Metode Adsorpsi METODE EKSTRAKSI DAN PEMEKATAN KAROTENOID

18 Metode ekstraksi pelarut telah banyak digunakan oleh beberapa peneliti terdahulu untuk mengekstrak karotenoid, antara lain Taungbodithan 1998 menggunakan metode ini untuk mengekstrak karotenoid dari buah dan sayuran, yaitu tomat, wortel dan daun bayam; Kurilich et al. 1999 mengekstrak karotenoid dari Brassica oleraceae; Lessin, Catigani dan Schwartz 1997 mengekstrak karotenoid dari buah dan sayuran segar antara lain brokoli, cantaloupe, wortel, jeruk, peach, bayam, ubi jalar dan tomat; Konings dan Roomans 1997 menggunakan metode ekstraksi pelarut untuk mengekstrak karotenoid dari buah dan sayuran. Ittah et al. 1993 mengekstrak karotenoid dari cabe merah, paprika dan oleoresin. Burdick dan Fletcher 1985 mengekstrak pigmen karotenoid dengan menggunakan campuran heksana-aseton-metanol 80:10:10 vvv. Schwartz dan Patroni 1985 mengekstrak jaringan tanaman dengan menggunakan campuran aseton-heksana 1:9 vv, kemudian Ittah et al. 1993 mengekstraksi pigmen karotenoid dari paprica Capsicum annum L dengan menggunakan aseton. Masni 2004 yang menggunakan pelarut campuran heksana-aseton 10:1 vv berhasil mengekstrak karotenoid dari limbah serat sawit dengan konsentrasi 1283 µgg. Hasanah 2006 dapat meningkatkan konsentrasi karotenoid minyak sawit kasar dari 498 µgg menjadi 744 µgg melalui fraksinasi menggunakan pelarut isopropanol 6:1 vb minyak sawit kasar.

3. Metode Adsorpsi

Metode adsorpsi merupakan metode yang banyak diteliti, terutama untuk mendapatkan karoten dari bahan pemucat bleaching agent. Prinsip dari metode ini adalah penjerapan adsorpsi komponen minor oleh adsorben dan menarik kembali desorpsi komponen tersebut menggunakan pelarut. Naibaho 1983, telah mengekstrak karoten dari tanah pemucat komersil dengan beberapa tahap yaitu pelunakan tanah pemucat dan penyabunan. Dengan cara ini konsentrasi karoten yang didapatkan mencapai 40 dari konsentrasi awal. 19 Pemisahan karotenoid dari minyak sawit kasar dengan menggunakan adsorben resin sintetis Diaion HP-20 telah dilaporkan oleh Baharin et al. 1998. Cara ini menghasilkan tingkat perolehan kembali recovery karotenoid yang beragam dari 40 – 65, tergantung pada kondisi kolom kromatografi. Selanjutnya Desai dan Dubash 1994 juga melaporkan bahwa, dengan menggunakan adsorben campuran bentonit dan alumina 4 : 1 dalam bentuk gel untuk menjerap karoten dari CPO, didapatkan tingkat perolehan kembali sebesar 79. Lessin et al. 1997 menggunakan polimer sintetis untuk menjerap karoten dari beberapa jenis buah segar dan yang telah diproses dan Sahidin et al. 2001 menggunakan adsorben campuran magnesium oksida dan aluminium oksida 1:1 untuk memurnikan β-karoten yang diekstraksi dari CPO dan didapatkan tingkat perolehan kembali sebesar 82.41. Masni 2004 melaporkan bahwa konsentrasi karotenoid dari produk konsentrat setelah proses pemisahan dengan menggunakan bahan penjerap abu sekam padi enam kali lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi karotenoid ekstrak asalnya dengan tingkat perolehan kembali sebesar 86. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi karotenoid dari pekatan yang diperoleh dengan menggunakan bahan penjerap silika gel dan alumina. Hasanah 2006 memperoleh konsentrat karotenoid dari minyak sawit kasar menggunakan kolom kromatografi dengan tingkat pemekatan 15 kali dan perolehan karotenoid sebesar 49. Perolehan karotenoid adalah persentase total karotenoid produk akhir dibandingkan total karotenoid produk awal.

4. Metode Distilasi Molekuler