Metode Distilasi Molekuler Metode Ekstraksi dengan Fluida Superkritik

19 Pemisahan karotenoid dari minyak sawit kasar dengan menggunakan adsorben resin sintetis Diaion HP-20 telah dilaporkan oleh Baharin et al. 1998. Cara ini menghasilkan tingkat perolehan kembali recovery karotenoid yang beragam dari 40 – 65, tergantung pada kondisi kolom kromatografi. Selanjutnya Desai dan Dubash 1994 juga melaporkan bahwa, dengan menggunakan adsorben campuran bentonit dan alumina 4 : 1 dalam bentuk gel untuk menjerap karoten dari CPO, didapatkan tingkat perolehan kembali sebesar 79. Lessin et al. 1997 menggunakan polimer sintetis untuk menjerap karoten dari beberapa jenis buah segar dan yang telah diproses dan Sahidin et al. 2001 menggunakan adsorben campuran magnesium oksida dan aluminium oksida 1:1 untuk memurnikan β-karoten yang diekstraksi dari CPO dan didapatkan tingkat perolehan kembali sebesar 82.41. Masni 2004 melaporkan bahwa konsentrasi karotenoid dari produk konsentrat setelah proses pemisahan dengan menggunakan bahan penjerap abu sekam padi enam kali lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi karotenoid ekstrak asalnya dengan tingkat perolehan kembali sebesar 86. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi karotenoid dari pekatan yang diperoleh dengan menggunakan bahan penjerap silika gel dan alumina. Hasanah 2006 memperoleh konsentrat karotenoid dari minyak sawit kasar menggunakan kolom kromatografi dengan tingkat pemekatan 15 kali dan perolehan karotenoid sebesar 49. Perolehan karotenoid adalah persentase total karotenoid produk akhir dibandingkan total karotenoid produk awal.

4. Metode Distilasi Molekuler

Prinsip dari metode distilasi molekuler adalah pemisahan komponen dari suatu campuran dengan cara penguapan, yaitu dengan cara mengubah bagian yang sama dari keadaan cair menjadi bentuk uap, dengan syarat kemudahan menguap volatilitas dari komponen yang akan dipisahkan berbeda satu dengan yang lainnya. Berbeda dengan distilasi biasa, distilasi molekuler tidak hanya menggunakan panas, tetapi juga menggunakan 20 kondisi vakum untuk memisahkan suatu komponen dalam suatu campuran. Tekanan yang digunakan dalam metode ini berkisar antara 0.01-0.001 mmHg. Pada distilasi molekuler, jarak antara permukaan penguapan lapisan cairan yang terbentuk secara mekanis dengan permukaan kondensasi hanya beberapa cm, sehingga molekul-molekul mempunyai energi yang cukup untuk dapat terpisah dari campuran senyawa ke permukaan kondensasi tanpa bertabrakan dengan molekul lainnya Ooi et al., 1994. Dibandingkan dengan metode distilasi vakum, hasil yang diperoleh dengan distilasi molekuler jauh lebih besar. Hal ini disebabkan karena kontak terhadap panas pada waktu distilasi molekuler lebih singkat dibandingkan distilasi vakum. Dari beberapa penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa metode distilasi molekuler melalui jalur metil ester cukup efektif dilakukan untuk mendapatkan ekstrak karotenoid dengan kemurnian dan hasil yang tinggi Masni, 2004. Ooi et al. 1994 berhasil mendapatkan konsentrat karotenoid dengan kemurnian 75 menggunakan metode distilasi molekuler 2 tahap dan perlakuan metanolisis pada bahan bakunya.

5. Metode Ekstraksi dengan Fluida Superkritik

Teknik ekstraksi dengan fluida superkritik merupakan suatu teknik pemisahan yang memanfaatkan daya pelarut dari fluida superkritik pada suhu dan tekanan di sekitar titik kritik. Cara ini sangat efektif terutama untuk mengisolasi senyawa dengan bobot molekul sedang dengan kepolaran rendah. Dengan pemisahan pada suhu rendah, maka sangat berguna untuk mengekstraksi senyawa yang tidak tahan terhadap pemanasan Sulaswatty, 1998. Muchtadi 1992 melaporkan bahwa pada proses ekstraksi minyak sawit dengan fluida superkritik, pada suhu 40 o C, dengan tekanan 3000-3500 psi selama 4 jam, terjadi penurunan total karotenoid yang lebih kecil bila dibandingkan dengan ekstraksi konvensional. Total karotenoid pada proses tersebut menurun sekitar 26.8. Sulaswatty 1998 berhasil melakukan pemekatan karotenoid dari fase ester metil minyak sawit menggunakan 21 teknik fluida superkritik hingga 39 kali tingkat pemekatan dengan rendemen karotenoid sebesar 42. Dibandingkan dengan pelarut lain, fluida superkritik mempunyai densitas dan viskositas yang rendah serta difusitas yang tinggi, sehingga memungkinkan untuk ekstraksi dan pemisahan yang cepat. Daya pelarut dari fluida superkritik cukup tinggi terhadap senyawa padat, cair atau gas dan ini dapat diubah dengan memvariasikan tekanan dan suhu. Selanjutnya fluida dapat dipisahkan dari ekstrak dan residu karena perbedaan volatilitas yang cukup tinggi Sulaswatty, 1998.

E. Kromatografi Kolom Adsorpi