17
2.4 Diagram Kepustakaan
Gambar 2.4
Diagram Kepustakaan Literature Map Sumber: Peneliti, 2015
2.5 Studi Kasus Sejenis 2.5.1 Pengembangan Pertanian Organik terpadu di Kawasan Organik
Dusun Serut Setyawan, 2014
Dusun Serut seluas 57,2 hektar ini terletak di Desa Palbapang, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul. Dusun yang pernah mengalami dampak yang parah
Konsep Kota Kreatif
Landry, 1995; Howkins 2002; Manisyah 2010
Kampung Kreatif
Utami, 2014
Parameter Kota Kreatif
Landry, 2006;
Ekonomi Kreatif
Howkins, 2002;
Kelas Kreatif
Florida, 2005
Lingkungan Kreatif
Utami, 2014
Kajian Potensi Industri Kuliner dalam Membentuk Lingkungan Kreatif
Astri Ningsih, 2015
Proses Pembentukan
Kota Kreatif
Landry, 2008;
Anatomi Kota Kreatif
Cohendet, 2010
Sektor Industri
Kreatif
IK, 2014
Hubungan Ruang,
Aktivitas Kreativitas
Manisyah
2009 Morfologi Ruang
Carmona dkk 2003; Fadhillah 2013;
Johannes 2014.
Universitas Sumatera Utara
18 akibat bencana alam gempa bumi pada tanggal 27 Mei 2006 tersebut saat ini
menjadi salah satu daerah referensi pertanian organik di Indonesia karena pengembangan pertanian organik di dusun ini terbilang baik. Mata pencaharian
sebagian besar warga Dusun Serut adalah petani dan buruh tani. Pengembangan pertanian organik yang berjalan baik di Dusun Serut tidak terlepas dari inisiatif
dan peran Kepala Dusun Serut yang memiliki pemikiran yang maju, kreatif, dan inovatif.
Pertanian organik di Dusun Serut mulai dirintis oleh Kepala Dusun Serut pada tahun 2003 namun sudah diterapkan di Dusun Serut sebelum tahun 1971.
Ketertarikan Kepala Dusun Serut terhadap pertanian organik berawal dari keprihatinannya melihat kondisi ekonomi petani di wilayahnya dan juga kondisi
ekologi sawah setempat. Penerapan pertanian konvensional selama puluhan tahun memberikan efek rusaknya lahan sawah yang ditandai dengan tanah yang
keras dan berkurang kesuburannya sehingga memerlukan asupan pupuk kimia yang semakin tinggi.
Pengembangan pertanian organik di Dusun Serut dilakukan secara bertahap. Pertanian organik diintegrasikan dengan peternakan sapi dan ayam,
penanaman pohon, dan pengolahan sampah organik. Dengan demikian, model pertanian organik yang diterapkan di Dusun Serut dikembangkan dalam bentuk
pertanian terpadu integrated farming sehingga aktivitas pertanian yang satu dapat mendukung aktivitas pertanian lainnya.
Dengan konsep pertanian terpadu ini, maka terjadi keterkaitan antar berbagai aktivitas pertanian dan tercipta zero waste sehingga tidak ada limbah
pertanian yang keluar dari siklus yang berakibat pada timbulnya pencemaran
Universitas Sumatera Utara
19 lingkungan. Kepala Dusun mendorong setiap kepala keluarga untuk memelihara
ternak sapi dan ayam sehingga kotorannya dapat diolah menjadi pupuk kompos yang dapat digunakan untuk memupuk tanaman padi. Di samping itu, setiap
kepala keluarga juga dihimbau oleh Kepala Dusun untuk menanam berbagai tanaman, terutama tanaman buah di lahan pekarangannya sehingga dedaunan
yang gugur dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos, sedangkan buahnya dapat dikonsumsi sendiri atau dijual. Kebijakan tersebut
diambil oleh Kepala Dusun agar pertanian organik di Dusun Serut dapat disuplai dengan pupuk organik dan pestisida organik yang dapat dibuat sendiri secara
mandiri oleh petani dan warga di wilayahnya dan tidak bergantung pada pupuk organik dan pestisida organik dari luar dusun. Padi organik yang dikembangkan
di Dusun Serut adalah varietas lokal yang kualitasnya tidak kalah dengan varietas hibrida. Salah satu varietas lokal yang dibudidayakan adalah pandan
wangi. Dengan konsep pertanian organik terpadu, pengembangan pertanian organik yang semula diawali dari tanaman padi, kini telah meluas pada buah dan
sayuran organik serta sapi dan ayam organik.
Gambar 2.5
Padi organik pandan wangi di Dusun Serut Sumber: Setyawan, 2014
Saat ini di Dusun Serut telah ada dua pabrik pengolahan kompos yang beroperasi yang dibangun secara swadaya oleh warga. Lokasi tempat pabrik
berada telah sesuai dengan rencana tata ruang dusun yang penyusunannya
Universitas Sumatera Utara
20 dibantu oleh lembaga konsultan yaitu Housing Resources Center.Pengolahan
kompos dikoordinir oleh Kelompok Ngudi Mandiri dan dikelola oleh kelompok difabel yang merupakan korban pasca gempa bumi tahun 2007.
Gambar 2.6
Pabrik pengelolaan pupuk kompos oleh kelompok diffable Sumber: Setyawan, 2014
Gambar 2.7
Skema pertanian organik terpadu di Dusun Serut Sumber: Setyawan, 2014
Hasil panen padi organik dari petani Serut tidak seluruhnya dipasarkan, tetapi sebagian diserahkan ke koperasi lumbung pangan dalam bentuk gabah.
Setiap panen, setiap petani dihimbau untuk menyerahkan 5 kg hasil panennya ke
Universitas Sumatera Utara
21 koperasi lumbung pangan. Lumbung pangan ini berguna sebagai penjaga
ketahanan pangan warga Serut dimana persediaan gabah di lumbung pangan dapat digunakan untuk menghadapi musim paceklik. Sebagian gabah organik
digiling menjadi beras organik untuk dipasarkan. Sistem pemasaran beras organik dilakukan dengan dua cara, sebagai berikut.
a Penjualan langsung kepada masyarakat yang umumnya sudah memesan,
baik dilakukan oleh petani langsung maupun melalui Kelompok Tani Harapan.
b Penjualan melalui koordinasi Kelompok Tani Harapan kepada PT MAS
yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pemasok beras organik. Beras organik ditampung oleh PT MAS untuk dikemas, kemudian
dipasok ke toko-toko sembako, swalayan, dan sebagainya. Keberhasilan pengembangan pertanian organik di Dusun Serut sangat
terkait dengan tata kelola efektif yang melibatkan interelasi antara Kepala Dusun, warga masyarakat, serta berbagai aktor di luar dusun baik pemerintah
maupun non pemerintah. Visi Kepala Dusun rupanya sejalan dengan visi Pemerintah Kabupaten Bantul dan visi para aktor lainnya sehingga
pembangunan pertanian organik di Dusun Serut tidak hanya menjadi visi warga Dusun Serut, tetapi menjadi visi bersama para aktor yang memiliki perhatian
pada pembangunan dan pengembangan pertanian organik. Dengan menjadi visi bersama, warga Dusun Serut memiliki kesadaran,
kemauan, dan partisipasi membangun dan mengembangkan pertanian organik di Dusun Serut. Berbagai kelompok warga yang ada di Dusun Serut diefektifkan
guna mendukung pembangunan dan pengembangan pertanian organik.
Universitas Sumatera Utara
22 Kelompok yang berbeda menjalankan aktivitas yang berbeda tetapi
mendukung visi yang sama. Berbagai kelompok tersebut juga saling berinteraksi secara baik karena adanya keterkaitan antar kelompok dalam mengembangkan
pertanian organik. Kelompok-kelompok yang ada di Dusun Serut, antara lain : 1.
Kelompok Tani Harapan yang menangani pertanian padi organik; 2.
Kelompok Wanita Tani Harapan Subur yang menangani sayur dan buah organik;
3. Kelompok Sidodadi yang menangani peternakan sapi;
4. Kelompok Hanggoro Manis yang menangani peternakan ayam buras;
5. Kelompok Ngudi Mandiri yang menangani pengolahan sampah organik
dan kotoran ternak menjadi pupuk kompos; 6.
Kelompok Harapan Makmur yang menangani lumbang pangan. Pengembangan pertanian organik yang berjalan baik di Dusun Serut tidak
terlepas dari jejaring-jejaring yang dibangun secara aktif oleh Kepala Dusun Serut dengan berbagai aktor, baik pemerintah, swasta, maupun NGO. Beberapa
aktor yang menjadi mitra dalam pengembangan pertanian organik di Dusun Serut antara lain sebagai berikut.
1. PT MAS, perusahaan yang bergerak dalam bidang pemasok beras organik
yang membantu pemasaran beras organik dari petani Dusun Serut. 2.
INOFICE Indonesia Organic Farming Inspection and Certification lembaga sertifikasi produk organik yang berlokasi di Bogor yang
melakukan sertifikasi terhadap padi organik dari Dusun Serut. 3.
Pemerintah Provinsi DIY dan Pemerintah Kabupaten Bantul yang senantiasa memfasilitasi pengembangan pertanian organik di Dusun Serut.
Universitas Sumatera Utara
23 Pemerintah Bantul memiliki rencana untuk mewujudkan GO ORGANIC
di Kabupaten Bantul. Pemerintah Kabupaten Bantul melalui Dinas Pertanian melaksanakan program sertifikasi lahan sawah yang salah satu
lokasinya adalah lahan sawah di Dusun Serut. Sertifikasi lahan sawah ini sangat penting bagi petani karena memberikan kepastian hukum atas
kepemilikan lahan sawah sehingga sertifikat dapat memudahkan akses untuk mendapatkan kredit produktif dari lembaga keuangan.
4. MAPORINA Masyarakat Pertanian Organik Indonesia merupakan
organisasi profesi yang berperan sebagai sarana komunikasi, kerja sama, dan menghimpun pemikiran untuk pengembangan dan kemajuan pertanian
organik di Indonesia. MAPORINA memiliki kantor cabang, salah satunya di Yogyakarta. MAPORINA telah memfasilitasi terjalinnya hubungan
antara petani warga Serut dengan INOFICE. 5.
Housing Resource Center Bale Daya Perumahan merupakan lembaga konsultan bidang pembangunan perumahan dan perkotaan berlokasi di
Yogyakarta yang telah memfasilitasi studi banding pembuatan pupuk kompos berbahan baku sampah organik, membantu penyusunan peta tata
ruang pengembangan Kawasan Organik Dusun Serut serta penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Dusun Serut tahun 2006
– 2011 secara partisipatif. Dusun Serut barangkali merupakan dusun satu-satunya
di Indonesia yang telah menyusun rencana tata ruang dan rencana pembangunan jangka menengah sehingga dapat digunakan sebagai
masukan Rencana Tata Ruang Wilayah dan RPJM Kabupaten Bantul.
Universitas Sumatera Utara
24
2.5.2 Morfologi Kampung Kalengan Kelurahan Bugangan Kota Semarang Arief Fadhillah, T. Woro Murtini, dan Bambang Supriyadi, 2013
Kampung Kalengan adalah kampung kota di Semarang, yang masuk dalam wilayah administrasi Kelurahan Bugangan, Kecamatan Semarang Timur
yang sudah dikenal oleh masyarakat sebagai sebuah kumpulan industri rumah tangga dengan kerajinannya yang berbahan kalenglogam. Cikal bakal
Kampung Kalengan ini bermula ketika Mbah Pon dan Mbah Saleh, warga lingkungan Bugangan membuat produk kebutuhan rumah tangga seperti ember,
angklo, dan kompor sumbu Penduduk sekitar sebagian tertarik untuk belajar membuat produk yang sama, dan akhirnya menjadi pengrajin perkalengan
dengan membuka usaha mandiri. Perkembangan pesat Kampung Kalengan ditandai dengan kunjungan wakil presiden Adam Malik pada tahun 1982.
Gambar 2.8
Plang identitas Kampung Kalengan Sumber: Fadhillah, 2013
Keberadaan paguyuban pengrajin Kampung Kalengan, BINA WARGA, hadir sebagai simbol budaya guyub dalam kehidupan bersosial antar pengrajin,
dengan kegiatan rutin arisan setiap bulan secara bergilir di rumah anggota pengrajin. Di arisan tersebut, biasanya membicarakan kegiatan keseharian di
Kampung Kalengan, dan kelangsungan koperasi BIWA KOPIN yang dibentuk oleh anggota paguyuban.
Universitas Sumatera Utara
25
Gambar 2.9
Aktivitas di Kampung Kalengan Sumber: Fadhillah, 2014
Perkembangan Kampung Kalengan dibagi ke dalam 5 fase yang memiliki kekhasan dan pertimbangan masing-masing, yaitu:
Morfologi Fase I 1950-1965
Mbah Pon dan Mbah Saleh sebagai perintis lingkungan kampung kalengan Bugangan.
Morfologi Fase II 1966-1973
Pembongkaran rumah-rumah di tepi Banjir Kanal Timur Semarang yang menyebabkan berubahnya struktur keruangan.
Morfologi Fase III 1974-1987
Pembangunan Jalan Barito 1974 mulai mengubah struktur aktivitas penduduk dan pengrajin.
Gambar 2.10 Sketsa lingkungan, ruang jalan, dan tipe rumah kampung kalengan
Sumber: Fadhillah, 2013
Universitas Sumatera Utara
26
Tabel 2.3 Perkembangan Kampung Kalengan
Sumber: Fadhillah, 2013
Tabel 2.4 Perkembangan sirkulasi dan Penggunaan Lahan
Sumber: Fadhillah, 2013
Universitas Sumatera Utara
27
Morfologi Fase IV 1988-1994 Tahun 1992, terjadinya penertiban unit-unit usaha Kampung Kalengan
sesuai Perda Semarang dengan melakukan pembagian kapling usaha dan pembuatan trotoar sebagai batas kapling usaha dengan jalan.
Morfologi Fase V 1995-2013
Unit-unit usaha tumbuh sampai memenuhi tepi Jalan Barito dengan menyisakan beberapa ruang terbuka untuk beberapa fungsi.
2.6 Penelitian Yang Sudah Dilakukan Tabel 2.5