penalarannya dikembangkan pola pikir induktif maupun deduktif. Namun tentu kesemuanya itu harus disesuaikan dengan perkembangan kemampuan siswa,
sehingga pada akhirnya akan sangat membantu kelancaran proses pembelajaran matematika Suherman dkk, 2003:57.
2.1.2 Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika
Konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam diri manusia Hapsari, 2011: 35.Dasar
dari pandangan konstruktivistik adalah anggapan bahwa dalamproses belajar: a siswa tidak menerima begitu saja pengetahuan yang didapatkanmereka dan
menyimpannya di kepala, melainkan mereka menerima informasi dari dunia sekelilingnya, kemudian membangun pandangan mereka sendiri tentang
pengetahuanyang mereka dapatkan; dan b semua pengetahuan disimpan dan digunakan oleh setiaporang melalui pengalaman yang berhubungan dengan ranah
pengetahuan tertentu Fachrurrazy, 2002: 1-2. Proses mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru
ke siswa, tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Guru dalam hal ini berperan sebagai mediator dan fasilitator
untuk membantu optimalisasi belajar siswa Sardiman, 2008: 38. Tugas guru dalam teori konstruktivisme menurut Sugandi 2007: 42 adalah: a menjadikan
pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa; b memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan idenya sendiri; dan c
menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. 15
2.1.3 Pembelajaran Berbasis Masalah Matematika
Pembelajaran berbasis masalah menekankan masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa dan peran guru dalam menyajikan masalah, mengajukan
pertanyaan, dan
memfasilitasi penyelidikan
dan dialog
Hamdani, 2010:87.Pembelajaran berbasis masalah mendorong siswa untuk menyusun
pengetahuannya sendiri, menumbuhkan keterampilan berpikir kritis, menemukan dan memecahkan masalah secara mandiri.
Belajar dengan problem based learning dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Keterampilan-keterampilan pemecahan masalah
sangat bermanfaat dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Belajar dengan pendekatan problem basedlearning berangkat dari permasalahan dalam
konteks nyata yang dikaitkan dengan pemecahan masalah secara matematis Santyasa, 2008: 8.
Pembelajaran berbasis masalah menurut Roh 2003: 1, proses belajar diawali dengan memberikan suatu permasalahan kepada siswa. Selanjutnya, siswa
melakukan investigasi, inkuiri, dan eksplorasi terhadap situasi masalah yang diberikan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa siswa belajar mengalami dan
mengaitkan pengetahuan sebelumnya ke materi yang dipelajari, mengkonstruksi sendiri pengalamannya, tidak hanya sekedar menghapal dan diberi oleh orang lain
guru. Guru bertindak sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator, artinya guru membantu siswa pada permulaan dan pada saat-saat diperlukan saja apabila
siswa mengalami kesulitan. 16
Karakteristik pembelajaran berdasarkan masalahadalah sebagai berikut: 1 pembelajaran bersifat student centered; 2 pembelajaran terjadi pada kelompok-
kelompok kecil; 3 guru berperan sebagai fasilitator dan moderator; 4 masalah menjadi fokus dan merupakan sarana untuk mengembangkan keterampilan
problem solving; 5 informasi-informasi barudiperoleh dari belajar mandiri self directed learning Suci, 2008: 77.
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran berbasis masalah menurut Arends 2008:57 adalah sebagai berikut.
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Langkah Kegiatan Guru
1. Memberikan orientasi
tentang permasalahannya
kepada siswa Guru
menyampaikan tujuan
pembelajaran, memotivasi
siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah yang dipilihnya. 2.
Mengorganisasikan siswa meneliti
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Membantu investigasi
mandiri dan kelompok Guru
mendorong siswa
untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan
penjelasan dan
pemecahan masalah. 4.
Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja
Guru membantu
siswa dalam
perencanaan dan menyiapkan karya seperti
laporan serta
membantu mereka
berbagi tugas
dengan temannya.
5. Menganalisis dan
mengevaluasi hasil pemecahan masalah
Guru membantu
siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah
mereka dan
proses-proses yang
mereka gunakan. 17
Tabel 2.2 Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah
Langkah Kegiatan Guru
1. Memberikan orientasi
tentang permasalahannya
kepada siswa 1.
Mengaitkan pelajaran sekarang dengan pelajaran sebelumnya.
2. Memotivasi siswa.
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran.
4. Memberikan pertanyaan kepada siswa untuk
mengetahui konsep-konsep prasyarat yang sudah dikuasai oleh siswa.
2. Mengorganisasikan
siswa meneliti 1.
Guru memberikan soal pemecahan masalah berbentuk LDS kepada siswa.
2. Siswa diberi kesempatan untuk mencoba
menyelesaikan soal pemecahan masalah secara individu.
3. Guru membagikan LKS.
4. Siswa diberi kesempatan untuk membaca,
memahami, dan melengkapi materi dalam LKS tersebut secara individu.
3. Membantu investigasi
mandiri dan kelompok 1.
Guru membentuk kelompok-kelompok kecil yang masing-masing kelompok terdiri dari 4-
5 siswa dalam kelas. 2.
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan penyelesaian dari soal
pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan
menyajikan hasil kerja 1.
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka
secara bergantian dan memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi.
2. Guru memberikan konfirmasi terhadap hasil
diskusi kelompok apakah sudah benar, masih kurang atau kurang tepat, kemudian bersama-
sama siswa mencari jawaban yang benar.
5. Menganalisis dan
mengevaluasi hasil pemecahan masalah
1. Untuk pengecekan pemahaman materi
siswa, guru memberikan soal yang dikerjakan oleh setiap siswa secara
individual.
2. Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi 18
Kelebihan dan kelemahan pembelajaran berbasis masalah yang tercantum dalam Hamdani 2010:88 adalah sebagai berikut.
1. Kelebihan pembelajaran berbasis masalah:siswa dilibatkan pada kegiatan
belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserap dengan baik; siswa dilatih untuk dapat bekerja sama dengan siswa lain;siswa dapat memperoleh
pemecahan dari berbagai sumber. 2.
Kelemahan pembelajaran berbasis masalah:untuk siswa yang malas, tujuan dari pembelajaran tersebut tidak dapat tercapai;membutuhkan banyak waktu
dan dana;tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini. Model pembelajaran berbasis masalah berusaha membantu siswa menjadi
pelajar yang mandiri. Melalui bimbingan guru yang secara berulang-ulang mendorong dan menggerakkan peserta siswa untuk mengajukan pertanyaan,
mencari penyelesaian terhadap masalah nyata dan belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri.
2.1.4 Asesmen Kinerjadalam Pembelajaran Matematika