38 Keterangan:
A
s
= angka penyabunan yang ditentukan dengan metoda AOCS Cd 3-25 mg KOHg sampel
A
a
= angka asam yang ditentukan dengan metoda AOCS Cd 3-63 mg KOHg sampel
G
ttl
= total gliserol yang ditentukan dengan metoda AOCS Ca 14-56 -b
9. Perolehan Metil Ester
Perolehan metil ester dihitung berdasarkan prinsip stoikiometri reaksi metanolisis trigliserida dimana dari satu mol trigliserida akan bereaksi
dengan tiga mol metanol menghasilkan tiga mol metil ester. Perhitungan: Bobot sampel minyak
Bobot metil ester teoritis g = x 3 x MR metil ester
MR triglierida rata-rata
Bobot CME x kadar ester Perolehan metil ester =
x 100 Bobot metil ester teoritis
D. RANCANGAN PERCOBAAN
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap RAL dan rancangan percobaan faktorial dengan
rancangan dasar RAL yang masing-masing terdiri dari dua kali ulangan. RAL digunakan pada tahap optimasi produksi CME dengan perlakuan kecepatan
pengadukan dan pada tahap optimasi produksi konsentrat karotenoid. Sedangkan rancangan percobaan faktorial digunakan pada tahap optimasi
produksi CME dengan perlakuan kombinasi tiga faktor yaitu konsentrasi NaOH, suhu dan waktu reaksi. Perlakuan yang diterapkan dalam penelitian
dengan rancangan percobaan RAL tersaji pada Tabel 4 dan Tabel 5.
39 Tabel 4. Penerapan perlakuan pada tahap optimasi produksi CME dengan
perlakuan kecepatan pengadukan Ulangan
Kecepatan Pengadukan 1 R1 R2 R3 R4
2 R1 R2 R3 R4 Keterangan: R1, R2, R3, R4 = taraf dari perlakuan kecepatan pengadukan
Tabel 5. Penerapan perlakuan pada tahap optimasi produksi konsentrat karotenoid menggunakan kromatografi kolom adsorpsi
Ulangan Perlakuan
Nisbah abu sekam padisilika gel
Jumlah sampel 1
A1 A2
A3 S1
S2 S3
S4
2 A1
A2 A3
S1 S2
S3 S4
Keterangan: A1,
A2, A3 = taraf dari perlakuan nisbah abu sekam
padisilika gel S1, S2, S3, S4 = taraf dari perlakuan jumlah sampel CME
yang dilewatkan dalam kolom kromatografi Jika berdasarkan uji F terdapat adanya pengaruh perlakuan, maka akan
dilanjutkan dengan Uji Wilayah Berganda Duncan. Model linier dari RAL adalah sebagai berikut Gaspersz, 1991.
Y
ij
= µ + τ
i
+ ε
ij
Keterangan: Y
ij
= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = nilai tengah populasi
τ
i
= pengaruh perlakuan ke-i terhadap pengamatan ε
ij
= pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i pada pengamatan ke-j
40 Rancangan percobaan faktorial yang digunakan terdiri dari tiga faktor
yang masing-masing bertaraf tiga. Perlakuan yang diterapkan dalam penelitian dengan rancangan percobaan faktorial tersaji pada Tabel 6.
Tabel 6. Penerapan perlakuan pada tahap optimasi produksi CME dengan perlakuan kombinasi tiga faktor
Ulangan Konsentrasi
Na O
H Suhu
T1 T2 T3 Waktu
W1 W2 W3 W1 W2 W3 W1 W2 W3 1
N1 Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 Z7 Z8 Z9
N2 Z10 Z11 Z12 Z13 Z14 Z15 Z16 Z17 Z18
N3 Z19 Z20 Z21 Z22 Z23 Z24 Z25 Z26 Z27
2 N1
Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 Z7 Z8 Z9 N2
Z10 Z11 Z12 Z13 Z14 Z15 Z16 Z17 Z18 N3
Z19 Z20 Z21 Z22 Z23 Z24 Z25 Z26 Z27 Keterangan: T1, T2, T3
= taraf dari perlakuan suhu reaksi W1, W2,W3
= taraf dari perlakuan waktu reaksi N1, N2, N3
= taraf dari perlakuan konsentrasi NaOH Z1, ......, Z27
= percobaan yang dilakukan Jika berdasarkan uji F terdapat adanya pengaruh perlakuan, maka akan
dilanjutkan dengan Uji Wilayah Berganda Duncan. Model linier dari percobaan faktorial dengan rancangan dasar RAL adalah sebagai berikut
Gaspersz, 1991. Y
ijkl
= µ + α
i
+ β
j
+ γ
k
+ αβ
ij
+ αγ
ik
+ βγ
jk
+ αβγ
ijk
+ ε
ijkl
Keterangan: Y
ijkl
= nilai pengamatan pada perlakuan konsentrasi NaOH ke-i, suhu reaksi ke-j dan waktu reaksi
ke-k pada ulangan ke-l µ
= nilai rata-rata output yang sesungguhnya α
i
= pengaruh konsentrasi NaOH ke-i terhadap pengamatan
41 β
j
= pengaruh suhu reaksi ke-j terhadap pengamatan γ
k
= pengaruh waktu reaksi ke-k terhadap pengamatan
αβ
ij
= pengaruh interaksi dari konsentrasi NaOH ke-i pada suhu ke-j
αγ
ik
= pengaruh interaksi dari konsentrasi NaOH ke-i pada waktu ke-k
βγ
jk
= pengaruh interaksi dari suhu ke-j pada waktu ke-k
αβγ
ijk
= pengaruh interaksi dari konsentrasi NaOH ke-i, suhu ke-j pada waktu ke-k
ε
ijkl
= pengaruh galat percobaan dari konsentrasi NaOH ke-i, suhu ke-j pada waktu ke-k pada
pengamatan ke-l
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian produksi konsentrat karotenoid dari metil ester kasar crude methyl ester
terdiri dari dua tahap utama yaitu: 1 Optimasi proses produksi metil ester kasar CMEcrude methyl ester dengan kandungan karotenoid tinggi;
dan 2 Optimasi proses produksi konsentrat karotenoid dari metil ester kasar crude methyl ester dengan metode kolom kromatografi adsorpsi. Parameter
utama yang diukur pada tahap optimasi proses produksi CME adalah konsentrasi karotenoid, perolehan karotenoid, kadar ester, rendemen CME, dan perolehan
metil ester. Sedangkan parameter utama yang diukur pada optimasi proses produksi konsentrat yaitu konsentrasi karotenoid, perolehan karotenoid dan
tingkat pemekatan karotenoid.
A. PERSIAPAN DAN KARAKTERISASI BAHAN BAKU
Pada tahap awal penelitian dilakukan karakterisasi bahan baku yang digunakan dalam penelitian. Bahan baku utama yang digunakan dalam
penelitian ini adalah minyak sawit kasar CPOcrude palm oil. Bahan baku CPO yang digunakan mula-mula dianalisis untuk mengetahui kadar air, kadar
asam lemak bebas, konsentrasi karotenoid serta komposisi asam lemaknya. Karakteristik CPO yang digunakan disajikan pada Tabel 7.
Kadar air dan kadar asam lemak bebas CPO yang digunakan dalam penelitian masih memenuhi standar kualitas minyak sawit kasar menurut SNI
Standar Nasional Indonesia. Kadar air maksimal minyak sawit kasar menurut SNI nomor 01-2901-1995 yaitu 2.0 dan kadar asam lemak bebas maksimal
5.0. Asam palmitat adalah asam lemak dominan dalam CPO dengan jumlah sebesar 42.17. Sedangkan asam oleat merupakan asam lemak dengan jumlah
terbesar kedua setelah asam palmitat yaitu sebanyak 28.16 disusul asam linoleat sebanyak 14.56. Hasil analisis komposisi asam lemak secara lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 1.