Panen dan Pasca Panen

bawang daun yang sehat, serta pembuatan drainase yang baik agar air tidak menggenang di areal penanaman bawang daun. Tahap pemeliharaan tanaman ini juga lebih banyak menggunakan tenaga kerja wanita. Hal ini dikarenakan tenaga kerja wanita lebih terampil dan teliti dalam melakukan pemeliharaan tanaman pada tanaman bawang daun organik yang memang membutuhkan pemeliharaan yang intensif. Pada lahan luas, kegiatan pemeliharaan dikerjakan oleh 9 orang tenaga kerja yang terdiri dari 2 orang tenaga kerja pria masing-masing dari dalam keluarga dan luar keluarga serta 7 orang tenaga kerja wanita yakni 1 orang berasal dari dalam keluarga dan 6 orang lagi berasal dari luar keluarga. Pada lahan sempit, tenaga kerja yang digunakan sebanyak 5 orang yang terdiri dari 2 orang tenaga kerja pria masing-masing dari dalam keluarga dan luar keluarga serta 3 orang tenaga kerja wanita yakni 1 orang berasal dari dalam keluarga dan 2 orang lagi berasal dari luar keluarga. Terdapat perbedaan penggunaan jumlah tenaga kerja dan lamanya waktu pemeliharaan antara sistem organik dengan anorganik. Pada sistem anorganik, jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk lahan luas sebanyak 7 orang dengan waktu pemeliharaan 30 hari, sedangkan untuk lahan sempit jumlah tenaga kerja yang digunakan sebanyak 4 orang dengan waktu pemeliharaan 14 hari.

5.3.4 Panen dan Pasca Panen

Tanaman bawang daun sudah dapat dipanen saat berumur 2,5 bulan setelah tanam. Kriteria fisik yang harus dimiliki oleh tanaman bawang daun siap panen yakni beberapa helaian daun bagian bawah telah menguning atau mengering serta jumlah anakan maksimal 7-10 anakan. Pada umumnya petani responden bawang daun tidak melakukan kegiatan pasca panen seperti pencucian, sortasi dan pengepakan. Biasanya penanganan pasca panen seperti pencucian, sortasi dan pengepakan dilakukan oleh pedagang pengumpul. Hal ini disebabkan karena cara penjualan bawang daun yang dilakukan oleh petani di Desa Batulayang adalah dengan sistem borong sehingga tidak memerlukan perlakuan pasca panen yang khusus. Sistem borong ini berlangsung di kebun dimana pelanggan atau pembeli datang langsung ke kebun untuk memanen sendiri atau mengambil bawang daun yang telah dipanen dan memasarkan sendiri hasil tanaman bawang daun yang mereka beli dari petani. Sebelum melakukan pembelian, biasanya para pembeli atau pelanggan terlebih dahulu melakukan pemesanan yakni dua minggu sebelum panen. Pada kegiatan pemanenan, bawang daun hasil panen ditimbang langsung di kebun sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan pembelipelanggan. Cara pemanenan bawang daun yang dilakukan oleh pembeli dilakukan dengan mencabut seluruh rumpun tanaman atau membongkarnya dengan alat bantu kored. Pencabutan tanaman harus dilakukan dengan hati-hati agar seluruh rumpun dan daun tidak ada yang patah atau rusak. Pemanenan bawang daun biasanya dilakukan pada pagi hari atau sore hari pada saat cuaca cerah tidak mendung atau hujan. Saat ini harga yang diterima oleh petani bawang daun organik yaitu sebesar Rp 12.000,00 per Kg sedangkan untuk bawang daun anorganik dijual dengan harga Rp 5000,00 per Kg sampai Rp 6000,00 per Kg. Pasar untuk bawang daun organik sebagian besar adalah pasar Cisarua sedangkan untuk bawang daun anorganik dijual ke pasar lokal Cisarua, pasar Bogor Bogor, pasar Induk Kramat Jati Jakarta, pasar Cibitung Bekasi, pasar Kebayoran Lama, pasar Muara Karang Grogol dan pasar Tanah Tinggi Tangerang. BAB VI ANALISIS USAHATANI BAWANG DAUN

6.1 Sistem Usahatani Bawang Daun

Dokumen yang terkait

Analisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani jamur tiram putih (Studi kasus di Desa Tugu Utara, kecamatan Cisarua, kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat)

0 12 119

Analisis Usahatani dan Analisis Kelayakan Usahatani pada Budidaya Paprika (Capsicum annum var. grosumm) dengan Sistem Hidroponik (Studi Kasus di PT Cipta Citra Persada, Desa Naringgul Bawah, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

2 15 106

Analisis pendapatan usahatani dan pemasaran wortel dengan budidaya organik (studi kasus Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

1 7 122

Analisis Usahatani Sayuran Organik di Perusahaan Matahari Farm Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

0 10 200

Analisis perbandingan pendapatan usahatani padi organik dengan padi anorganik (kasus : kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede, kecamatan Bogor Barat)

2 15 211

Analisis Ekonomi Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik pada Petani Penggarap (Studi Kasus: Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor)

1 8 217

Analisis ekonomi usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor

2 17 134

Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran Organik pada Yayasan Bina Sarana Bakti Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

6 14 103

Manajemen Risiko Rantai Pasok Sayuran Organik (Studi Kasus PT. X Cisarua, Bogor, Jawa Barat)

1 11 81

Analisis Perbandingan Usahatani Dan Pemasaran Antara Padi Organik Dan Padi Anorganik (Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 3 190