Definisi Pertanian Organik Pertanian Organik

8. Ketergantungan yang makin kuat terhadap sumber daya alam tidak terbarui non-renewable natural resources. 9. Resiko kesehatan dan keamanan manusia pelaku pekerjaan pertanian.

2.2 Pertanian Organik

2.2.1 Definisi Pertanian Organik

Menurut Pracaya dalam Iryanti 2005, pertanian organik adalah sistem pertanian dalam hal bercocok tanam yang tidak menggunakan bahan kimia tetapi menggunakan bahan organik. Bahan kimia tersebut dapat berupa pupuk, pestisida, hormon pertumbuhan dan lain-lain. Istilah pertanian organik menghimpun seluruh imajinasi petani dan konsumen yang secara serius dan bertanggung jawab menghindarkan bahan kimia dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat. Mereka juga berusaha untuk menghasilkan produksi tanaman yang berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah menggunakan sumber daya alami seperti mendaur ulang limbah pertanian. Dengan demikian pertanian organik merupakan suatu gerakan “kembali ke alam” Sutanto, 2002. Menurut Sutanto 2002a, seringkali terdapat pemahaman yang keliru tentang “pertanian alami” dan “pertanian organik”. Kedua istilah tersebut dalam praktek sering dianggap sama. Namun Fukuoka 1985 dalam Sutanto 2002 mengemukakan empat langkah menuju pertanian alami dan menjelaskan prinsip pertanian alami, yakni : 1. Tanpa olah tanah. Tanah tanpa diolah atau dibalik. Pada prinsipnya tanah mengolah sendiri, baik menyangkut masuknya perakaran tanaman maupun kegiatan mikrobia tanah, mikro fauna dan cacing tanah. 2. Tidak digunakan sama sekali pupuk kimia maupun kompos. Tanah dibiarkan begitu saja dan tanah dengan sendirinya akan memelihara kesuburannya. Hal ini mengacu pada proses daur ulang tanaman dan hewan yang terjadi di bawah tegakan hutan. 3. Tidak dilakukan pemberantasan gulma, baik melalui pengolahan tanah maupun penggunaan herbisida. Pemakaian mulsa jerami, tanaman penutup tanah maupun penggenangan sewaktu-waktu akan membatasi dan menekan pertumbuhan gulma. 4. Sama sekali tidak tergantung pada bahan kimia. Sinar matahari, hujan dan tanah merupakan kekuatan alam yang secara langsung akan mengatur keseimbangan kehidupan alami. Sutanto 2002 mengatakan bahwa menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli, diketahui bahwa penggunaan zat kimia atau bahan sintetik pada penanaman tanaman akan meninggalkan residu pada tanaman tersebut. Dampak negatif lain dari penggunaan bahan sintetik tersebut adalah timbulnya kerusakan lingkungan dan gangguan kesehatan. Penelitian para ahli diberbagai negara menyebutkan bahwa efek negatif dari penggunaan pestisida akan menyebabkan alergi, keracunan saraf, kerusakan sistem endokrin, karsinogen dan menekan sistem kekebalan tubuh. Bagi lingkungan, tanah dan air, penggunaan bahan kimia secara terus menerus akan menurunkan daya dukung lahan. Akibatnya produktivitas setiap komoditas yang diusahakan senantiasa sulit ditingkatkan. International Federation Organic Agriculture Movement 1990 dalam Sutanto 2002 mempunyai 11 prinsip yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan pertanian organik, antara lain : 1. Melalui pertanian organik dihasilkan makanan dengan kualitas nutrisi yang tinggi dan dalam jumlah yang cukup. 2. Melaksanakan interaksi yang bersifat sinergisme dengan sistem dan daur ulang alami yang mendukung semua bentuk kehidupan yang ada. 3. Mendorong dan meningkatkan daur ulang dalam sistem usahatani dengan mengaktifkan kehidupan biologi flora dan fauna tanah, tanaman dan hewan. 4. Memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan. 5. Memanfaatkan sumber daya terbarukan renewable resources yang berasal dari sistem usahatani itu sendiri. 6. Memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didaur ulang, baik di dalam maupun di luar usahatani. 7. Menciptakan keadaan yang memungkinkan ternak melaksanakan gatra dasar sesuai dengan habitatnya. 8. Membatasi terjadinya bentuk pencemaran akibat kegiatan pertanian. 9. Mempertahankan keanekaragaman hayati, termasuk pelestarian habitat tanaman dan hewan. 10. Memberikan jaminan pada produsen petani sesuai hak asasi manusia dalam memenuhi kebutuhan dasar serta memperoleh penghasilan dan kepuasan dari pekerjaannya, termasuk lingkungan bekerja yang aman. 11. Mempertimbangkan dampak yang lebih luas dari kegiatan usahatani terhadap kondisi lingkungan fisik dan sosial.

2.2.2 Karakteristik Pertanian Organik

Dokumen yang terkait

Analisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani jamur tiram putih (Studi kasus di Desa Tugu Utara, kecamatan Cisarua, kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat)

0 12 119

Analisis Usahatani dan Analisis Kelayakan Usahatani pada Budidaya Paprika (Capsicum annum var. grosumm) dengan Sistem Hidroponik (Studi Kasus di PT Cipta Citra Persada, Desa Naringgul Bawah, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

2 15 106

Analisis pendapatan usahatani dan pemasaran wortel dengan budidaya organik (studi kasus Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

1 7 122

Analisis Usahatani Sayuran Organik di Perusahaan Matahari Farm Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

0 10 200

Analisis perbandingan pendapatan usahatani padi organik dengan padi anorganik (kasus : kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede, kecamatan Bogor Barat)

2 15 211

Analisis Ekonomi Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik pada Petani Penggarap (Studi Kasus: Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor)

1 8 217

Analisis ekonomi usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor

2 17 134

Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Organik pada Yayasan Bina Sarana Bakti Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

6 14 103

Manajemen Risiko Rantai Pasok Sayuran Organik (Studi Kasus PT. X Cisarua, Bogor, Jawa Barat)

1 11 81

Analisis Perbandingan Usahatani Dan Pemasaran Antara Padi Organik Dan Padi Anorganik (Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 3 190