Pengaruh konsentrasi NaOH, suhu dan waktu reaksi terhadap kadar ester CME Pengaruh konsentrasi NaOH, suhu dan waktu reaksi terhadap perolehan metil ester

62 4060 4090 40120 5060 5090 50120 6060 6090 60120 2.0 1.5 1.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0 K a d a r E ste r Suhu o CWaktu menit Konsentrasi NaOH molekul trigliserida terdapat oksigen yang lebih banyak dibanding metil ester. Houghton 1998 menyebutkan bahwa polaritas suatu senyawa ditentukan oleh adanya cincin aromatik, ikatan ganda, dan atom-atom yang memiliki elektron tidak berpasangan atom elektronegatif seperti nitrogen, oksigen, klorin, dan halogen lainnya. Semakin banyak cincin aromatik, ikatan ganda dan atom-atom elektronegatif maka semakin polar senyawa tersebut.

d. Pengaruh konsentrasi NaOH, suhu dan waktu reaksi terhadap kadar ester CME

Gambar 21 menujukkan bahwa secara keseluruhan kadar ester CME pada semua kombinasi perlakuan memiliki nilai yang setara. Kadar ester yang diperoleh berkisar antara 97 hingga 99.5 Tabel 10. Kadar ester yang tinggi ini telah memenuhi persyaratan biodiesel menurut SNI dengan nomor 04-7182-2006 yaitu bahwa metil ester yang digunakan sebagai biodiesel harus memiliki kadar ester sekurang- kurangnya 96.5 SNI, 2006. Gambar 21. Kadar ester CME crude methyl ester pada kombinasi perlakuan konsentrasi NaOH, suhu dan waktu reaksi 63 Analisis sidik ragam kadar ester CME menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi NaOH, suhu dan waktu reaksi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kadar ester CME p0.05. Interaksi antara perlakuan pun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar ester Lampiran 14. Hasil ini menunjukkan bahwa pada semua kombinasi perlakuan kadar ester yang diperoleh tinggi dan tidak jauh berbeda. Kadar ester yang tinggi dan analisis sidik ragam yang tidak berpengaruh nyata menjadikan parameter kadar ester tidak terlalu diperhitungkan.

e. Pengaruh konsentrasi NaOH, suhu dan waktu reaksi terhadap perolehan metil ester

Perolehan metil ester dihitung berdasarkan kadar ester dan rendemen CME yang diperoleh. Perkalian antara rendemen CME dan kadar ester kemudian dibandingkan dengan jumlah metil ester yang terbentuk secara teoritis. Perolehan metil ester yang diperoleh memperlihatkan kecenderungan yang menurun dengan bertambahnya konsentrasi NaOH Gambar 22. Secara teori perolehan metil ester diperkirakan tidak jauh berbeda dengan rendemen. Rendemen menunjukkan jumlah metil ester kasar masih mengandung pengotor sedangkan perolehan metil ester menunjukkan jumlah metil ester murni. Hal ini akan menyebabkan hasil yang diperoleh pun tidak jauh berbeda. Sama halnya pada rendemen CME, perolehan metil ester tertinggi diperoleh pada konsentrasi NaOH 1. Perolehan metil ester pada konsentrasi NaOH 1 mencapai 84.84 Tabel 10. Perolehan metil ester terendah sebesar 16.06 yaitu pada konsentrasi NaOH 2. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa dengan semakin meningkatnya konsentrasi NaOH perolehan metil ester semakin rendah yang disebabkan karena konsentrasi NaOH yang semakin besar justru memicu terbentuknya reaksi penyabunan. 64 4060 4090 40120 5060 5090 50120 6060 6090 60120 2.0 1.5 1.0 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 P er o le h a n M et il E st er Suhu o CWak tu menit Konse ntrasi NaOH Gambar 22. Perolehan metil ester pada kombinasi perlakuan konsentrasi NaOH, suhu dan waktu reaksi Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi NaOH memberikan pengaruh nyata terhadap perolehan metil ester p0.05 Lampiran 15. Konsentrasi NaOH 1 dianggap sebagai kondisi terbaik reaksi untuk mendapatkan perolehan metil ester yang tinggi. Suhu reaksi berdasarkan analisis sidik ragam memberikan pengaruh yang nyata terhadap perolehan metil ester p0.05. Perolehan metil ester tertinggi diperoleh pada suhu reaksi 40 o C yaitu sebesar 84.84 dan perolehan metil ester terendahpun pada suhu reaksi 40 o C yaitu sebesar 16.66 Tabel 10. Namun demikian, secara statistik uji beda Duncan rata-rata perolehan metil ester tertinggi diperoleh pada suhu 50 o C Lampiran 15. Sama halnya pada parameter rendemen, hal ini menunjukkan bahwa reaksi transesterifikasi dapat berlangsung dengan baik pada suhu rendah. Waktu reaksi selama 90 menit memberikan perolehan metil ester tertinggi yaitu sebesar 84.84 Tabel 7. Berdasarkan analisis sidik 65 ragam perlakuan waktu reaksi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap perolehan metil ester p0.05 Lampiran 14. Penambahan waktu reaksi ternyata tidak dapat menghasilkan perolehan metil ester yang signifikan. Oleh karena itu, waktu reaksi 60 menit dapat dipilih sebagai kondisi terbaik karena merupakan waktu yang tersingkat dan menghasilkan perolehan metil ester yang tinggi pula. f. Rekapitulasi hasil optimasi perlakuan konsentrasi NaOH, suhu dan waktu reaksi dalam produksi CME berkarotenoid tinggi Perlakuan optimal ditentukan berdasarkan beberapa parameter produk CME yang telah ditentukan yaitu perolehan karotenoid, rendemen CME, kadar ester dan perolehan metil ester yang tinggi. Kombinasi perlakuan terbaik dipilih berdasarkan jumlah parameter produk CME yang paling banyak dipenuhi. Secara teknis, masing- masing perlakuan yang terpilih berdasarkan analisis secara statistik untuk parameter tertentu diberi poin satu satu tanda X. Kombinasi perlakuan yang memiliki poin tanda X terbanyak adalah kombinasi perlakuan terbaik. Rekapitulasi hasil optimasi perlakuan konsentrasi NaOH, suhu dan waktu reaksi dalam produksi CME berkarotenoid tinggi dapat dilihat pada Tabel 11. Secara keseluruhan, kondisi reaksi yang menghasilkan perolehan karotenoid, rendemen CME, dan perolehan metil ester yang optimum jumlah parameter yang terpenuhi terbanyak yaitu pada kombinasi perlakuan konsentrasi NaOH 1, suhu reaksi 50 o C dan waktu reaksi 60 menit. Kombinasi perlakuan ini menghasilkan perolehan karotenoid sebesar 87.93, rendemen CME sebesar 81.32, kadar ester 98.11 dan perolehan metil ester sebesar 83.81. Oleh karena itu kombinasi perlakuan tersebut ditetapkan sebagai kondisi terbaik reaksi transesterifikasi dan digunakan sebagai kondisi reaksi produksi CME selanjutnya. 66 Tabel 11. Rekapitulasi hasil optimasi perlakuan konsentrasi NaOH, suhu dan waktu reaksi dalam produksi CME berkarotenoid tinggi Suhu o C Waktu menit Konsentrasi NaOH bb Perolehan Karotenoid Rendemen CME Kadar Ester Perolehan Metil Ester Jumlah Poin X 40 60 1 XX XXX - XXX 8 1.5 X XX - XX 5 2 X XX - XX 5 90 1 X XX - XX 5 1.5 X - X 2 2 X - X 2 120 1 X XX - XX 5 1.5 X - X 2 2 X - X 2 50 60 1 XXX XXX - XXX 9 1.5 XX XX - XX 6 2 XX XX - XX 6 90 1 XX XX - XX 6 1.5 X X - X 3 2 X X - X 3 120 1 XX XX - XX 6 1.5 X X - X 3 2 X X - X 3 60 60 1 XX XX - XX 6 1.5 X X - X 3 2 X X - X 3 90 1 X X - X 3 1.5 - 2 - 120 1 X X - X 3 1.5 - 2 - 67

C. OPTIMASI PEMEKATAN KAROTENOID

Pemekatan karotenoid pada CME dilakukan dengan menggunakan kolom kromatografi. Bahan adsorben yang digunakan yaitu campuran abu sekam padi dan silika gel. Abu sekam padi sebagai adsorben bersifat kurang menjerap karotenoid dan mudah melepaskannya kembali. Sedangkan silika gel memiliki kemampuan adsorpsi terhadap senyawa karotenoid yang tinggi tetapi kemampuan desorpsinya rendah Masni, 2004. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan pencampuran abu sekam padi dan silika gel sebagai adsorben dalam kromatografi kolom dengan harapan kelemahan dari masing-masing adsorben tersebut dapat tertutupi oleh kelebihan masing-masing adsorben. Penentuan kondisi optimum proses produksi konsentrat karotenoid dilakukan dengan penerapan dua tahap optimasi. Tahap pertama yaitu optimasi proses dengan perlakuan nisbah abu sekam padi dan silika gel bb, sedangkan tahap kedua yaitu optimasi proses dengan perlakuan jumlah sampel yang dilewatkan dalam kolom. Sebelum digunakan, adsorben diaktifkan dalam oven pada suhu 100 o C selama dua jam. Pengisian kolom dilakukan dengan memasukkan campuran adsorben dalam bentuk larutan slurry dan partikel dibiarkan mengendap. Untuk menyeragamkan kepadatan di dalam kolom maka pengisian kolom harus dikerjakan secara seragam yaitu dengan membuat laju elusi menjadi konstan. Hasanah, 2006. Adnan 1997 menyatakan bahwa kecepatan elusi tergantung dari besarnya ukuran partikel adsorben, dimensi dari kolom, viskositas cairan dan tekanan yang dipakai untuk mengalirkan zat pelarut. Pada penelitian ini kecepatan linier eluen adalah 1 ml2 menit. Eluat yang keluar dari kolom ditampung dengan volume tertentu secara konstan. Untuk menjaga agar volumenya tetap konstan digunakan alat fraction collector. Volume eluat yang ditampung setiap fraksinya adalah 3 ml yang merupakan kondisi optimum yang diperoleh Hasanah 2006 dengan sampel fraksi cair minyak sawit. Volume eluen di permukaan kolom pun dipertahankan konstan agar permukaan kolom tidak kering dan kondisi elusi dalam kolom juga terjaga konstan. Pada Gambar