Gujarati, 1993. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat time series
, karena berdasarkan sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi oleh data-data pada masa sebelumnya. Autokorelasi dapat berbentuk autokorelasi positif dan
autokorelasi negatif. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi bisa dilakukan dengan percobaan dari nilai Durbin-Watson. Dengan nilai Durbin-Watson sebesar
1,90976 yang berada dalam batas du dan 4 – du yaitu 1,54 sampai 2,46 maka dapat disimpulkan pada model regresi tidak terdapat masalah autokorelasi.
5.4. Uji Statistik a.
Koefisien Determinasi R
2
Pada persamaan regresi analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan cengkeh industri rokok kretek di Indonesia, didapatkan nilai koefisien
determinasi sebesar 93,4 persen yang artinya bahwa keragaman dari variabel terikat dapat dijelaskan hubungan liniernya oleh variabel-variabel bebas harga riil
cengkeh, jumlah produksi rokok kretek, jumlah industri rokok kretek, dummy kebijakan dan lag permintaan cengkeh industri rokok sebesar 93,4 persen.
Sedangkan sisanya sebesar 6,6 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
b. Uji F-Statistik
Uji F-Statistik menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas secara bersama- sama mampu menjelaskan atau mempengaruhi variabel terikat pada tingkat
signifikan lima persen. Hal ini dapat di lihat dari angka probabilitas F-Statistik sebesar 0,000 yang nilainya lebih kecil dari derajat kepercayaan lima persen α =
5 persen. Nilai probabilitas F-Statistik juga dapat menilai baik tidaknya sebuah
model persamaan regresi. Jika nilai probabilitas F-Statistik lebih kecil dari derajat kepercayaan α maka dapat dikatakan bahwa model persamaan tersebut bagus.
Dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan cengkeh industri rokok kretek di Indonesia tergolong
baik.
c. Uji t-Statistik
Uji t-Statistik dilakukan dengan melihat nilai probabilitas dari masing- masing variabel bebas, di mana nilai probabilitas untuk setiap variabel bebas
harus lebih kecil dari derajat kepercayaan yang digunakan. Pada persamaan regresi analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan cengkeh industri
rokok kretek di Indonesia menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu jumlah produksi rokok kretek, jumlah industri rokok kretek dan lag permintaan cengkeh
industri rokok berpengaruh secara signifikan pada derajat kepercayaan lima persen α = 5 persen.
5.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Cengkeh Industri Rokok Kretek di Indonesia
1. Harga Riil Cengkeh PC
Berdasarkan hasil regresi linier berganda, variabel harga riil cengkeh memiliki nilai koefisien regresi yang negatif, ini sesuai dengan hipotesis
awal. Koefisien harga riil cengkeh sebesar –0,164 yang artinya jika harga riil cengkeh naik sebesar satu rupiah maka jumlah permintaan cengkeh
industri rokok kretek turun sebesar 0,164 ton. Namun demikian variabel harga riil cengkeh ini tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan cengkeh
industri rokok kretek. Hal ini ditunjukkan oleh nilai p-
value
pada uji t yang lebih besar pada taraf nyata α = 5 persen. Elastisitas harga riil cengkeh
rataan pada permintaan cengeh bernilai negatif yaitu sebesar -0,01855. Artinya kenaikan harga riil cengkeh rata-rata satu persen akan mengurangi
jumlah permintaan cengeh rata-rata sebesar 0,01855 persen cateris paribus
. Nilai elastisitas harga riil cengkeh rataan bersifat inelastis karena perubahan harga riil cengkeh memberikan respon yang kecil terhadap
jumlah permintaan cengkeh. Hal ini disebabkan peran dari komoditas cengkeh yang sangat penting karena komoditas cengkeh tidak memiliki
komoditas subtitusi dalam permintaan cengkeh industri rokok kretek guna memproduksi rokok kretek
2. Jumlah Produksi Rokok Kretek NpRk
Berdasarkan hasil regresi linier berganda, variabel jumlah produksi rokok kretek memiliki nilai koefisien regresi positif yang sesuai dengan hipotesis
awal. Koefisien jumlah produksi rokok kretek sebesar 0,232 artinya jika jumlah produksi rokok kretek naik sebesar satu juta batang maka jumlah
permintaan cengkeh industri rokok kretek naik sebesar 0,232 ton. Variabel jumlah produksi rokok kretek berpengaruh nyata terhadap permintaan
cengkeh industri rokok kretek dengan nilai p-
value
pada uji t sebesar 0,002 atau lebih kecil pada taraf nyata α = 5 persen. Elastisitas jumlah produksi
rokok kretek rataan pada permintaan cengeh bernilai positif yaitu sebesar 0,392694 yang artinya kenaikan jumlah produksi rokok kretek rata-rata satu
persen akan meningkatkan jumlah permintaan cengeh rata-rata sebesar 0,392694 persen cateris paribus.
3. Jumlah Industri Rokok Kretek NiRk
Berdasarkan hasil regresi linier berganda, variabel jumlah industri rokok kretek memiliki nilai koefisien regresi yang negatif, hal ini tidak sesuai
dengan hipotesis awal yang mengharapkan nilai koefisien jumlah industri rokok kretek bernilai positif. Ini dimungkinkan karena sebagian besar
jumlah produksi industri rokok kretek tersebut didominasi oleh empat perusahaan besar yaitu PT. Gudang Garam, PT. Djarum, PT. Bentoel dan
PT. Sampurna, sehingga lahirnya industri-industri rokok kretek kurang berdampak terhadap kenaikan permintaan cengkeh industri rokok kretek.
Variabel jumlah industri rokok kretek berpengaruh nyata terhadap permintaan cengkeh industri rokok kretek, hal ini ditunjukkan oleh nilai p-
value
pada uji t yang lebih kecil pada taraf nyata α = 5 persen. Elastisitas jumlah industri rokok kretek rataan pada permintaan cengeh bernilai negatif
yaitu sebesar -0,23209. 4.
Dummy Kebijakan Tataniaga Cengkeh D Berdasarkan hasil regresi linier berganda, variabel kebijakan tataniaga
cengkeh memiliki nilai koefisien regresi yang negatif. Nilai koefisien kebijakan tataniaga cengkeh sebesar -154, artinya dengan adanya kebijakan
tataniaga adanya BPPC akan menyebabkan jumlah permintaan cengkeh industri rokok kretek berkurang sebesar 154 ton. Variabel kebijakan
tataniaga harga cengkeh tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan cengkeh industri rokok kretek dengan nilai p-
value
pada uji t sebesar 0,956 atau lebih besar dari taraf nyata α = 5 persen.
5. Lag Permintaan Cengkeh Industri Rokok QdC
-1
Berdasarkan hasil regresi linier berganda, variabel lag permintaan cengkeh industri rokok memiliki nilai koefisien regresi yang positif. Koefisien lag
permintaan cengkeh industri rokok sebesar 0,393 yang artinya jika perubahan beda kala permintaan cengkeh industri rokok naik sebesar satu
ton maka jumlah permintaan cengkeh industri rokok kretek naik sebesar 0,393 ton. Variabel lag permintaan cengkeh industri rokok berpengaruh
nyata terhadap permintaan cengkeh industri rokok kretek, hal ini ditunjukkan oleh nilai p-value pada uji t yang lebih kecil pada taraf nyata α
= 5 persen.
5.6. Implikasi Kebijakan