12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN RESPON
Respon berasal dari kata respon, yang berarti balasan atau tanggapan reaction.Respon adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menamakan
reaksi terhadap rangsang yang di terima oleh panca indra. Hal yang menunjang dan melatarbelakangi ukuran sebuah respon adalah sikap, persepsi, dan
partisipasi. Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang karena sikap merupakan kecendrungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku jika
menghadapi suatu rangsangan tertentu. Berbicara mengenai respon atau tidak respon terlepas dari
pembahasan sikap. Respon juga diartikan sebagai suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh
atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu Sobur, 2003.Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor
yang mempengaruhi respon seseorang, yaitu : a.
Diri orang yang bersangkutan yang melihat dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh sikap, motif,
kepentingan, dan harapannya. b.
Sasaran respon tersebut, berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang melihatnya. Dengan kata lain,
gerakan, suara, ukuran, tindakan-tindakan, dan ciri-ciri lain dari sasaran respon turut menentukan cara pandang orang.
13
c. Faktor situasi, respon dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam
situasi mana respon itu timbul mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang Mulyani,
2007
Teori Behaviorisme menggunakan istilah respons yang dipasangkan dengan rangsang dalam menjelaskan proses terbentuknya perilaku. Respons
adalah perilaku yang muncul dikarenakan adanya rangsang dari lingkungan. Jika rangsang dan respons dipasangkan atau dikondisikan maka akan membentuk
tingkah laku baru terhadap rangsang yang dikondisikan. http:id.wikipedia.orgwikiRespons
Respon atau tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami jika perangsang sudah tidak ada. jika proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya
tinggal kesan-kesan saja, peristiwa sedemikian ini disebut tanggapan. Defenisi tanggapan ialah gambaran ingatan dari pengamatan Kartono, 1990. Dalam hal
ini untuk mengetahui respon masyarakat dapat dilihat melalui persepsi, sikap,dan partisipasi. Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang, karena sikap
merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau ia menghadapi suatu ransangan tertentu. Respon juga diartikan suatu tingkah laku
atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena
tertentu.
Melihat seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu. Maka, akan diketahui bagaimana respon mereka terhadap kondisi tersebut. Menurut
14
Louis Thursone, respon merupakan jumlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan dan prasangka, prapemahaman yang mendeteil, ide-ide, rasa takut,
ancaman dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Pengertian tersebut dapat diketahui bahwa cara pengungkapan sikap dapat melalui, yaitu :
1.Pengaruh atau penolakan 2.Penilaian
3.Suka atau tidak suka 4.Kepositifan atau kenegatifan suatu objek psikologi
Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang atau sekelompok orang terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan
lingkungan atau situasi lain. Sikap yang muncul dapat positif yakni cenderung menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objektif, seseorang disebut
mempunyai respon positif dilihat dari tahap kognisi, afeksi, dan psikomotorik. Sebaliknya seseorang mempunyai respon negatif apabila informasi yang
didengarkan atau perubahan suatu objek tidak mempengaruhi tindakan atau malah menghindar dan membenci objek tertentu.
Ada dua jenis variabel yang dapat mempengaruhi respon, yaitu : 1.
Variabel struktural, yaitu faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan fisik.
2. Variabel fungsional, yaitu faktor-faktor yang terdapat pada diri sipengamat,
misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu Cruthefield, dalam sarwono, 1991.
Dollard dan Miller mengemukakan bahasa memegang peranan penting dalam pembentukan respon masyarakat. Respon-respon tertentu terikat
15
dengan kata-kata, dan oleh karena itu, ucapan dapat berfungsi sebagai mediator atau menentukan hirarki mana yang bekerja. Artinya sosialisasi yang
mempergunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan merupakan media srtategis dalam pembentukan respon masyarakat. Apakah respon tersebut berbentuk respon
positif atau negatif, sangat tergantung pada sosialisasi dari objek yang akan direspon.
Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa respon itu diawali dari adanya suatu rangsangan yang diterima
oleh panca indera. Kemudian diikuti oleh reaksi yang diwujudkan dalam tindakan atau bentuk perilaku terhadap rangsangan yang diterima tersebut.
2.2.
Jaminan sosial
Jaminan sosial adalah suatu program yang didanai atau diberikan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar orang tanpa sumber daya. Pada
umumnya hal itu diarahkan pada mereka yang hidup dalam kemiskinan, penyandang cacat, keluarga kurang mampu dan sebagainya.
ILO Convension no 102 mendefinisikan jaminan sosial sebagai:
Perlindungan yang diberikan oleh masyarakat untuk masyarakat melalui seperangkat kebijaksanaan publik terhadap tekanan ekonomi dan sosial yang
diakibatkan oleh hilangnya sebagian atau seluruh pendapatan akibat berbagai resiko yang diakibatkan oleh sakit, kehamilan, persalinan, kecelakaan kerja,
kecacatan, pengangguran, pensiun, usia tua, kematian dini penghasil utama pendapatan, perawatan medis termasuk pemberian santunan kepada anggota
keluarga termasuk anak-anak.
16
Kertonegoro mengatakan bahwa Jaminan sosial merupakan konsepsi kesejahteraan yang melindungi resiko baik sosial maupun ekonomi masyarakat
dan membantu perekonomian nasional dalam rangka mengoreksi keetidakadilan distribusi penghasilan dengan memberikan bantuan kepada golongan ekonomi
rendah Sentanoe, 1993: 10. Jelas bahwa jaminan sosial menjamin santunan sehingga tenaga kerja terlindungi terhadap ketidakmampuan bekerja dalam
penghasilan dan menjamin kebutuhan dasar bagi keluarganya sehingga memiliki sifat menjaga nilai-nilai manusia terhadap ketidakpastian dan keputusasaan.
Jaminan sosial adalah sistem atau skema pemberian tunjangan yang menyangkut pemeliharaan penghasilanSuharto, 2009:15. Sebagai pelayanan
sosial publik, jaminan sosial merupakan perangkat negara yang didesain untuk menjamin bahwa setiap orang sekurang-kurangnya memiliki pendapatan
minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Jaminan sosial merupakan sektor kunci dari sistem negara
kesejahteraan berdasarkan bahwa prinsip negara harus berusaha menjamin adanya jaring pengaman pendapatan atau pemeliharaan pendapatan bagi mereka yang
tidak memiliki sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnyasuharto, 2009:16.
Undang-undang No.40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional pasca putusan mahkamah konstitusi Republik Indonesia ditegaskan,
jaminan sosial merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin agar setiap rakyat dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup layak.
Penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial, ada beberapa hal yang sangat menentukan keberhasilan program itu, yaitu:
17
a. Apakah benefit package atau manfaat program itu cukup menarik atau tidak?
Benarkah akan memberi rasa aman kepada para pesertanya? Hal ini perlu dikemukakan karena sering ada manfaat yang tidak cukup memberi rasa aman,
terlalu kecil sehingga tidak populer dan sulit berkembang. b.
Bagaimana manfaatsantunan itu diberikan? Sulit atau mudahkah memperoleh manfaat yang dijanjikan? Kecukupan sarana untuk memberikan pelayanan
harus menjadi pertimbangan. Misalnya, dalam penyelenggaraan program jaminan kesehatan, tersedianya sarana kesehatan yang memadai sangat penting
sebagai pertimbangan kelayakan program jaminan sosial. c.
Kemampuan badan penyelenggara jaminan sosial terkait kredibilitas dan kepercayaan publik sehingga mampu menjamin rasa aman pesertanya. Hal ini
terkait dengan profesionalisme dan integritas sumber daya manusia badan penyelenggara serta kebijakan penyelenggara program jaminan sosial, baik dari
aspek akuntabilitas, transparansi, kejujuran terkait pemanfaatan dana, serta investasi dalam upaya memperoleh nilai tambah dana yang ada.
d. Peran pemerintah, pemeberi dan penerima kerja serta para decision makers
lainnya, didalam memahami prinsip-prinsip penyelenggara jaminan sosial. UU NO.40 Tahun 2004, jenis program jaminan sosial yang hendak
diselenggarakan meliputi: 1.
Jaminan kesehatan 2.
Jaminan kecelakaan kerja 3.
Jaminan hari tua 4.
Jaminan pensiun 5.
Jaminan kematian
18
2.3.
BPJS Ketenagakerjaan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang disingkat BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial
UU No 24 Tahun 2011. BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Ketenagakerjaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan merupakan program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu dan
penyelenggaraan nya menggunakan mekanisme asuransisosial.Sebagai Lembaga Negara yang bergerak dalam bidang asuransi sosial BPJS Ketenagakerjaan yang
dahulu bernama PT Jamsostek Persero merupakan pelaksana undang-undang jaminan sosialtenaga kerja.
BPJS Ketenagakerjaan sebelumnya bernama Jamsostek jaminan sosial tenaga kerja, yang dikelola oleh PT. Jamsostek Persero, namun sesuai UU No.
24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Jamsostek berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan sejak tanggal 1 Januari2014.Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Ketenagakerjaan BPJS Ketenagakerjaan adalah badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada Presiden dan berfungsi menyelenggarakan
program jaminan hari tua, jaminan pensiun, jaminan kematian dan jaminan kecelakaan kerja bagi seluruh pekerja Indonesia termasuk orang asing yang
bekerja paling singkat 6 enam bulan di Indonesia. Sumber: UU No. 24 Tahun 2011 Tentang BPJS, Pasal 7 ayat 1 dan ayat 2, Pasal 9 ayat 2 dan UU No. 40
Tahun 2011 Tentang SJSN, Pasal 1 angka 8, Pasal 4 dan Pasal 5 ayat 1.
19
2.4. Tenaga Kerja Sektor Informal Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja