Sindangjaya menguntungkan, karena penerimaannya lebih besar dari total biaya produksi yang dikeluarkan.
Penelitian yang sama tentang usahatani bawang daun juga dilakukan oleh Sumiyati 2006. Namun yang membedakan antara penelitian ini dengan
penelitian bawang daun sebelumnya yang dilakukan oleh Darwiyah adalah perbandingan tingkat pendapatan bawang daun dilihat dalam dua kondisi tingkat
efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi yang berbeda di lokasi penelitian, yakni pada kondisi aktual dan kondisi optimal setelah dilakukan efisiensi
penggunaan faktor-faktor produksi. Hasil analisis regresi fungsi produksi Cobb- Douglas menyimpulkan bahwa pendapatan petani bawang daun pada kondisi
optimal lebih besar dibandingkan pendapatan petani bawang daun pada kondisi aktual, sehingga nilai RC pada kondisi optimal lebih besar dibandingkan nilai
RC pada kondisi aktual. Hal ini menunjukkan pada saat dilakukan efisiensi tercapai keuntungan maksimum.
2.4.3 Usahatani Organik dan Anorganik
Khairina 2006 dalam penelitiannya juga membandingkan tingkat pendapatan antara usahatani wortel dengan budidaya organik dan usahatani wortel
dengan budidaya anorganik. Penelitian yang juga dilakukan di Desa Citeko ini menunjukkan bahwa nilai RC atas biaya total dan biaya tunai petani wortel
organik lebih besar dibandingkan petani wortel anorganik. Kesimpulan yang dihasilkan adalah usahatani wortel organik lebih menguntungkan dibanding
usahatani wortel anorganik.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Kusumah 2004 tentang analisis perbandingan usahatani antara padi organik dengan padi anorganik. Sistem
usahatani padi organik yang sedang dikembangkan oleh petani padi di Kelurahan Mulyaharja ini secara umum kegiatannya sama dengan sistem usahatani padi
anorganik. Perbedaannya hanya terletak pada input yang digunakannya saja, yakni meliputi pupuk dan pestisida. Hasil perhitungan dengan menggunakan analisis
pendapatan menunjukkan bahwa pendapatan atas biaya tunai padi organik lebih rendah bila dibandingkan dengan padi anorganik, sedangkan pendapatan atas
biaya total padi organik lebih tinggi dibandingkan padi anorganik. Hal inilah yang secara langsung dapat memberikan keuntungan bagi para petani padi di Kelurahan
Mulyaharja karena dapat meningkatkan pendapatan petani organik. Penelitian yang sama tentang usahatani padi organik dan padi anorganik
juga dilakukan oleh Marhamah 2007. Perbedaannya terletak pada tujuan dari penelitian ini, yakni menganalisis tingkat produktivitas dan tingkat pendapatan
dari padi organik dan anorganik berdasarkan status kepemilikan lahan. Pada penelitiannya di Kelurahan Situgede ini, para petani organik terbagi berdasarkan
status kepemilikan lahan yaitu petani pemilik dan petani bagi hasil. Adanya perbedaan kepemilikan lahan ini menyebabkan adanya perbedaan perilaku petani
dalam hal mengelola kegiatan usahatani yang dilakukan. Selain itu, sistem kepemilikan lahan yang berbeda juga akan menghasilkan tingkat pendapatan yang
berbeda pula. Hasil analisis pendapatan pada usahatani padi organik dan padi anorganik selama satu tahun menunjukkan bahwa pendapatan bersih yang
diterima oleh petani pemilik lebih tinggi dibandingkan petani bagi hasil. Petani dengan status sebagai bagi hasil pada usahatani padi organik mempunyai
produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan petani dengan status pemilik. Sedangkan pada usahatani padi anorganik diperoleh hasil bahwa untuk status
penguasaan lahan, pemilik mempunyai tingkat produktivitas yang lebih tinggi daripada petani dengan status bagi hasil.
Mei 2006 menganalisis usahatani sayuran organik dan anorganik pada Yayasan Bina Sarana Bakti. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
pendapatan atas biaya tunai komoditi wortel organik lebih kecil dibandingkan dengan brokoli organik dan bawang daun organik. Pendapatan atas biaya tunai
wortel adalah Rp 3.000.000,- sedangkan brokoli dan bawang daun berturut-turut adalah Rp 7.875.000,- dan Rp 5.500.000,-. Hal ini karena harga untuk wortel lebih
kecil dibandingkan brokoli dan bawang daun. Pendapatan atas biaya tunai brokoli memberikan jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan komoditi yang lain.
Hal ini disebabkan jumlah produktivitas yang lebih tinggi didukung oleh harga penjualan yang cukup tinggi sehingga penerimaan petani menjadi lebih besar.
Apabila dilihat dari rasio penerimaan atas biaya tunai maupun totalnya, usahatani sayur organik adalah layak untuk diusahakan atau dapat dikatakan usahatani
tersebut sudah efisien. Usahatani brokoli merupakan yang paling layak dilakukan dibandingkan dengan usahatani wortel dan brokoli karena memiliki nilai ratio RC
paling besar dibandingkan dengan komoditi yang lain. Nilai RC atas biaya tunai komoditi brokoli adalah 2,11, artinya setiap biaya yang dikeluarkan oleh petani
sebesar Rp 1,00 maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 2,11,00. Usahatani ini efisien untuk dilaksanakan sebab bernilai RC lebih besar dari satu.
Analisis usahatani komoditas tomat organik dan anorganik menjadi judul penelitian yang dilakukan oleh Iryanti 2005 di Desa Batulayang Kabupaten
Bogor. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa berdasarkan analisis pendapatan usahatani dapat dilihat bahwa petani yang berusahatani tomat secara organik
memperoleh pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total lebih besar jika dibandingkan dengan pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas
biaya total yang diterima oleh petani anorganik. Nilai RC rasio usahatani tomat organik lebih tinggi dibandingkan nilai RC rasio usahatani tomat anorganik,
sehingga penerimaan yang diperoleh petani organik untuk setiap satu rupiah yang dikeluarkan lebih besar daripada petani anorganik. Dengan demikian usahatani
tomat organik lebih menguntungkan daripada usahatani tomat anorganik. Beberapa penelitian terdahulu diatas menunjukkan adanya persamaan dan
perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya adalah sama-sama menganalisis tentang usahatani yang dilakukan oleh petani dan pendapatan yang akan mereka
peroleh, baik pada komoditas bawang daun maupun komoditi lain seperti tomat, padi, wortel dan brokoli yang juga dibudidayakan secara organik. Dari studi
terdahulu, hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan petani organik lebih menguntungkan dibandingkan dengan petani anorganik. Perbedaannya adalah
beberapa penelitian terdahulu mengenai bawang daun hanya menganalisis usahatani dengan sistem pertanian konvensional atau anorganik dan belum ada
yang melakukan penelitian mengenai usahatani bawang daun secara organik. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti tertarik untuk menganalisis pendapatan
usahatani bawang daun melalui sistem pertanian organik dan membandingkannya dengan sistem pertanian anorganik. Ringkasan penelitian terdahulu dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu Mengenai Usahatani
BawangDaunOrganik dan Anorganik
No Peneliti Judul
Komoditas Metode Hasil
1. Handayani 2007
Analisis Keunggulan
Komparatif dan Kompetitif
Usahatani Bawang
Merah Konvensional
dan Organik di Kabupaten
Brebes, Jawa Tengah
Bawang Merah
Analisis Pendapatan
Usahatani, dan Biaya
Sumberdaya Domestik
BSD Usahatani bawang
merah organik lebih efisien dibanding
usahatani bawang merah konvensional.
Usahatani bawang merah konvensional dan
organik sama-sama layak secara ekonomi
untuk diusahakan dan memiliki keunggulan
komparatif dan kompetitif
Usahatani bawang merah konvensional dan
organik memiliki stabilitas yang tinggi
terhadap perubahan harga yang terjadi.
2. Puruhito 2005
Analisis Pengembangan
Usahatani Sayuran di
Sentul Farm Sayuran Analisis
kelayakan finansial dan
analisis sensitivitas
Pengusahaan sayuran di Sentul Farm layak
untuk dilakukan Tingkat sensitivitas
akibat penurunan produksi dan harga jual
output lebih peka dibandingkan
peningkatan harga input produksi.
3. Kusumah 2004
Analisis Perbandingan
Usahatani dan Pemasaran
Antara Padi Organik dan
Padi Anorganik
Kasus : Kelurahan
Mulyaharja, Kecamatan
Bogor Selatan, Kota Bogor,
Propinsi Jawa Barat
Padi Analisis Pendapatan,
analisis RC ratio, analisis
saluran dan prilaku pasar,
analisis marjin, dan farmer
share petani. Pendapatan atas biaya
tunai padi organik lebih rendah dibandingkan
padi anorganik. Pendapatan atas biaya
total padi organik lebih tinggi dibandingkan
padi anorganik.
Pola pemasaran padi organik lebih efisien
dibandingkan dengan pola pemasaran padi
anorganik. Struktur pasar yang
terbentuk untuk padi organik dan padi
anorganik adalah sama, yaitu pasar oligopsoni
4. Darwiyah 2006
Analisis Usahatani dan
Sistem Penjualan
Bawang Daun Bawang
Daun Analisis
pendapatan, dan analisis
fungsi produksi Cobb-Douglas
Faktor produksi bibit, pupuk kandang dan
TSP berpengaruh nyata terhadap produksi
bawang daun.
Allium fistulosum L.
di Desa Sindangjaya,
Kecamatan Cipanas,
Kabupaten Cianjur
Usahatani bawang daun di daerah
penelitian menguntungkan.
5. Sumiyati 2006
Analisis Pendapatan
dan Efisiensi Penggunaan
Faktor-faktor Produksi
Usahatani Bawang Daun
Bawang Daun
Analisis Pendapatan,
analisis fungsi produksi Cobb-
Douglas Usahatani bawang
daun pada lebih menguntungkan pada
kondisi aktual. Faktor produksi untuk
lahan, bibit, Urea, KCL, pupuk kandang, obat
cair, obat padat, tenaga kerja pria dan wanita
berpengaruh nyata, sedangkan untuk pupuk
TSP tidak berpengaruh nyata.
6. Khairina 2006
Analisis Pendapatan
Usahatani dan Pemasaran
Wortel Dengan
Budidaya Organik Desa
Citeko, Kecamatan
Cisarua, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat
Wortel Analisis pendapatan
usahatani, analisis saluran
dan prilaku pasar, dan
farmer share petani.
Usahatani wortel organik lebih
menguntungkan dibandingkan usahatani
wortel konvensional.
Pola saluran pemasaran XII paling
efisien. Menurut farmer’s
share, saluran pemasaran XII paling
menguntungkan bagi petani.
7. Marhamah 2007
Analisis Pendapatan
Usahatani dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi
Adopsi Sistem Usahatani Padi
Organik di Kabupaten
Situgede, Kecamatan
Bogor Barat, Kota Bogor,
Propinsi Jawa Barat
Padi Analisis produktivitas,
analisis pendapatan
usahatani dan analisis AHP
Analytic Hierarchy
Process Tingkat produktivitas
petani bagi hasil padi organik lebih tinggi
dibanding petani pemilik. Namun pada
usahatani padi anorganik berlaku
sebaliknya.
Faktor utama yang mempengaruhi adopsi
usahatani padi organik adalah ciri pribadi
petani, informasi teknologi dan kondisi
usahatani. Sedangkan pada elemen subfaktor,
yang menjadi subfaktor utama adalah
pendapatan luar usahatani.
8. Mei 2006
Analisis Pendapatan
Sayuran Analisis pendapatan,
Usahatani sayur organik layakefisien
Usahatani dan Pemasaran
Sayuran Organik
Yayasan Bina Sarana Bhakti
analisis RC ratio, analisis
saluran dan prilaku pasar,
analisis marjin, dan farmer
share untuk diusahakan.
Usahatani brokoli merupakan yang paling
layak dilakukan dibandingkan dengan
usahatani wortel karena memiliki nilai ratio RC
paling besar dibandingkan dengan
komoditi yang lain.
9. Iryanti 2005
Analisis Usahatani
Komoditas Tomat
Organik dan Anorganik di
Desa Batulayang,
Kecamatan Cisarua,
Kabupaten Bogor.
Tomat Analisis pendapatan,
dan analisis RC ratio
Usahatani tomat organik lebih
menguntungkan daripada usahatani
tomat anorganik
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis