Abu Sekam Padi TINJAUAN PUSTAKA A. MINYAK SAWIT

23

F. Abu Sekam Padi

Produksi beras yang tinggi di Indonesia menyebabkan tingginya limbah penggilingan padi yaitu sekam. Sekam padi adalah bagian terluar dari butiran padi, yang merupakan hasil sampingan saat proses penggilingan padi dilakukan. Sekitar 20 dari bobot padi adalah sekam padi dan kurang lebih 15 dari komposisi sekam adalah abu sekam padi yang selalu dihasilkan setiap kali sekam dibakar Hara, 1986. Abu sekam padi merupakan sumber biologis dari silika gel yang dapat digunakan dalam proses pemurnian minyak Proctor dan Pallaniapan, 1989. Pembakaran sekam menggunakan cerealia prossesor akan menghasilkan abu yang mengandung silika 55 dan residu karbon. Pembakaran lebih lanjut di laboratorium pada suhu 500 o C dapat menghasilkan abu dengan kandungan silika 97 dan kalium oksida 2. Silika yang terdapat dalam sekam padi ada dalam bentuk amorf terhidrat. Kalmath dan Proctor 1998 juga melaporkan bahwa dengan proses kimiawi abu sekam padi dapat digunakan untuk memproduksi silika gel. Peluang penggunaan abu sekam padi sebagai bahan penjerap pemisahan karotenoid menggunakan metode kromatografi kolom adsorpsi mengacu pada temuan beberapa penelitian yang telah menggunakan abu sekam padi sebagai penjerap, dengan pertimbangan bahwa abu sekam padi merupakan sumber silika yang baik. Kemampuan abu sekam padi sebagai penjerap lutein dari minyak kedelai ditunjukkan oleh hasil penelitian Proctor dan Pallaniapan 1989. Pada tahun 1992, Proctor dan Pallaniapan juga menemukan bahwa abu sekam padi dapat berperan sebagai bahan penjerap fosfolipid pada proses pemurnian minyak kacang kedelai Masni, 2004. Liew et al. 1993 melaporkan bahwa, abu sekam padi yang diaktifkan dengan asam dapat menurunkan dengan cepat karoten dari CPO. Selanjutnya hasil penelitian Saleh dan Adam 1994 menemukan abu sekam padi mampu menjerap asam lemak bebas dalam minyak sayur. Hal yang sama juga ditemukan oleh Farook dan Ravendran 2000 serta Kalapthy dan Proctor 2000 bahwa abu sekam padi mampu menurunkan kandungan asam lemak 24 bebas dari minyak goreng. Sedangkan Ping et al. 2001 menemukan bahwa abu sekam padi dapat digunakan sebagai pemucat minyak wijen. Penelitian Masni 2004 menunjukkan bahwa untuk pemisahan karotenoid dari ekstrak serat sawit menggunakan adsorben abu sekam padi dihasilkan produk konsentrat dengan konsentrasi karotenoid 11580 µgg konsentrat kering, atau terjadi pemekatan sebesar 6 kali dengan tingkat perolehan kembali sebesar 86. Sedangkan Hasanah 2006 dengan menggunakan adsorben campuran antara abu sekam padi dan silika gel dapat memekatkan karotenoid hingga 15 kali dengan konsentrasi karotenoid 7541 µgg dan tingkat perolehan kembali sebesar 49.

III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT

Bahan baku utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak sawit kasar crude palm oil yang diperoleh dari PT Sinar Meadow International Indonesia. Adsorben yang digunakan adalah abu sekam padi dan silika gel. Sedangkan bahan lain yang digunakan yaitu, natrium hidroksida, metanol, heksana, asam asetat glasial, gas nitrogen, metanol, isopropanol, kloroform, kalium hidroksida, dan natrium sulfat anhidrat, serta beberapa bahan kimia lainnya. Alat yang digunakan pada penelitian ini mencakup orbital thermoshaker, neraca analitik, sentrifuge, penangas air, buret, spektrofotometer UV-Vis, Gas Chromatography GC, kolom kromatografi, fraction collector, lemari pendingin, rotavapor, oven, vortex, tabung vial, botol semprot dan peralatan gelas lainnya.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian pemekatan karotenoid pada metil ester kasar crude methyl ester terdiri dari tiga tahap yaitu: 1 Persiapan dan karakterisasi bahan baku; 2 Optimasi proses produksi metil ester kasar crude methyl ester dengan kandungan karotenoid tinggi; dan 3 Optimasi proses pemekatan karotenoid pada metil ester kasar crude methyl ester dengan metode kolom kromatografi adsorpsi. Tahap persiapan bahan baku terdiri dari karakterisasi bahan baku CPO dan pengabuan sekam padi dalam tanur. Tahap optimasi proses produksi crude methyl ester CME terdiri dari tahap optimasi proses dengan perlakuan kecepatan pengadukan serta optimasi proses dengan kombinasi tiga perlakuan konsentrasi NaOH, waktu reaksi dan suhu reaksi. Sedangkan tahap optimasi pemekatan karotenoid terdiri dari tahap optimasi proses dengan perlakuan nisbah adsorben abu sekam padi dan silika gel serta tahap optimasi proses dengan perlakuan jumlah sampel yang dilewatkan dalam kolom kromatografi. Diagram alir penelitian ini disajikan pada Gambar 6.