3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Semakin berkembangnya pengetahuan masyarakat akan kesehatan, maka semakin tinggi pula kesadaran mereka akan dampak negatif yang ditimbulkan dari
produk-produk hasil pertanian organik yang menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya. Oleh karena itu, kini masyarakat semakin giat dalam mencanangkan
gaya hidup sehat atau “back to nature” dengan lebih berorientasi pada konsumsi akan produk-produk organik. Peluang yang dimiliki oleh produk pertanian
organik semakin didukung oleh semakin meningkatnya permintaan akan produk organik baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Produk-produk organik
tersebut selain dapat menjaga kelestarian lingkungan, juga dapat meningkatkan pendapatan petani yang mengusahakannya. Hal ini dikarenakan harga jual yang
dimiliki produk organik lebih tinggi dibanding produk anorganik. Hal-hal tersebut di atas semakin mendukung pengembangan usahatani
sayuran organik. Salah satunya adalah adanya penanaman bawang daun melalui
sistem budidaya organik oleh para petani di Desa Batulayang dimulai pada tahun 1997 setelah sebelumnya didominasi oleh sistem budidaya konvensional. Sejak
tahun 1997 tersebut, kegiatan usahatani bawang daun secara organik di Desa Batulayang dijalankan oleh para petani yang terhimpun dalam sebuah kelompok
tani “Kalicimandala”, bahkan desa tersebut sudah mendapat sertifikasi organik dari kepala daerah Kabupaten Bogor.
Namun setelah 10 tahun berjalan, kegiatan usahatani bawang daun organik di desa tersebut kurang berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari masih
banyaknya para petani yang melakukan usahatani bawang daun dengan dua sistem penanaman yakni secara organik dan anorganik. Bahkan ada juga petani yang
tetap mempertahankan usahatani bawang daunnya dengan sistem budidaya anorganik dan belum mau beralih ke sistem budidaya organik. Belum tertariknya
para petani dalam membudidayakan bawang daun secara organik disebabkan adanya beberapa kendala yang dihadapi oleh para petani, yakni dalam hala modal,
produksi dan pasar. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilihat bagaimana sebenarnya
penerapan usahatani bawang daun organik yang dilakukan oleh para petani di kelompok tani ”Kalicimandala” melalui analisis keragaan usahatani bawang daun
organik pada lahan luas dan lahan sempit. Selanjutnya akan dilihat perbandingan pendapatan antara usahatani bawang daun organik dengan usahatani bawang daun
anorganik melalui dua analisis pendapatan usahatani. Hasil dari dua analisis pendapatan usahatani tersebut bertujuan untuk mengetahui sistem usahatani mana
yang lebih efisien, yang akan dinyatakan dalam nilai RC ratio. Pada akhirnya hasil dari perbandingan nilai RC ratio antara bawang daun organik dan anorganik
tersebut dapat menjadi bahan rekomendasi bagi para petani untuk menentukan usahatani bawang daun mana yang efisien untuk dilakukan. Selain itu, hasil
analisis tersebut sekaligus dapat menjawab segala keraguan para petani di Desa Batulayang dalam membudidayakan bawang daun organik. Bagan alur kerangka
pemikiran dan usahatani komoditas bawang daun organik dan anorganik dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Bagan Kerangka Pemikiran Operasional.
Usahatani Komoditas Bawang Daun di Desa Batulayang
Petani Organik
1. Produksi rendah
2. Monokultur
3. Menggunakan pupuk alami
4. Pasarnya masih pelanggan-
pelanggan tertentu 5.
Biaya tenaga kerja lebih tinggi
Petani Anorganik
1. Produksi Tinggi
2. Monokultur
3. Menggunakan pupuk kimia
4. Pasarnya relatif luas
5. Biaya tenaga kerjanya relatif
rendah dibandingkan sistem pertanian anorganik
Analisis Pendapatan Usahatani Bawang
Daun Organik Analisis Pendapatan
Usahatani Bawang Daun Anorganik
Rekomendasi Usahatani Bawang Daun yang Efisien untuk Dilakukan
Tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat
Meningkatnya permintaan akan produk organik
Menjaga kelestarian lingkungan
Meningkatkan pendapatan petani
Petani bawang daun belum tertarik menerapkan sistem budidaya secara organik karena kendala modal, produksi dan pasar
Analisis Keragaan Usahatani Bawang
Daun Organik
Penerimaan Biaya
Diperhitungkan Tunai
Pendapatan Tunai
Pendapatan Total
RC Tunai RC Total
Lahan Luas
Lahan Sempit
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian