tertinggi dalam usahatani bawang daun di Kabupaten Bogor dan memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan.
1.2 Perumusan Masalah
Sistem pertanian konvensional yang merupakan sistem pertanian dengan menggunakan bahan-bahan kimia seperti pupuk kimia, pestisida kimia serta obat-
obatan kimia lain memang terbukti mampu meningkatkan produktivitas tanah dalam waktu yang relatif pendek. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa akibat
perlakuan proses produksi tersebut, dalam jangka panjang akan mulai tampak tanda-tanda terjadinya kelelahan pada tanah dan penurunan produktivitas pada
hampir semua jenis tanaman yang diusahakan. Apabila tidak ada tindakan lebih lanjut untuk memperbaikinya, maka akan menimbulkan dampak buruk lanjutan
terhadap kelestarian dan kesehatan lingkungan disekitarnya. Seiring dengan kemajuan zaman, kini masyarakat mulai peduli terhadap
dampak buruk yang ditimbulkan dari pertanian konvensional. Oleh sebab itu, masyarakat pun mulai beralih pada sistem pertanian yang berwawasan lingkungan
dan juga menguntungkan secara ekonomi. Sistem pertanian berwawasan lingkungan tersebut lebih dikenal sebagai pertanian yang berkelanjutan atau biasa
disebut pertanian organik. Kunci dari sistem pertanian tersebut adalah mengubah sistem pertanian dari pertanian konvensional yang dalam produksinya mempunyai
ketergantungan terhadap bahan-bahan kimia yang membahayakan ke arah pertanian organik yang tidak tergantung pada bahan-bahan kimia atau dengan kata
lain berupaya mengurangi atau bahkan meniadakan penggunaan berbagai bahan kimia dalam produksinya.
Salah satu sentra produksi bawang daun di Kecamatan Cisarua terdapat di Desa Batulayang. Penanaman bawang daun di desa tersebut telah berlangsung
sekitar 10 tahun. Awalnya penanaman bawang daun di desa tersebut dilakukan melalui sistem penanaman konvensional, kemudian pada tahun 1997 para petani
Desa Batulayang mendapat penyuluhan dari pemerintah setempat untuk mencoba suatu teknik penanaman organik yang dalam kegiatan budidayanya tidak
menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya seperti pupuk, pestisida dan lain-lain. Teknik penanaman organik ini diharapkan nantinya dapat menghasilkan produk
bawang daun yang jauh lebih aman untuk dikonsumsi dibandingkan produk bawang daun hasil penanaman konvensional.
Sejak tahun 1997 tersebut, kegiatan usahatani bawang daun secara organik di Desa Batulayang dijalankan oleh para petani yang terhimpun dalam sebuah
kelompok tani “Kalicimandala”, bahkan desa tersebut sudah mendapat sertifikasi organik dari kepala daerah Kabupaten Bogor. Namun kegiatan usahatani bawang
daun organik di desa tersebut kurang berjalan dengan baik. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa para petani ragu terhadap tingkat produksi bawang daun
yang akan mereka peroleh dari usahatani bawang daun secara organik Karena menurut pengalaman mereka selama ini, hasil produksi bawang daun dengan
sistem pertanian organik lebih kecil dibandingkan sistem pertanian anorganik, sehingga pada akhirnya akan berdampak pada pendapatan yang akan mereka
peroleh. Disisi lain petani juga mempunyai kendala dalam hal modal. Usahatani
bawang daun organik membutuhkan modal dalam jumlah yang relatif besar terutama dalam hal pembiayaan usahatani yakni biaya tenaga kerja. Dalam
usahatani bawang daun organik diperlukan jumlah tenaga kerja yang banyak untuk dialokasikan ke bagian pengamatan dan pengawasan tanaman secara lebih
intensif. Selain itu, pangsa pasar untuk produk organik relatif masih sedikit, hal ini
mengingat segmen pasar untuk produk-produk organik masih terbatas pada kalangan menengah keatas. Hal-hal tersebut diatas tentu saja menjadi penghambat
bagi petani untuk mengembangkan usahatani bawang daun organik sehingga menyebabkan belum meratanya penanaman bawang daun organik oleh para petani
di Desa Batulayang. Hal ini terlihat dari masih banyak para petani di desa tersebut yang melakukan usahatani bawang daun dengan dua sistem penanaman yakni
secara organik dan anorganik konvensional. Bahkan ada juga petani yang tetap mempertahankan usahatani bawang daunnya dengan sistem budidaya
konvensionalanorganik dan belum mau beralih ke sistem budidaya organik dengan alasan usahatani bawang daun organik tidak menguntungkan.
Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilihat bagaimana penerapan usahatani bawang daun organik yang dilakukan oleh para petani di kelompok tani
”Kalicimandala” dan selanjutnya akan dianalisis perbandingan pendapatan usahatani bawang daun organik dan bawang daun konvensionalanorganik untuk
mengetahui mana yang lebih efisien, sehingga pada akhirnya hasil analisis tersebut dapat menjadi acuan bagi para petani sekaligus menjawab segala
keraguan para petani di Desa Batulayang dalam membudidayakan bawang daun secara organik.
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang perlu dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana keragaan usahatani bawang daun organik pada kelompok tani
”Kalicimandala” di Desa Batulayang ? 2.
Bagaimana perbandingan tingkat pendapatan dan efisiensi antara sistem usahatani bawang daun organik dengan sistem usahatani bawang daun
anorganik pada kelompok tani ”Kalicimandala di Desa Batulayang ?
1.3 Tujuan Penelitian