subtitusi di antara berbagai komoditas. Nilai elastisitas permintaan silang berkisar dari negatif tak terhingga sampai positif tak terhingga. Perhitungan elastisitas
permintaan silang dapat menggunakan rumus : Persentase Perubahan Jumlah Komoditas X yang Diminta
E
c
= Persentase Perubahan Harga Komoditas Y
Tanda dari elastisitas silang akan tergantung kepada apakah komoditas yang terkait merupakan komoditas subtitusi atau komplementer. Bila komoditas X
dan komoditas Y adalah subtitusi, maka elastisitas silang bernilai positif E
c
karena peningkatan harga komoditas Y akan membuat jumlah komoditas X yang di minta juga meningkat. Sedangkan bila komoditas X dan komoditas Y adalah
komplemeter, maka elastisitas silangnya bernilai negatif E
c
0 karena peningkatan harga komoditas Y akan membuat jumlah komoditas X yang di minta
menurun.
c. Elastisitas Permintaan terhadap Pendapatan
Koefisien yang menunjukan besarnya perubahan permintaan atas suatu komoditas sebagai akibat dari perubahan pendapatan konsumen dikenal dengan
elastisitas permintaan terhadap pendapatan. Elastisitas permintaan terhadap pendapatan merupakan suatu besaran yang berguna untuk menunjukkan
responsivitas konsumsi suatu komoditas terhadap perubahan pendapatan. Nilai yang diperoleh dapat digunakan untuk membedakan komoditas apakah termasuk
dalam kategori komoditas mewah, normal dan inferior Sugiarto et al, 2005. Rumus elastisitas permintaan terhadap pendapatan adalah sebagai berikut :
Persentase Perubahan Jumlah Komoditi X yang Diminta E
i
= Persentase Perubahan Pendapatan
Komoditas normal dan komoditas mewah memiliki elastisitas permintaan terhadap pendapatan positif E
i
0. Sedangkan komoditas inferior memiliki elastisitas permintaan terhadap pendapatan negatif E
i
0.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Dalam suatu penelitian diperlukan kerangka berpikir secara operasional yang dapat mempermudah pemahaman terhadap hal-hal yang ditemui sehingga
pembahasan terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Permintaan terhadap cengkeh yang terus meningkat, mengakibatkan harga cengkeh juga meningkat.
Peningkatan harga cengkeh yang ada tidak diikuti dengan produksi dalam negeri sehingga untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sendiri pemerintah harus
mengimpor cengkeh dari luar. Untuk mengurangi impor cengkeh pemerintah menetapkan kebijakan swasembada cengkeh sehingga produksi dalam negeri
menjadi meningkat. Dengan produksi yang meningkat, harga cengkeh yang sebelumnya tinggi menjadi sangat rendah bahkan jauh dari harga yang telah
ditetapkan. Keadaan percengkehan yang tak menentu, menyebabkan perlunya
dilakukan analisis untuk mengetahui perkembangan konsumsi cengkeh oleh industri rokok kretek dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi permintaan cengkeh oleh industri rokok kretek. Faktor-faktor yang di duga mempengaruhi permintaan cengkeh industri rokok kretek antara lain
harga riil cengkeh, jumlah produksi rokok kretek, jumlah industri rokok kretek,
jumlah penduduk, ekspor rokok kretek dan kebijiakan tataniaga cengkeh dengan adanya BPPC. Dari uraian di atas maka dapat digambarkan alur pemikiran untuk
penelitian ini pada gambar di bawah.
Gambar 9. Kerangka Pemikiran Operasional
Permintaan Cengkeh di Indonesia
Faktor-faktor yang diduga Mempengaruhi: a.
Harga riil cengkeh b.
Jumlah industri rokok kretek c.
Jumlah produksi industri rokok kretek d.
Jumlah penduduk e.
Ekspor rokok kretek f.
Dummy kebijakan tataniaga
Analisis Regresi dengan Metode OLS Industri Rokok Kretek
Implikasi Kebijakan
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series tahunan dari tahun 1980-2006. Jenis data yang
digunakan adalah permintaan cengkeh industri rokok kretek, harga riil cengkeh, jumlah produksi rokok kretek, jumlah penduduk, jumlah industri rokok kretek
dan ekspor rokok kretek. Sumber data yang digunakan diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS, Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian, Gabungan
Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia Gappri dan literatur-literatur serta laporan- laporan lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
4.2. Metode Analisis dan Pengolahan Data
Data dan informasi yang diperoleh akan di analisis dengan metode deskriptif dan metode kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan perkembangan konsumsi cengkeh industri rokok kretek di indonesia di samping permintaan itu sendiri. Sedangkan metode kuatitatif
digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditi cengkeh.
Model yang digunakan dalam analisis data adalah model regresi linier berganda. Regresi linier berganda digunakan kerena metode tersebut sederhana
dan mampu menunjukkan berapa persen peubah tak bebas dependent dapat dijelaskan oleh peubah bebas independent dengan nilai R-squared, yaitu nilai