Metode Penyabunan Metode Ekstraksi Pelarut

16

D. METODE EKSTRAKSI DAN PEMEKATAN KAROTENOID

Berbagai metode telah dikembangkan untuk melakukan ekstraksi dan pemekatan karotenoid dari minyak sawit antara lain: metode penyabunan, metode adsorpsi, metode urea, proses ekstraksi menggunakan pelarut selektif dan distilasi molekular, transesterifikasi diikuti dengan pemisahan dan distilasi molekuler serta teknik fluida superkritik Masni, 2004. Menurut Gross 1991, belum terdapat metode standar untuk ekstraksi karotenoid, namun untuk mendapatkan hasil ekstraksi yang optimal sebaiknya digunakan bahan yang segar, tidak rusak dan contoh yang digunakan harus terwakili. Ekstraksi dilakukan secepat mungkin untuk mencegah terjadinya kerusakan akibat oksidasi.

1. Metode Penyabunan

Proses penyabunan diawali dengan melarutkan minyak sawit kasar dengan KOH dalam metanol. Prinsip dari metode ini adalah memisahkan senyawa karotenoid yang merupakan senyawa yang tidak tersabunkan dengan senyawa-senyawa yang dapat disabunkan. Pemisahan selanjutnya adalah dengan melarutkan karotenoid tersebut dengan menggunakan pelarut organik, akan tetapi bahan yang tersabunkan tidak ikut terlarut Parker, 1992. Lemak kasar yang direaksikan dengan basa mengakibatkan lemak, lilin, senyawa lipid, dan asam lemak bebas didalamnya akan membentuk sabun. Persenyawaan sabun ini akan terdispersi dalam lapisan air, hasil lainnya yaitu gliserol, fosfat alkohol dan amina terlarut dalam air, sedangkan golongan sterol, pigmen, hidrokarbon bersifat tidak larut dalam air Ketaren, 1986. Rahayu 1996 menggunakan metode penyabunan untuk mendapatkan konsentrat karotenoid dengan tingkat pemekatan 22 kali dari minyak sawit kasar. Sedangkan Sanjaya 1996 dengan skala yang digandakan dapat memekatkan karotenoid sebesar 54.31 kali dari kadar karotenoid minyak sawit kasar. Tingkat pemekatan yaitu kelipatan nilai konsentrasi produk akhir dibandingkan dengan konsentrasi produk awal. Sehingga semakin 17 pekat produk yang diperoleh semakin tinggi konsentrasinya dan semakin besar kelipatan konsentrasinya dibandingkan konsentrasi awal.

2. Metode Ekstraksi Pelarut

Metode ekstraksi pelarut merupakan salah satu metode ekstraksi yang cukup sederhana untuk mengekstrak karotenoid dari minyak sawit dibanding metode lain yang bisa digunakan, antara lain metode distilasi molekuler dan ekstraksi dengan metode fluida superkritis Masni, 2004. Metode ekstraksi pelarut pertama kali diperkenalkan oleh Freeman 1940, dan pada awalnya metode ini didasarkan pada derajat ketidakjenuhan suatu campuran digliserida diasilgliserol, namun kemudian dikembangkan untuk memperoleh komponen minor dari minyak seperti β-karoten Choo et al., 1989; Ooi et al., 1994. Proses pemisahan pada metode ekstraksi pelarut tergantung pada penggunaan jenis pelarut yang dapat memisahkan fraksi yang diinginkan. Pelarut yang umum digunakan adalah, heksana, metanol, etanol, asetonitril dan furfural. Food and Drug Administration FDA, 1987 memberikan batasan jumlah sisa pelarut yang masih diperkenankan dalam bahan makanan Tabel 3. Tabel 3. Residu pelarut organik yang diijinkan dalam makanan a Jenis Pelarut Residu ppm Aseton Etilen klorida Etanol Heksana Isopropil alkohol Metilen diklorida Metanol 30 30 30 25 50 30 50 a Food and Drug Adminstration 1987 18 Metode ekstraksi pelarut telah banyak digunakan oleh beberapa peneliti terdahulu untuk mengekstrak karotenoid, antara lain Taungbodithan 1998 menggunakan metode ini untuk mengekstrak karotenoid dari buah dan sayuran, yaitu tomat, wortel dan daun bayam; Kurilich et al. 1999 mengekstrak karotenoid dari Brassica oleraceae; Lessin, Catigani dan Schwartz 1997 mengekstrak karotenoid dari buah dan sayuran segar antara lain brokoli, cantaloupe, wortel, jeruk, peach, bayam, ubi jalar dan tomat; Konings dan Roomans 1997 menggunakan metode ekstraksi pelarut untuk mengekstrak karotenoid dari buah dan sayuran. Ittah et al. 1993 mengekstrak karotenoid dari cabe merah, paprika dan oleoresin. Burdick dan Fletcher 1985 mengekstrak pigmen karotenoid dengan menggunakan campuran heksana-aseton-metanol 80:10:10 vvv. Schwartz dan Patroni 1985 mengekstrak jaringan tanaman dengan menggunakan campuran aseton-heksana 1:9 vv, kemudian Ittah et al. 1993 mengekstraksi pigmen karotenoid dari paprica Capsicum annum L dengan menggunakan aseton. Masni 2004 yang menggunakan pelarut campuran heksana-aseton 10:1 vv berhasil mengekstrak karotenoid dari limbah serat sawit dengan konsentrasi 1283 µgg. Hasanah 2006 dapat meningkatkan konsentrasi karotenoid minyak sawit kasar dari 498 µgg menjadi 744 µgg melalui fraksinasi menggunakan pelarut isopropanol 6:1 vb minyak sawit kasar.

3. Metode Adsorpsi