antara iklim dengan pembungaan ini terjadi karena untuk inisiasi pembungaan diperlukan hormon florigen yang pembentukannya dirangsang oleh faktor iklim.
Dengan demikian faktor iklim akan mengarahkan tanaman apakah akan terus tumbuh vegetatif atau generatif. Menurut Hadiwijaya dalam Ruhnayat 1997,
untuk pembungaan tanaman cengkeh membutuhkan adanya suatu periode yang agak kering tanpa hujan sama sekali dan penyinaran matahari yang terik.
Pengaruh faktor iklim masih terus berlanjut walaupun inisiasi pembungaan telah terjadi atau bakal bunga telah muncul. Hadiwijaya dalam Ruhnayat 1997,
mengemukakan bahwa bakal bunga ini biasanya mulai tampak pada periode kurang lebih dua bulan setelah adanya masa kering selama dua minggu berturut-
turut. Namun apabila terjadi curah hujan yang sangat tinggi dan diikuti dengan kelembaban serta temperatur udara yang dingin di malam hari maka bakal bunga
dapat berubah menjadi kuncup daun. Sedangkan apabila terjadi musim kemarau yang berkepanjangan menyebabkan pertumbuhan bakal bunga menjadi terganggu.
Perubahan iklim menyebabkan fluktuasi hasil cengkeh sulit untuk diatasi. Perubahan iklim tidak bisa dicegah dan terjadinya meliputi daerah yang cukup
luas. Oleh karena itu upaya yang bisa dilakukan untuk memperkecil terjadinya fluktuasi hasil cengkeh yang diakibatkan oleh iklim adalah dengan cara
membudidayakannya pada daerah yang sesuai terutama keadaan curah hujan rata- rata satu sampai empat bulan sebelum primordial bunga.
b. Faktor genetis
Paling sedikit ada tiga faktor genetis tanaman cengkeh yang ada hubungannya dengan fluktuasi hasil yaitu sifat berbunga terminal, daya regenerasi
yang rendah dan jarak antara waktu panen ke masa pembungaan selanjutnya yang
relatif pendek. Pada tanaman yang berbunga terminal, bunga hanya keluar pada ujung-ujung pucuk. Apabila terjadi pembungaan yang lebat, hampir semua ujung
pucuk tersebut terisi bunga sehingga pertumbuhan vegetatif yang diperlukan untuk pembentukan energi baru mendatang menjadi kurang. Akibatnya sehabis
panen besar, tanaman cengkeh menjadi merana. Hal ini ditunjang pula oleh sifat genetis tanaman cengkeh yang lainnya
yaitu daya regenerasi tanaman yang rendah sedangkan jarak antara waktu panen ke masa pembentukan bunga primordial bunga selanjutnya relatif pendek yaitu
antara tiga sampai empat bulan. Setelah panen besar hal tersebut seringkali menyebabkan primordial bunga yang muncul hanya sedikit bahkan tidak ada sama
sekali. Oleh karena itu pemilihan varietas tanaman yang memiliki daya regenerasi yang cepat perlu diupayakan karena tipe tanaman yang demikian hasil panennya
kurang berfluktuasi.
c. Faktor fisiologis
Seperti telah dikatakan di atas bahwa tanaman cengkeh bersifat berbunga terminal. Keluarnya primordial bunga pada ranting terminal ini selain dipengaruhi
oleh faktor dari luar juga dipengaruhi oleh faktor dari dalam tanaman. Salah satu faktor dari dalam tanaman adalah kondisi fisiologis yang mencakup status
senyawa-senyawa yang dapat mempengaruhi terbentuknya primordial bunga seperti kandungan karbohidrat, asimilatat, hara mineral dan fitohormon.
Pada masa pembungaan yang lebat sebagian besar asimilatat dan unsur hara akar ditranslokasikan untuk pengembangan struktur reproduktif sehingga
pembentukan tunas vegetatif yang akan datang mendukung struktur reproduktif
pada tahun berikutnya akan berkurang. Keadaan ini semakin menjadi buruk bila kesuburan fisik dan kimia tanah menurun.
Upaya menyeimbangkan pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan produktif dapat dilakukan dengan beberapa cara. Perompesan sebagian kuncup
bunga merupakan salah satu cara untuk mengurangi terkurasnya karbohidrat cadangan. Cara ini mampu menstimulir timbulnya ranting-ranting vegetatif baru
satu bulan sebelum bunga dipanen. Cara lain untuk mendorong pertumbuhan vegetatif dan reproduktif adalah dengan pemupukan. Tanaman yang dipupuk
mempunyai fluktuasi yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang tidak dipupuk. Selain itu senyawa kimia seperti kalium nitrat memiliki potensi untuk
merangsang pembungaan pada tanaman cengkeh. Pemberian zat perangsang diberikan setelah panen besar.
d. Faktor budidaya