memperoleh pendapatan yang optimal, sebagai imbalan atau usaha dan kerja yang dijalankan oleh petani. Input produksi yang digunakan selama kegiatan usahatani
bawang daun baik organik maupun anorganik meliputi bibit, pupuk, tenaga kerja, dan peralatan pertanian. Analisis usahatani bawang daun yang dilakukan dalam penelitian
ini dibedakan berdasarkan cara budidaya, yaitu petani yang melakukan usahatani bawang daun organik dan petani yang melakukan usahatani bawang daun anorganik.
Perbedaan-perbedaan tersebut kemudian akan dianalisis apakah cara budidaya tersebut akan berpengaruh pada penggunaan input serta besarnya biaya-biaya yang
harus dikeluarkan.
6.2.1 Analisis Pendapatan Usahatani Bawang Daun Organik
Pada usahatani bawang daun organik, penerimaan total diperoleh petani dengan perhitungan yakni produksi yang dihasilkan dikalikan dengan harga yang
berlaku. Produksi rata-rata bawang daun organik per luasan lahan rata-rata 0,3 Ha per musim tanam adalah 2.500 Kg. Dalam usahatani bawang daun organik di Desa
Batulayang, tingkat kerusakan tanaman diperkirakan sebesar 10 persen. Maka, produksi rata-rata bawang daun organik per luasan lahan rata-rata per musim tanam
setelah dikurangi dengan tingkat resiko kerusakan sebesar 10 persen 250 Kg adalah sebanyak 2.250 Kg. Sehingga penerimaan yang diperoleh petani sebesar Rp
27.000.000,00 per luasan lahan rata-rata. Sedangkan penerimaan yang diperoleh petani per hektar sebesar Rp 216.000.000,00 dengan harga jual bawang daun organik
adalah Rp 12.000,00 per kilogram. Biaya yang harus dikeluarkan petani terdiri atas biaya tunai dan biaya
diperhitungkan. Biaya tunai untuk usahatani bawang daun organik ini terdiri dari biaya sarana produksi seperti biaya bibit, pupuk kompos, pupuk cair organik dan
tenaga kerja luar keluarga. Sedangkan biaya yang termasuk kedalam biaya yang diperhitungkan terdiri dari biaya tenaga kerja dalam keluarga, biaya penyusutan
peralatan pertanian cangkul, sprayer, garpu, parang dan kored serta biaya sewa lahan. Hasil analisis pendapatan per luasan lahan rata-rata dan per luasan hektar per
musim tanam petani bawang daun organik di Desa Batulayang dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21 Analisis Pendapatan Usahatani Bawang Daun Organik per Luasan Lahan Rata-Rata dan per Luasan Hektar per Musim Tanam di Desa Batulayang
Organik 1 Ha Organik 0,3 Ha
Uraian Jumlah
Fisik Harga
RpSat Nilai Rp
Jumlah Fisik
Harga RpSat
Nilai Rp Penerimaan :
Hasil Panen Kg 20.000
12.000 240.000.000 2.500
12.000 30.000.000
Dijual Kg 18.000
12.000 216.000.000
2.250 12.000
27.000.000 Tingkat Kerusakan Kg
2.000 12.000
24.000.000 250
12.000 3.000.000
Total Penerimaan 18.000 12.000
216.000.000 2.250 12.000
27.000.000
Pengeluaran : Biaya Tunai :
Bibit 5.000 5.000 25.000.000 1.500 5.000 7.500.000
Pupuk : Urea
Kg - -
- - - -
b. TSP Kg -
- -
- -
- c. KCL Kg
- -
- -
- -
d. Pupuk Kompos Kg 15.000
400 6.000.000
5.000 400
2.000.000 e. Pupuk Cair Organik liter
3 120.000
360.000 2
120.000 240.000
Kapur 3 20.000
60.000 1
20.000 20.000
Pestisida liter
- - - - -
- TKLK HKP
345 20.000
6.900.000 48,8
20.000 976.000
Pajak - -
- - - -
Total Biaya Tunai 38.320.000
10.736.000 Biaya yang Diperhitungkan
TKDK HKP 101
20.000 2.020.000
36 20.000
720.000 Penyusutan Alat
224.999 141.665
Sewa Lahan 500.000
500.000
Total Biaya Diperhitungkan 2.744.999
1.361.665 Biaya Total
41.064.999 12.097.665
Pendapatan Atas Biaya Tunai 177.680.000
16.264.000 Pendapatan Atas Biaya Total
174.935.001 14.902.335
RC Atas Biaya Tunai 5,64 2,51
RC Atas Biaya Total 5,26 2,23
Alokasi biaya terbesar dalam sarana produksi adalah untuk bibit. Rata-rata penggunaan bibit per luasan lahan rata-rata per musim tanam adalah 1.500 Kg,
sehingga biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit adalah sebesar Rp 7.500.000,00. Rata-rata penggunaan bibit per hektar per musim tanam adalah sebesar
5.000 Kg. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit adalah sebesar Rp 25.000.000,00.
Alokasi biaya terbesar kedua dalam sarana produksi adalah tenaga kerja. Tenaga kerja luar keluarga lebih banyak digunakan pada tahap penanaman dan
perawatan. Tenaga kerja yang diperlukan untuk luasan lahan rata-rata 0,3 Ha per musim tanam bawang daun organik adalah sebesar 84,8 HKP dan untuk satu hektar
usahatani bawang daun organik digunakan tenaga kerja sebesar 446 HKP. Upah per tenaga kerja laki-laki adalah Rp 20.000,00 dengan jam kerja 8 jam, sedangkan upah
untuk tenaga kerja perempuan adalah Rp 15.000,00 dengan jam kerja 6 jam kerja. Pupuk yang digunakan petani dalam usahatani bawang daun organik terdiri
dari pupuk kompos dan pupuk cair organik. Pupuk kompos dibuat sendiri oleh salah seorang petani kemudian dijual di Koperasi Tani yang ada di Desa tersebut sehingga
dapat digunakan oleh petani lainnya dengan harga jual Rp 400,00 per kilogram. Sedangkan untuk pupuk cair organik, biasanya para petani membelinya di toko-toko
pertanian dengan harga jual Rp 120.000,00 per liter. Biaya yang diperhitungkan terdiri dari biaya tenaga kerja dalam keluarga,
penyusutan alat-alat pertanian dan sewa lahan. Tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan dalam usahatani bawang daun organik di Desa Batulayang adalah untuk
luasan lahan rata-rata 0,3 Ha adalah sebesar 36 HKP dan untuk luasan lahan satu hektar tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan adalah sebesar 101 HKP. Tenaga
kerja dalam keluarga ini terdiri dari isteri atau anak-anak dari petani tersebut. Isteri atau anak-anak petani dianggap sebagai buruh tani, sehingga mereka juga diberi upah
seperti tenaga kerja luar keluarga. Biaya penyusutan alat-alat pertanian selama satu
musim tanam untuk luasan lahan satu hektar adalah sebesar Rp 224.999,00 dan untuk luasan lahan rata-rata 0,3 Ha adalah sebesar Rp 141.665,00.
Biaya tunai dan biaya total yang dikeluarkan petani untuk usahatani bawang daun organik per luasan lahan rata-rata per musim tanam adalah masing-masing
sebesar Rp 10.736.000,00 dan Rp 12.097.665,00, sedangkan untuk luasan lahan satu hektar per musim tanam, biaya tunai dan biaya total yang dikeluarkan adalah masing-
masing sebesar Rp 38.320.000,00 dan Rp 41.064.999,00.. Pada luasan lahan rata-rata, pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh sebesar Rp 14.902.335,00 sedangkan
pendapatan atas biaya total yang diperoleh sebesar Rp 15.182.335,00. Pada luasan
lahan satu hektar, pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh sebesar Rp 177.680.000,00 sedangkan pendapatan atas biaya total yang diperoleh sebesar Rp
174.935.001,00. Bawang daun dengan sistem budidaya organik lebih banyak mendatangkan
keuntungan, baik dari segi ekonomi maupun non ekonomi. Setiap rupiah yang dikeluarkan sebagai biaya mendapatkan imbalan atas penerimaan yang lebih besar
jika dibandingkan dengan bawang daun dengan sistem budidaya anorganik. Keuntungan dari segi non ekonomi yakni petani di daerah penelitian dapat menjadi
contoh bagi masyarakat di sekitarnya karena melalui usahatani bawang daun secara organik yang mereka lakukan, secara langsung telah mampu melestarikan lingkungan
sekitar dengan tidak menggunakan bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi manusia maupun makhluk hidup lainnya.
6.2.2 Analisis Pendapatan Usahatani Bawang Daun Anorganik