Terdapat perbedaan penggunaan tenaga kerja antara usahatani bawang daun dengan sistem budidaya organik dan anorganik. Pada usahatani organik penggunaan
tenaga kerja lebih banyak daripada usahatani secara anorganik yaitu sebesar 446 HKP pada luasan lahan satu hektar. Penggunaan tenaga kerja perempuan pada budidaya
secara organik lebih banyak daripada anorganik yaitu sebesar 292 HKP. Hal ini karena budidaya bawang daun secara organik membutuhkan perawatan yang sangat
teliti dan telaten agar tanaman yang dihasilkan berkualitas baik. Hal ini menyebabkan petani bawang daun organik harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk upah
seluruh tenaga kerja yang digunakan dibandingkan dengan budidaya bawang daun secara anorganik.
6.1.4 Alat-Alat Pertanian
Alat-alat pertanian yang digunakan dalam budidaya bawang daun di Desa Batulayang meliputi cangkul, parang, kored, sprayer dan garpu. Cangkul digunakan
petani untuk menggemburkan tanah. Parang dan kored digunakan pada saat persiapan lahan yakni untuk membersihkan atau menyiangi gulma dan rumput ataupun semak-
semak yang mengganggu tanaman. Garpu juga digunakan untuk menggemburkan tanah dan membalik-balikkan tanah pada saat pengolahan dan pemberian pupuk.
Sprayer digunakan untuk menyemprotkan pupuk cair organik atau menyemprotkan pestisida pada budidaya anorganik. Petani responden tidak selalu membeli alat-alat
pertanian setiap kali musim tanam sebab setiap alat yang digunakan memiliki umur teknis lebih dari dua tahun.
Tabel 19 Penggunaan Peralatan Pada Usahatani Bawang Daun Untuk Satu Musim Tanam di Desa Batulayang per Rata-Rata Luasan Lahan
No Jenis Alat
Jumlah Buah
Harga Rp
Nilai Rp
Umur Teknis Tahun
Penyusutan RpTahun
1 Cangkul 1
35.000 35.000
3 11.666
2 Sprayer 1
300.000 300.000 5
60.000 3 Parang
2 20.000
40.000 3
13.333 4 Garpu
1 150.000 150.000
3 50.000
5 Kored 1
25.000 20.000
3 6.666
Jumlah 141.665
Penggunaan alat-alat pertanian untuk setiap budidaya baik secara organik maupun anorganik adalah sama tergantung kepemilikan luas lahan. Tabel 19 dan
Tabel 20 menunjukkan nilai penyusutan peralatan pertanian yang digunakan dalam usahatani bawang daun organik dan anorganik pada luasan lahan rata-rata dengan
nilai penyusutan sebesar Rp 141.665,00 per tahun. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus dengan asumsi peralatan tersebut tidak dapat
digunakan lagi setelah melewati umur teknis. Nilai penyusutan peralatan yang digunakan pada luasan lahan satu hektar adalah sebesar Rp 224.999,00.
Tabel 20 Penggunaan Peralatan Pada Usahatani Bawang Daun Untuk Satu Musim Tanam di Desa Batulayang per Hektar
No Jenis Alat
Jumlah Buah
Harga Rp
Nilai Rp
Umur Teknis Tahun
Penyusutan RpTahun
1 Cangkul 3
35.000 105.000 3
35.000 2 Sprayer
1 300.000 300.000
5 60.000
3 Parang 2
20.000 40.000
3 13.333
4 Garpu 2
150.000 300.000 3
100.000 5 Kored
2 25.000
50.000 3
16.666
Jumlah 224.999
6.2
Analisis Pendapatan Usahatani Bawang Daun
Analisis usahatani bawang daun di Desa Batulayang menggambarkan besarnya penggunaan input-input produksi dan biaya-biaya yang harus dikeluarkan
selama proses usahatani berlangsung. Kegiatan usahatani ini bertujuan untuk
memperoleh pendapatan yang optimal, sebagai imbalan atau usaha dan kerja yang dijalankan oleh petani. Input produksi yang digunakan selama kegiatan usahatani
bawang daun baik organik maupun anorganik meliputi bibit, pupuk, tenaga kerja, dan peralatan pertanian. Analisis usahatani bawang daun yang dilakukan dalam penelitian
ini dibedakan berdasarkan cara budidaya, yaitu petani yang melakukan usahatani bawang daun organik dan petani yang melakukan usahatani bawang daun anorganik.
Perbedaan-perbedaan tersebut kemudian akan dianalisis apakah cara budidaya tersebut akan berpengaruh pada penggunaan input serta besarnya biaya-biaya yang
harus dikeluarkan.
6.2.1 Analisis Pendapatan Usahatani Bawang Daun Organik