63
b. Arsitektur Bangunan
Perkembangan tipe dan massa bangunan di kawasan Jl. Mojopahit dari sisi arsitektur bangunannya dikaji melalui perwujudan ruang fisik yang terbentuk
sebagai akibat dari aktivitas kreatif yang terjadi di kawasan tersebut. Hal ini terlihat jelas melalui beberapa bangunan rumah tinggal penduduk yang awalnya
merupakan hunian rumah tinggal kini mengalami transformasi menjadi fungsi campuran, yaitu proses produksi, pemasaran, dan hunian berada pada bangunan
yang sama.
Gambar 4.18
Tipikal hunian rumah tinggal berderet dan hunian rumah tinggal tunggal di kawasan Jl. Mojopahit
Sumber : Peneliti, 2015 Hal ini terjadi sejak awal mula industri kuliner ini berkembang yang
dipelopori oleh Ratna, pada tahun 1986 Ratna merenovasi sisi depan rumahnya dengan menambahkan teras sebagai area pemasaran produk kulinernya.
Perkembangan ruang fisik bangunan tidak hanya mengalami perubahan secara horizontal yaitu dengan penambahan area depan sebagai pemasaran namun juga
perkembangan fisik ruang secara vertikal yaitu penambahan jumlah lantai yang
Universitas Sumatera Utara
64
disebabkan oleh kebutuhan ruang sebagai hunian terpisah dari aktivitas produksi dan pemasaran.
Gambar 4.19
Tipikal bangunan toko bika ambon Ratna yang mengalami renovasi sebagai wujud fisik ruang hunin-hunian campuran
Sumber : Peneliti, 2015 Seiring perkembangan dan semakin menjamurnya toko-toko industri
kuliner di sepanjang Jl. Mojopahit ini transformasi fisik bangunan semakin terlihat seperti pada gambar 4.21 yang menjelaskan bahwa hunian rumah
tinggal yang mendapatkan area tambahan pada sisi depan bangunan dengan tipikal rumah toko dengan bukaan 100 pada area depannya yang difungsikan
sebagai kegiatan komersial untuk pemasaran produk kuliner.
Gambar 4.20
Tipe dan massa bangunan di Jl. Mojopahit pada fase II-III Sumber : Peneliti, 2015
Universitas Sumatera Utara
65
Gambar 4.21
Penambahan alat bantu pengatur sirkulasi udara pada home industry dari aktivitas memproduksi industri kuliner bika ambon
Sumber : Peneliti, 2015 Perwujudan fisik ruang sebagai bentuk dari aktivitas kreatifnya terlihat
dari fungsi hunian yang mengalami perubahan fungsi menjadi hunian campuran. Aktivitas yang terjadi di dalam bangunan yang merupakan fungsi campuran di
kawasan Jl.Mojopahit tersebut dapat dilihat pada gambar 4.23 yang menjelaskan bahwa pada lantai 1 bangunan berwarna merah dipergunakan
sebagai fungsi komersil dengan kegiatan produksi dan pemasaran sedangkan pada lantai 2 bangunan berwarna hijau dan seterusnya merupakan fungsi
hunian.
Universitas Sumatera Utara
66
Gambar 4.22
Tipologi hunian campuran di Jl. Mojopahit Sumber: Peneliti, 2015
Hal ini juga berdasarkan pada sebagian toko industri kuliner di kawasan ini menggunakan jasa tenaga kerja eksternal sehingga menyediakann tempat
tinggal bagi para pekerja tersebut. Langgam arsitektur bangunan di kawasan ini merupakan deretan ruko
yang secara keseluruhan memiliki tipikal bangunan yang sama, namun tetap memiliki perbedaan satu sama lain, baik dari segi bentuk, warna, dan juga
fasadnya. Seperti halnya toko bika ambon Zulaikha yang menggunakan ornamen-ornamen khas Melayu dengan corak warna kuningnya memberikan
identitas tersendiri pada bangunannya dari bangunan-bangunan lain yang berada di sekitarnya.
Tipologi bangunan di kawasan Jl.
Mojopahit yang merupakan hunian
campuran, dimana aktivitas yang terjadi
di lantai 1 bangunan merupakan kegiatan
komersil sedangkan lantai 2 bangunan
sebagai hunian
H u
n ia
n
Ko me
rs il
Universitas Sumatera Utara
67
Gambar 4.23
Langgam arsitektur fasad bangunan di Jl. Mojopahit Sumber : Penelitii, 2015
3. Plot Pattern pola kapling
Pola kapling sebagai salah satu elemen kunci dalam morfologi ruang pada kawasan Jl. Mojopahit ini berdasarkan teori Johannes 2014 tentang morfologi
pola kapling pada suatu kawasan yang dikaji melalui aspek dimensi yang mempengaruhi intensitas pemanfaatan lahannya dan sebaran kapling di kawasan
Jl.Mojopahit.
a. Aspek Dimensi