47
4.3.2 Proses Pembentukan Lingkungan Kreatif
Berdasarkan  teori  permbentukan  lingkungan  kreatif  yang  dikenal  dengan konsep  The  Cycle  of  Urban  Creativity  yang  dikemukakan  oleh  Landry  2008
dalam  Utami  2014  ada  lima  tahapan  yang  perlu  diperhatikan  dalam  proses pembentukan lingkungan kreatif di kawasan Jl. Mojopahit ini, diantaranya:
1.  Pembentukan ide kreatif
Pembentukan  ide  kreatif  diawali  oleh  pemikiran  seorang  warga Tionghoa bernama Ratna sebagai pelopor bika ambon di Kota Medan yang
saat itu ingin memberdayakan masyarakat warga tionghoa yang berada  di kampung  halamannya  dan  masyarakat  di  kawasan  Jl.  Mojopahit
Wawancara Ratna, 2015.
2.  Realisasi ide kreatif
Realisasi  ide  itu  terbentuk  saat  Ratna  mulai  membagikan pengetahuannya    dan  memberikan  pelatihan  di  rumahnya  tepatnya  di
Jl.Mojopahit  11  D  Kota  Medan.  Ratna  mendatangkan  kerabatnya  dari kampung halamannya Ambon untuk mengajarkan dan membekali mereka
pengetahuan  tentang  tata  cara  pembuatan  bika  ambon,  sehingga  nantinya dapat  menjadi  bekal  bagi  mereka  untuk  berwirausaha.  Masyarakat  di
sekitar kawasan Jl. Mojopahit pun satu persatu turut serta dalam pelatihan itu dengan cara menjadi tenaga kerja di toko tersebut.
3.  Penguatan sistem pendukung
Pada  tahap  penguatan  sistem  pendukung  ini,  industri  kuliner  Bika Ambon  mulai  tersohor  dan  bahkan  di  era  tahun  1990  an  pernah  menjadi
Universitas Sumatera Utara
48
menu  utama  penyambutan  jamaah  Haji  tanah  air  yang  hendak  pergi  dan pulang  dari  tanah  suci  Mekkah  Wawancara  Ratna,  2015.  Sejak  saat  itu
bika ambon juga sudah mulai dipopulerkan oleh pihak pemerintah melalui buku-buku
atau majalah
milik pemerintahan,
sebagai upaya
pengembangan  industri  kuliner  bika  ambon  di  Jl.  Mojopahit  ini  dan memperkenalkan industri kuliner khas Kota Medan.
4.  Penyediaan barang basis aktivitas kreatif
Pembentukan  lingkungan  kreatif  di  kawasan  Jl.  Mojopahit  ini ditandai  dengan  adanya  ruang  sebagai  basis  kegiatan  kreatif  di  kawasan
tersebut, yaitu saat Toko bika ambon Ratna memberikan pelatihan tentang tata  cara  pembuatan  bika  ambon.  Sejak  saat  itu  industri  kuliner  bika
ambon  mulai  berkembang  di  kawasan  Jl.  Mojopahit. Berdasarkan  teori
Rhodes  1987  dalam  Manisyah  2009  mengenai  kreativitas  sebagai produk,  maka  produk  dari  hasil  kerativitas  masyarakat  di  kawasan
Jl.Mojopahit  ini  adalah  berbagai  aneka  kuliner  khususnya  bika  ambon yang  saat  ini  sudah  dikembangkan  melalui  varian  rasa  seperti  cokelat,
pandan, keju, bahkan durian.
5.  Evaluasi penyebaran aktivitas kreatif
Pada  tahap  evaluasi  penyebaran  aktivitas  kreatif  di  kawsan Jl.Mojopahit  tergambar  melalui  gagasan  memberdayakan  masyarakat
sekitarnya  melaui  pengembangan  industri  kuliner  bika  ambon  sebagai solusi  kreatif  mengatasi  dan  memperbaiki  perekonomian  masyarakat  di
kawasan  tersebut  yang  pada  era  tahun  1980  an  kawasan  ini  merupakan
Universitas Sumatera Utara
49
pemukiman yang pasif. Kemudian setelah industri kuliner bika ambon ini mulai  berkembang  kawasan  ini  menjadi  kawasan  dengan  aktivitas  dan
nilai  ekonomi  yang  tinggi,  sehingga  pertumbuhan  perekonomian  di kawasan  ini  mengalami  peningkatan  karena  adanya  perputaran  ekonomi
tersebut Wawancara Kelurahan Petisah Tengah, 2015.
4.4  Lingkungan Kreatif Industri Kuliner di Kawasan Jl. Mojopahit 4.4.1 Sejarah Kawasan Jl. Mojopahit sebagai Pusat Industri Kuliner
Bika  atau  bingka  merupakan  makanan  khas  masyarakat  Melayu  yang berbahan  baku  sagu.  Sejarah  awal  mula  munculnya  bika  ambon  masih  banyak
mengalami  perdebatan,  seperti  beberapa  sumber  mengatakan  bahwa  pada  masa penjajahan Belanda, yaitu lebih tepatnya di Tanah Deli. Waktu itu seorang warga
Tionghoa  bereksperimen membuat kue bika di rumahnya, tak jauh dari kawasan Jalan  Mojopahit.  Kue  bika  khas  Melayu  tersebut  dimodifikasi  dengan  cara
menambahkan bahan berupa nira sehingga menghasilkan kue bika yang berongga, legit, dan sangat nikmat, berbeda dengan kue bika pada umumnya.
Sedangkan  sumber  lain  mengatakan  bahwa  bika  ambon  merupakan panganan yang dibuat oleh salah seorang masyarakat Ambon yang saat itu hijrah
ke  Kota  Medan  karena  pada  era  tahun  1980an  Kota  Ambon  mengalami kerusuhan,  kemudian  mereka  membuka  usaha  dimulai  dari  industri  kecil  yang
menjajakan  panganannya  di  pasar  Petisah.  Resep  bika  ambon  mereka  dapat  dari sebuah buku resep makanan berbahasa Belanda, yang kemudian mereka kreasikan
menjadi  bika  ambon  seperti  saat  ini.  Nama  bika  ambonnya  sendiri  merupakan
Universitas Sumatera Utara
50
istilah  yang  mereka  ciptakan  karena  awalnya  mereka  merupakan  penduduk  asli Kota Ambon.
Gambar 4.4
Industri kuliner di Jalan Mojopahit Sumber: Peneliti, 2015
Awal mula industri kuliner ini mulai berkembang adalah pada saat seorang warga tionghoa yang bernama Ratna membuka toko bika ambon di rumahnya, dan
mengajak  rekannnya  seperti  Acai  untuk  bekerja  sama  berkecimpung  di  industri kuliner  ini,  lambat  laun usaha  ini  mulai  berkembang,  Ratna  mulai  menggunakan
jasa  tenaga  kerja  masyarakat  lokal  bahkan  mendatangkan  masyarakat  dari  luar daerah khusus untuk mengajarkan pembuatan bika sehingga dapat menjadi modal
bagi  mereka  untuk  membuka  usaha.  Seperti  yang  dikatakan  pemilik  toko  Ratna, Budi 45 tahun:
“Saya  punya  pemikiran  seperti  ini,  jangan  tanya  apa  yang  sudah  daerah  beri kepadamu,  tapi  coba  tanya  apa  yang  sudah  kamu  beri  untuk  daerahmu”
Wawancara Ratna, 2015.
Sehingga sejak saat itu mulai bermunculan toko-toko bika ambon lainnya di  kawasan  Jl.  Mojopahit  seperti  Acai,  Ati,  Mojopahit,  Emmy  dan  lain-lain.
Potensi  pengembangan  industri  kuliner    di  kawasan  Jl.  Mojopahit  ini  semakin menarik  perhatian  warga  sekitar  yang  berdomisili  di  kawasan  tersebut,  karena
sebagian besar industri yang bergerak di sektor kuliner, merupakan penduduk asli
Universitas Sumatera Utara
51
di Jl. Mojopahit, Industri kuliner ini terus mengalami perkembangan di era tahun 2000an  khususnya  kuliner  bika  ambon.  Sehingga  pada  tahun  2001  muncul
keinginan untuk membuat Asosiasi Bika Ambon yang diketuai oleh Budi Pemilik Toko Ratna namun  keinginan ini tidak berjalan sesuai rencana karna kurangnya
partisipasi dari para pelaku home industry tersebut. Demi  menjaga  keberlajutan  aktivitas  wisata  kuliner  di  kawasan
Jl.Mojopahit tersebut, masyarakatnya yang merupakan pelaku home industry telah mampu  mengkreasikan  berbagai  macam  kuliner  lainnya  dengan  cita  rasa  yang
berbeda- beda, dengan penampilan menarik, rasanya yang unik, dan penyajiannya yang  istimewa  telah  mampu  mendongkrak  kuliner  ini  kepada  negara  tetangga
seperti  Malaysia,  Thailand,  Brunie  Darussalam  dan  Singapura    Wawancara Zulaikha, 2015. Dalam  kurun waktu  10 tahun terakhir ini mulailah berkembang
industri-industri  kuliner  lainnya  seperti  kue  kacang,  bolu  and  cake,  pancake durian, kopi dan teh, risol, manisan jambu, dan juga sate kerang.
Gambar 4.5
Jenis industri kuliner yang berkembang di Jl. Mojopahit. Sumber : Peneliti, 2015
Packaging  kemasan  yang  unik  dan  aman  serta  nyaman  membawanya selama  di  perjalanan  juga  menjadi  pertimbangan  penting  bagi  pengunjung.  Jenis
kuliner yang dijadikan sebagai oleh-olehpun, harus mempertahankan kualitas rasa selain  kemasannya  yang  menarik  mengingat  lamanya  perjalanan.  Berbagai  toko-
Universitas Sumatera Utara
52
toko home industry yang bergerak di sektor kuliner  di kawasan Jl. Mojopahit ini berlomba-lomba  mengkreasikan  kemasan  packaging  jajanan  kuliner  mereka
untuk  menarik  pelanggan  dalam    memberikan  kenyamanan  bagi  mereka  saat membawanya.
Gambar 4.6
Kemasan produk yang aman dan nyaman untuk di perjalanan Sumber : Peneliti, 2015
Berdasarkan  kebutuhan  tersebut,  para  pelaku  home  industry  ini  mulai mengkreasikan  kembali  usaha  kuliner  mereka  melalui  penyajiannya  dengan  cara
menyediakan jenis  kuliner  yang setengah jadi dan mengawetkannya dengan cara membekukan  jajanan  kuliner  tersebut,  sehingga  tidak  mengurangi  cita  rasa  dari
jajanan  kuliner  nya  meski  menempuh  perjalanan  yang  cukup  jauh.  Sedangkan untuk kuliner bika ambon hanya bisa dalam kondisi baik dalam 4 hari saja.
Gambar 4.7
Jajanan kuliner yang dibekukan dan kue kering Sumber: Peneliti, 2015
Besarnya  potensi  bagi  pengembangan  industri  kuliner  ini  serta masyarakatnya  yang  mampu  berpikir  kreatif  dan  berinovasi  melalui  jajanan
Universitas Sumatera Utara
53
kuliner mereka, membuat industri ini tetap berjalan hingga ± 30  tahun sejak awal mula  industri  kuliner  ini  mulai  berkembang,  khususnya  jajanan  kuliner  bika
ambon  yang  memiliki  keunikan  tersendiri  baik  dari  segi  cita  rasanya,  maupun sejarah  bika  ambonnya,  dan  ternyata  potensi  ini  telah  mampu  menumbuh
kembangkan  jajanan  kuliner  lainnya  di  kawasan  ini  sehingga  terkenal  dengan wisata kulinernya.
4.4.2 Keadaan Sosial Budaya