Bibit Lahan Tenaga Kerja

BAB VI ANALISIS USAHATANI BAWANG DAUN

6.1 Sistem Usahatani Bawang Daun

Sistem sarana produksi pada usahatani bawang daun organik dan anorganik terdiri dari bibit, lahan, tenaga kerja dan alat pertanian yang digunakan pada saat budidaya berlangsung. Berikut dijelaskan subsistem sarana produksi yang terdapat dalam usahatani bawang daun.

6.1.1 Bibit

Pada umumnya bibit yang biasa digunakan untuk penanaman bawang daun terdiri dari dua jenis, yaitu erpe dan ewor. Karena daerah penelitian ini memiliki curah hujan yang cukup tinggi, maka para petani di Desa Batulayang menggunakan bibit jenis erpe 12 karena bibit jenis erpe 12 ini lebih tahankuat terhadap hujan bila dibandingkan dengan bibit jenis ewor. Bibit jenis erpe 12 dapat berasal dari hasil penangkaran sendiri yang diperoleh dari hasil panen sebelumnya atau dapat juga dibeli di toko-toko pertanian dengan harga Rp 5.000,00 per kilogram. Jarak tanam yang umum digunakan petani di Desa Batulayang adalah 10 cm × 5 cm, maka untuk luasan lahan satu hektar dibutuhkan bibit bawang daun sekitar 5000 kg bibit dengan hasil panen sebanyak 20.000 kg, sedangkan untuk luasan satu hektar bawang daun anorganik bibit yang dibutuhkan sebanyak 5000 kg dengan hasil panen sebanyak 30.000 kg anorganik.

6.1.2 Lahan

Lahan yang digunakan petani untuk berusahatani bawang daun baik organik maupun anorganik adalah milik sendiri. Keuntungan yang diperoleh petani dengan kepemilikan lahan sendiri adalah petani bebas mengelola lahan pertaniannya Meskipun luasan lahan yang dimiliki para petani tergolong sempit, namun setidaknya mereka dapat sepenuhnya menikmati hasil penjualan bawang daun miliknya tanpa harus berbagi dengan orang lain jika seandainya mereka melakukan sewa lahan dari orang lain. Hal ini merujuk pada teori halaman 37. Dalam hal ini nilai sewa lahan dimasukkan kedalam biaya yang diperhitungkan. Nilai sewa lahan di Desa batulayang diasumsikan sebesar Rp 500.000,00. Rata-rata luas lahan yang dimiliki oleh petani di Desa batulayang tergolong sempit, yakni 0,3 hektar. Dalam usahatani yang mereka lakukan, lahan tersebut hanya ditanami dengan satu jenis tanaman saja, yakni bawang daun sebagai tanaman utama, baik organik maupun anorganik. Sehingga dalam perhitungan analisis usahatani, digunakan luasan lahan rata-rata 0,3 hektar dan luasan lahan satu hektar.

6.1.3 Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani bawang daun terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga yaitu tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarga petani sendiri dan tenaga kerja luar keluarga yaitu tenaga kerja yang berasal dari lingkungan sekitar petani yang merupakan tenaga kerja upahan. Waktu kerja yang diberlakukan dalam usahatani bawang daun di Desa Batulayang dibedakan untuk tenaga kerja laki-laki dan perempuan, dimana jam kerja untuk tenaga kerja perempuan lebih pendek dibanding jam kerja untuk tenaga kerja laki-laki. Jadwal kerja tenaga kerja laki-laki dimulai pada pukul 07.00 sampai pukul 15.00 8 jam kerja sedangkan jadwal kerja untuk tenaga kerja perempuan dimulai pada pukul 07.00 sampai pukul 13.00 6 jam kerja. Tingkat upah rata-rata yang dibayarkan untuk tenaga kerja laki-laki adalah Rp 20.000,00 per hari sedangkan untuk tenaga kerja perempuan adalah Rp 15.000,00 per hari. Jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam usahatani bawang daun rata-rata sebanyak dua orang yaitu terdiri dari istri dan anak petani. Kontribusi masing-masing tenaga kerja pada setiap proses usahatani bawang daun organik dapat dilihat pada Tabel 15. Tenaga kerja perempuan lebih banyak digunakan pada kegiatan penanaman dan perawatan. Kontribusi tenaga kerja perempuan dalam usahatani ini sebesar 65,5 persen dari total pemakaian tenaga kerja atau sebesar 292 jam kerja. Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya sejumlah 446 HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar keluarga sebanyak 345 HKP 77,3 dan dari dalam keluarga sebanyak 101 HKP 22,6 . Tenaga kerja wanita dikonversi kedalam hari kerja pria dengan nilai konversi 0,8 HKP. Penggunaan tenaga kerja paling banyak digunakan adalah dalam kegiatan perawatan yaitu sebanyak 77 persen. Tabel 15 Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Bawang Daun Organik Per Hektar Untuk Satu Masa Produksi Di Desa Batulayang Tahun 2008 Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Dalam Keluarga Total Persentase No Kegiatan Usahatani L P L P 1 Persiapan Lahan 40,0 - 10,0 - 50,0 11,21 2 Penanaman - 40,0 10,0 - 50,0 11,21 3 Perawatan 45,0 216,0 45,0 36,0 342,0 76,68 4 Pemanenan 4,0 - - - 4,0 0,89 Total 89,0 256,0 65,0 36,0 446,0 100 Nilai Tenaga Kerja 000 1.780 3.840 1.300 540 7.460 Kontribusi masing-masing tenaga kerja pada proses usahatani bawang daun organik yang dilakukan pada luasan lahan rata-rata 0,3 Ha dapat dilihat pada Tabel 16. Tenaga kerja perempuan lebih banyak digunakan pada kegiatan penanaman dan perawatan. Kontribusi tenaga kerja perempuan dalam usahatani ini sebesar 50,47 persen dari total pemakaian tenaga kerja atau sebesar 42,8 jam kerja. Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya sejumlah 85 HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar keluarga sebanyak 49 HKP 57,5 dan dari dalam keluarga sebanyak 36 HKP 42,4 . Tenaga kerja wanita dikonversi kedalam hari kerja pria dengan nilai konversi 0,8 HKP. Penggunaan tenaga kerja paling banyak digunakan adalah dalam kegiatan perawatan yaitu sebanyak 75,94 persen. Tabel 16 Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Bawang Daun Organik Per Luasan Lahan Rata-Rata 0,3 Ha Untuk Satu Masa Produksi Di Desa Batulayang Tahun 2008 Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Dalam Keluarga Total Persentase No Kegiatan Usahatani L P L P 1 Persiapan Lahan 4,0 - 4,0 - 8,0 9,43 2 Penanaman - 6,4 4,0 - 10,4 12,26 3 Perawatan 14,0 22,4 14,0 14,0 64,4 75,94 4 Pemanenan 2,0 - - - 2,0 2,36 Total 20,0 28,8 22,0 14,0 84,8 100 Nilai Tenaga Kerja 000 400 432 440 210 1.482 Tenaga kerja yang digunakan dalam budidaya bawang daun anorganik sebanyak 280 HKP dengan perincian tenaga kerja luar keluarga sebanyak 230 HKP 82,1 dan jumlah tenaga kerja dalam keluarga sebanyak 50 HKP 17,8 . Penggunaan tenaga kerja paling banyak pada saat perawatan yaitu sebesar 62,14 persen. Penggunaan tenaga kerja pada usahatani anorganik ini lebih banyak menggunakan tenaga kerja perempuan yaitu sebesar 66 persen atau sebanyak 184 HKP, sedangkan penggunaan tenaga kerja laki-laki hanya sebesar 34,3 persen atau sebanyak 96 HKP. Perincian penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan budidaya bawang daun anorganik untuk masa produksi tiga bulan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Bawang Daun Anorganik Per Hektar Untuk Satu Masa Produksi Di Desa Batulayang Tahun 2008 Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Dalam Keluarga Total Persentase No Kegiatan Usahatani L P L P 1 Persiapan Lahan 40,0 - 10,0 - 50,0 17,86 2 Penanaman - 40,0 10,0 - 50,0 17,85 3 Perawatan - 144,0 30,0 - 174,0 62,14 4 Pemanenan 6,0 - - - 6,0 2,14 Total 46,0 184,0 50,0 - 280,0 100 Nilai Tenaga Kerja 000 920 2.760 1.000 - 4.680 Dalam kegiatan budidaya bawang daun anorganik pada luasan lahan rata-rata 0,3 Ha, tenaga kerja yang digunakan sebanyak 72 HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar keluarga sebanyak 50 HKP 69,4 dan jumlah tenaga kerja dalam keluarga sebanyak 22 HKP 30,6 . Penggunaan tenaga kerja paling banyak pada saat kegiatan perawatan, yakni sebesar 70,19 persen. Penggunaan tenaga kerja pada usahatani anorganik ini lebih banyak menggunakan tenaga kerja pria yaitu sebesar 60 persen atau sebanyak 43 HKP, sedangkan penggunaan tenaga kerja wanita hanya sebesar 40,11 persen atau sebanyak 29 HKP. Perincian penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan budidaya bawang daun anorganik untuk satu masa produksi dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Bawang Daun Anorganik Per Luasan Lahan Rata-Rata 0,3 Ha Untuk Satu Masa Produksi Di Desa Batulayang Tahun 2008 Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga Dalam Keluarga Total Persentase No Kegiatan Usahatani L P L P 1 Persiapan Lahan 4,0 - 4,0 - 8,0 11,14 2 Penanaman - 6,4 4,0 - 10,4 14,48 3 Perawatan 14,0 22,4 14,0 - 50,4 70,19 4 Pemanenan 3,0 - - - 3,0 4,18 Total 21,0 28,8 22,0 - 71,8 100 Nilai Tenaga Kerja 000 420 432 440 - 1.292 Terdapat perbedaan penggunaan tenaga kerja antara usahatani bawang daun dengan sistem budidaya organik dan anorganik. Pada usahatani organik penggunaan tenaga kerja lebih banyak daripada usahatani secara anorganik yaitu sebesar 446 HKP pada luasan lahan satu hektar. Penggunaan tenaga kerja perempuan pada budidaya secara organik lebih banyak daripada anorganik yaitu sebesar 292 HKP. Hal ini karena budidaya bawang daun secara organik membutuhkan perawatan yang sangat teliti dan telaten agar tanaman yang dihasilkan berkualitas baik. Hal ini menyebabkan petani bawang daun organik harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk upah seluruh tenaga kerja yang digunakan dibandingkan dengan budidaya bawang daun secara anorganik.

6.1.4 Alat-Alat Pertanian

Dokumen yang terkait

Analisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani jamur tiram putih (Studi kasus di Desa Tugu Utara, kecamatan Cisarua, kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat)

0 12 119

Analisis Usahatani dan Analisis Kelayakan Usahatani pada Budidaya Paprika (Capsicum annum var. grosumm) dengan Sistem Hidroponik (Studi Kasus di PT Cipta Citra Persada, Desa Naringgul Bawah, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

2 15 106

Analisis pendapatan usahatani dan pemasaran wortel dengan budidaya organik (studi kasus Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

1 7 122

Analisis Usahatani Sayuran Organik di Perusahaan Matahari Farm Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

0 10 200

Analisis perbandingan pendapatan usahatani padi organik dengan padi anorganik (kasus : kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede, kecamatan Bogor Barat)

2 15 211

Analisis Ekonomi Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik pada Petani Penggarap (Studi Kasus: Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor)

1 8 217

Analisis ekonomi usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor

2 17 134

Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Organik pada Yayasan Bina Sarana Bakti Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

6 14 103

Manajemen Risiko Rantai Pasok Sayuran Organik (Studi Kasus PT. X Cisarua, Bogor, Jawa Barat)

1 11 81

Analisis Perbandingan Usahatani Dan Pemasaran Antara Padi Organik Dan Padi Anorganik (Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 3 190