran mengenai hubungan keterkaitan antara parameter penyusun tegakan hutan yang bersangkutan. Dari gambaran tersebut dapat diketahui pengaruh parameter penyusun terhadap output yang diharapkan dari kegiatan pengelolaan. Salah satu parameter penyusun tegakan hutan yang penting untuk diketahui nilainya secara pasti adalah informasi mengenai besarnya kandungan biomassa yang tersimpan dalam suatu tegakan hutan. Informasi besarnya biomassa pohon di atas dan di dalam tanah sangat diperlukan untuk mempelajari cadangan C karbon dan hara lainnya dalam suatu ekosistem. Dalam hubungannya dengan penyerapan karbon, diketahui bahwa pada ekosistem terestrial, kandungan karbon terbesar tersimpan dalam komponen vegetasi. Dalam hal ini, hutan tentu memiliki porsi terbesar karena komponen penyusun hutan yang dominan adalah komponen vegetasi. Ini berarti dalam sebuah tegakan hutan tersimpan stok karbon dalam jumlah yang besar. Menurut Soemarwoto 2001, hutan tropik basah mampu menyerap rata-rata 250-300 ton Chatahun jika tidak mengalami kerusakan yang berarti. Informasi tentang karbon yang dihasilkan oleh suatu vegetasitegakan hutan dapat diperoleh dengan mengetahui informasi mengenai biomassa vegetasi tersebut. Biomassa hutan semakin penting ketika konsumsi bahan bakar fosil diyakini dapat menyebabkan peningkatan emisi yang akhirnya menimbulkan terjadinya pemanasan global. Fenomena ini mendorong para ahli untuk mencari substitusi energi terbarukan yang dapat meminimalisir emisi dan pencermaran. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menyatakan bahwa pemanfaatan biomassa menjadi energi dapat mengurangi emisi CO 2 baik dari respirasi akibat dekomposisi maupun dari kemungkinan kebakaran Heriansyah 2005. Bahkan penggunaan energi biomassa ini pun dapat mendorong percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan perlindungan tata air dan berperan dalam konservasi keanekaragaman hayati. Dalam menentukan biomassa pohon, harus diketahui berat basah dan berat kering kayu atau bagian lain dari pohon tersebut. Namun mustahil apabila dalam setiap kegiatan inventarisasi hutan dilakukan kegiatan penebangan, penimbangan dan pengeringan semua komponen pohon tersebut. Untuk itu diperlukan suatu metode yang lebih efisien, tepat, dan akurat serta cepat dalam memperkirakan biomassa pohon. Kandungan biomassa pada berbagai tipe vegetasihutan akan beragam, maka metode praktis tersebut dibutuhkan pada masing-masing tipe vegetasihutan. Hutan mangrove merupakan tipe hutan yang khas dan unik karena mampu beradaptasi pada lingkungan dengan salinitas tinggi, kondisi tanah tanpa udara dan sekali–sekali tergenang air. Kayu dari jenis mangrove sering digunakan sebagai sumber kayu bakar karena memiliki nilai kalor yang tinggi. Besarnya kandungan karbon dipengaruhi oleh kemampuan pohon tersebut dalam menyerap karbon melalui proses fotosintesis yang disebut dengan sequestration. Kandungan karbon pohon jenis mangrove diduga berkorelasi positif dan nyata dengan besarnya ukuran pohon tersebut dan meningkat dengan bertambahnya umur pohon tersebut Porte et al. 2002. Potensi bahan organik ini dipengaruhi dimensi pohon seperti diameter dan tinggi pohon sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu peubah yang dapat digunakan untuk menduga besarnya bahan organik dan biomassa pohon tersebut hubungan alometrik. Sampai saat ini model penduga karbon untuk jenis Xylocarpus granatum masih belum ada. Sehubungan dengan pentingnya metode praktis dalam menduga besarnya stok karbon suatu tegakan hutan, dalam penelitian ini akan dibangun suatu modelpersamaan penduga karbon jenis Xylocarpus granatum dari hutan mangrove yang ada di Batu Ampar Kalimantan barat. Persamaan ini dibangun melalui beberapa tahapan melalui pengukuran secara langsung penimbangan dan pengeringan bagian-bagian pohon.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan suatu persamaan atau model hubungan alometrik penduga kandungan biomassa dari vegetasi mangrove jenis Nyirih Xylocarpus granatum.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Variasi Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Konsentrasi Rantai Panjang Polyisoprenoid Semai Mangrove Sejati Minor Berjenis Sekresi Xylocarpus granatum Koenig

0 50 63

Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Dan Komposisi Rantai Panjang Polyisoprenoid Semai Mangrove Sejati Minor Berjenis Sekresi Xylocarpus granatum Koenig

2 75 89

Potensi Limbah Kulit Buah Xylocarpus granatum Koenig. sebagai Inhibitor Tirosinase

1 17 43

Pengaruh Variasi Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Konsentrasi Rantai Panjang Polyisoprenoid Semai Mangrove Sejati Minor Berjenis Sekresi Xylocarpus granatum Koenig

0 0 11

Pengaruh Variasi Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Konsentrasi Rantai Panjang Polyisoprenoid Semai Mangrove Sejati Minor Berjenis Sekresi Xylocarpus granatum Koenig

0 1 10

Pengaruh Variasi Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Konsentrasi Rantai Panjang Polyisoprenoid Semai Mangrove Sejati Minor Berjenis Sekresi Xylocarpus granatum Koenig

0 0 10

Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Dan Komposisi Rantai Panjang Polyisoprenoid Semai Mangrove Sejati Minor Berjenis Sekresi Xylocarpus granatum Koenig

0 0 29

Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Dan Komposisi Rantai Panjang Polyisoprenoid Semai Mangrove Sejati Minor Berjenis Sekresi Xylocarpus granatum Koenig

0 0 13

Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Dan Komposisi Rantai Panjang Polyisoprenoid Semai Mangrove Sejati Minor Berjenis Sekresi Xylocarpus granatum Koenig

0 0 13

Estimation of aboveground tree biomass Toona sureni and Coffea arabica in agroforestry system of Simalungun, North Sumatra, Indonesia

0 0 6