48
5 Individu tidak belajar, tingkahlaku gagal pada dasarnya
sebagai hasil dari individu yang tidak belajar untuk memenuhi kebutuhannya saat terlibat dengan orang lain.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Identitas gagal, perbuatan tidak pas, keterlibatan dengan diri, kegagalan orang tua atau orang yang bermakna
adalah termasuk perkembangan pribadi yang menyimpang. Perilaku bermasalah disebabkan oleh ketidakmampuan dalam memuaskan kebutuhan yang berakibat
seseorang akan kehilangan “sentuhan” dengan realitas objektif, tidak dapat melihat sesuatu sesuai dengan realitasnya, tidak dapat melakukan atas dasar
kebenaran, tanggung jawab dan realitas.
2.3.4 Tujuan Konseling Realita
Latipun 2005: 129 menyebutkan bahwa: “secara umum tujuan konseling realita sama dengan tujuan hidup, yaitu individu mencapai kehidupan dengan
identitas keberhasilan. Untuk itu dia harus bertanggung jawab, yaitu memiliki kemampuan mencapai kepuasan terhadap kebutuhan personalnya. Selanjutnya
Latipun 2005: 130 menambahkan bahwa: “oleh karena itu, konselor bertugas membantu klien bagaimana menemukan kebutuhannya dengan 3R yaitu right,
responsibility, dan reality sebagai jalannya”. Glasser dalam Corey 2007: 269 menyebutkan bahwa “mengajarkan
tanggung jawab merupakan konsep inti dalam konseling realita”. Sama dengan kebanyakan sistem psikoterapi, tujuan umum terapi realita adalah membantu
seseorang untuk mencapai otonomi. Pada dasarnya, otonomi adalah kematangan yang diperlukan bagi kemampuan seseorang untuk mengganti dukungan
49
lingkungan dengan dukungan internal. Kematangan ini menyiratkan bahwa orang- orang mampu bertanggung jawab atas siapa mereka dan ingin menjadi apa mereka
serta mengembangkan rencana-rencana yang bertanggung jawab individual dari segi tujuan-tujuan realita karena klien harus menentukan tujuan-tujuan itu bagi
dirinya sendiri. Tujuan konseling realita menurut Fauzan 1994: 35-36 adalah:
1 Membantu individu mencapai otonomi. Otonomi
merupakan kematangan yang menyebabkan orang mampu melepaskan dukungan lingkungan dan menggantikannya
dengan dukungan pribadi atau diri sendiri.
2 Membantu individu dalam mengartikan dan memperluas
tujuan-tujuan hidup mereka. Dalam hal ini berarti individu dapat bertanggungjawab pada dirinya, apa yang ia inginkan
serta mengembangkan rencana-rencana yang realistis dan bertanggungjawab untuk mencapai tujuan sendiri.
3 Membantu individu menemukan kebutuhannya dengan
prinsip 3R, yaitu right, responsibility dan reality.
Menurut Triyono dalam Fauzan, 1994: 31-32 ketiga prinsip tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
1 Right
Yang dimaksud Glasser ada ukuran atau norma yang diterima secara umum dimana tingkah laku dapat diperbandingkan.tanpa menilai
tingkah laku sendiri sebagaimana adanya: benar atau salah, baik atau buruk, orang akan berbuat semaunya sendiri
2 Responsibility
Prinsip ini merupakan kemampuan untuk mencapai sesuatu kebutuhan dan untuk berbuat dalam cara yang tidak merampas
keinginan orang lain dalam memenuhi kebutuhan mereka. Merupakan
50
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pribadi dalam konteks sosial budaya.
3 Reality
Dalam hal ini orang harus memahami bahwa ada dunia nyata dari mereka harus memenuhi kebutuhan-kebutuhanya dalam kerangka kerja
tertentu. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, konseling realita
menganggap bahwa realisasi untuk tumbuh dalam rangka memuaskan kebutuhan dan mencapai tujuan adalah dengan menggunakan prinsip 3R yaitu right orang
harus mempelajari apa yang benar, responsibility bertingkah laku secara bertanggung jawab, dan reality memahami serta menghadapi kenyataan.
2.3.5 Peranan Konselor