Pembelajaran Matematika Landasan Teori

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individual, yang merupakan stimuli dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang Sugandi et al., 2007: 9. Briggs menyatakan bahwa pembelajaran adalah seperangkat peristiwa event yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga siswa itu memperoleh kemudahan Anni,dkk, 2009:191. Suherman, dkk 2003:8 mengartikan pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan. Belajar matematika bagi para siswa, juga merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan di antara pengertian-pengertian itu. Matematika merupakan suatu ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran yang penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia Suherman, dkk, 2003:15. Matematika sebagai ilmu mengenai struktur dan hubungan-hubungan memerlukan simbol- simbol.Simbol-simbol itu penting untuk memanipulasi aturan-aturan dengan 13 operasi yang ditetapkan.Simbolisasi menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk membentuk suatu konsep baru.Konsep baru terbentuk karena adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya sehingga metematika itu konsep-konsep yang hirarkis.Simbolisasi barulah berarti bila suatu simbol dilandasi suatu ide.Karena konsep-konsep matematika tersusun secara hirarkis, maka dalam mempelajari matematika haruslah bertahap dan berurutan serta mendasarkan pada pengalaman belajar yang lalu.Karena matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi symbol-simbol, maka konsep-konsep matematika harus dipahami dulu sebelum memanipulasi simbol-simbol Hudojo, 1988: 3 – 4. Pembelajaran matematika merupakan suatu aktivitas guru mata pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada siswa, yang didalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika yang sangat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa dalam mempelajari matematika.Dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek abstraksi.Dengan pengamatan terhadap contoh-contoh dan bukan contoh diharapkan siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep.Selanjutnya dengan abstraksi ini, siswa dilatih untuk membuat perkiraan, terkaan, atau kecenderungan berdasarkan kepada pengalaman atau pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus generalisasi. Di dalam proses 14 penalarannya dikembangkan pola pikir induktif maupun deduktif. Namun tentu kesemuanya itu harus disesuaikan dengan perkembangan kemampuan siswa, sehingga pada akhirnya akan sangat membantu kelancaran proses pembelajaran matematika Suherman dkk, 2003:57.

2.1.2 Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika