Konsep Dasar Konseling Perorangan Pendekatan Realita

42 komunikasi yang baik, memiliki ketegasan, mempunyai penampilan diri yang baik dan mampu mengendalikan perasaan. Dari keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri terbagi tiga jenis yaitu; kepercayaan diri lahir, kepercayaan diri batin, dan kepercayaan diri spiritual. Orang yang memiliki kepercayaan diri tinggi tidak hanya kepercayaan diri spiritual saja, tetapi juga didukung kepercayaan diri lahir dan batin. Aspek-aspek dalam jenis-jenis kepercayaan diri yang akan dijadikan indikator dalam penelitian ini adalah 1 cinta diri, 2 pemahaman diri, 3 tujuan yang jelas, 4 berpikir positif, 5 komunikasi, 6 ketegasan, 7 penampilan diri, dan 8 pengendalian perasaan.

2.3 Konseling Perorangan Pendekatan Realita

2.3.1 Konsep Dasar

Konseling perorangan menurut Willis 2004: 159 adalah pertemuan konselor dengan klien secara individual, dimana terjadi hubungan konseling yang bernuansa rapport, dan konselor berupaya memberikan bantuan untuk pengembangan pribadi klien serta klien dapat mengantisipasi masalah-masalah yang dihadapi. Sedangkan menurut Priyatno dan Erman Anti 1999: 288-289 , konseling perorangan dianggap sebagai upaya layanan yang paling utama dalam pelaksanaan fungsi pengentasan masalah klien. Bahkan dikatakan bahwa konseling merupakan ”jantung hatinya” pelayanan bimbingan secara menyuluruh. 43 Dapat disimpulkan bahwa konseling perorangan adalah layanan yang memungkinan individu mendapatkan layanan langsung tatap muka secara perorangan untuk mengentaskan permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan dirinya. Tujuan layanan konseling perorangan adalah individu dapat mengentaskan masalah yang dihadapinya. Layanan Konseling Perorangan berfungsi untuk pengentasan dan advokasi. Pendekatan realita menurut Corey 2007: 263 adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkahlaku sekarang. Konselor berfungsi sebagai guru dan model serta mengkonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa membantu klien menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain. Inti pendekatan realita adalah penerimaan tanggung jawab pribadi yang dipersamakan dengan kesehatan mental. Corak konseling ini berpijak pada beberapa keyakinan dasar bahwa masing- masing orang memikul tanggung jawab untuk menerima konsekuensi- konsekuensi dari tingkahlakunya sendiri. Kepribadian yang integral adalah struktur kepribadiannya tidak terpecah artinya sesuai antara gambaran tentang diri yang ideal ideal-self dengan kenyataan diri sebenarnya actual-self. Hal ini berarti, anak yang tinggal di panti asuhan dapat menyadari kenyataan dirinya, bahwa dirinya tidak beraada di sebuah keluarga yang ideal yang terdiri dari ayah dan ibu. Namun dalam hal ini, anak tidak perlu merasa dirinya berbeda, namun perlu untuk menyadari dan memahami keberadaannya secara nyata. Sehingga tidak terhambat dalam aktualisasi dirinya. Aktualisasi diri adalah kemampuan seseorang untuk menemukan dan 44 mengembangkan potensi yang dimiliki. Kepribadian yang berdiri sendiri adalah yang mampu menentukan pilihan sendiri atas dasar tenggung jawab dan kemampuan. Tidak tergantung pada orang lain. Sebelum menentukan pilihan tentu individu harus memahami dirinya kekuatan dan kelemahan diri, dan kemudian keadaan diri tersebut harus diterima. Di dalam konsep dasar terdapat pandangan tentang manusia seperti yang dikemukakan Glasser Fauzan, 1994: 29-30 memang tidak memaparkan idenya menjadi pokok pikiran, namun ide-idenya disaripatikan menjadi sejumlah pokok pikiran sebagai berikut: 1 Konselor umumnya memandang individu atas dasar tingkah lakunya. 2 Manusia memiliki kebutuhan psikologis tunggal yang disebut kebutuhan akan identitas. 3 Dalam merumuskan identitas, orang lain memerankan peranan penting dalam membantu melihat diri sendiri sebagai orang yang sukses atau gagal. 4 Pandangan terhadap hakekat manusia mencakup pernyataan bahwa manusia memiliki 3 kekuatan untuk tumbuh yang mendorong menuju ke identitas sukses. 5 Kekuatan tumbuh bukanlah pembawaan. 6 Konseling realita tidak terikat pada filsafat deterministik dalam memandang manusia, tetapi membuat asumsi-asumsi bahwa pada akhirnya manusia mengarahkan diri sendiri. 7 Realisasi untuk tumbuh dalam rangka memuaskan kebutuhan harus dilandasi oleh prinsip 3R: Right, Responsibility, dan Reality. Manusia memiliki kebutuhan akan identitas, dalam merumuskan identitas, orang lain berperan penting dalam membantu melihat diri sendiri sebagai orang yang sukses. Dalam memuaskan kebutuhan dilandasi oleh prinsip 3R karena dengan adanya prinsip 3R dapat mendorong seseorang menuju identitas sukses. Pandangan manusia menurut Latipun 2005: 128 – 129 yaitu: 45 1 Perilaku manusia didorong oleh usaha untuk menemukan kebutuhan dasarnya baik fisiologis maupun psikologis. 2 Jika individu frustasi karena gagal memperoleh kepuasan atas tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya dia akan mengembangkan identitas kegagalan. Sebaliknya jika berhasil memperoleh kepuasan dalam memenuhi kebutuhannya maka akan mengembangkan identitas keberhasilan. 3 Individu pada dasarnya memiliki kemampuan untuk mengubah identitasnya dari identitas kegagalan ke identitas keberhasilan. Individu yang bersangkutan adalah pihak yang mampu mengubah dirinya sendiri. 4 Faktor tanggung jawab adalah sangat penting pada manusia. Orang yang berusaha memperoleh kepuasan mencapai succes identity menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab. 5 Faktor penilaian individu tentang dirinya sangat penting untuk menentukan apakah dirinya termasuk memiliki identitas keberhasilan atau kegagalan. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang didorong oleh kebutuhannya. Apabila kebutuhannya terpenuhi maka pemenuhan akan identitasnya berhasil. Sebaliknya apabila gagal dalam pemenuhan kebutuhannya maka dia akan mengembangkan identitas kegagalannya. Dapat juga disimpulkan bahwa pendekatan realita merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif sederhana dan bentuk bantuan langsung kepada konseli, yang dapat dilakukan oleh guru atau konselor dalam rangka mengembangkan dan membina kepribadiankesehatan mental konseli secara sukses, dengan cara memberi tanggung jawab kepada konseli yang bersangkutan. Pendekatan Realita lebih menekankan masa kini, maka dalam memberikan bantuan tidak perlu melacak sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga yang paling dipentingkan adalah bagaimana konseli dapat memperoleh kesuksesan pada masa yang akan datang. 46

2.3.2 Pandangan tentang Sifat Manusia

Dokumen yang terkait

MENGATASI KURANG PERCAYA DIRI DALAM MENGHADAPI ULANGAN MELALUI KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS V DI SD N REJOSARI 01 TERSONO

1 22 187

MENGATASI MASALAH KEPERCAYAAN DIRI SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 2 KARANGPUCUNG KABUPATEN CILACAP

2 13 291

MENGATASI KEBIASAAN MENGKONSUMSI MINUMAN KERAS MELALUI KONSELING PERORANGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN TEKNIK PENGELOLAAN DIRI PADA SISWA KELAS X TKJ SMK NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN

1 15 296

Mengatasi Kenakalan Remaja Pada Siswa Broken Home Melalui Konseling Realita Di SMA Negeri 4 Kota Pekalongan

8 86 136

MENGATASI KENAKALAN SISWA KELAS IV MELALUI LAYANAN KONSELING PERORANGAN DI SD NEGERI 2 GLINTANG Mengatasi kenakalan siswa kelas iv melalui layanan konseling perorangan di SD Negeri 2 Glintang Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali Tahun 2011 /2012.

0 0 16

Upaya Mengatasi Permasalahan Rendahnya Tanggung Jawab Belajar Melalui Konseling Individual Dengan Pendekatan Konseling Realita (Penanganan Kasus Pada 3 Orang Siswa Kelas IX D di SMP Negeri 3 Pekalongan Tahun Pelajaran 2011/2012).

0 0 1

Mengentaskan Masalah Orientasi Tujuan Penguasaan Rendah Menggunakan Layanan Konseling Individu Melalui Pendekatan Konseling Realita Pada Siswa Kelas XI SMK Bina Nusantara Ungaran Tahun 2011/2012.

0 0 1

Upaya mengatasi rendahnya disiplin belajar dengan menggunakan pendekatan konseling realita pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Tengaran Kabupaten Semarang.

0 0 1

(ABSTRAK) UPAYA MENGATASI KEPERCAYAAN DIRI RENDAH KELAYAN MELALUI KONSELING PERORANGAN DENGAN PENDEKATAN REALITA (Studi Kasus Pada Tiga Kelayan Di Panti Asuhan Al-Huda Semarang).

0 0 2

PENERAPAN MODEL KONSELING REALITA UNTUK MENGATASI RENDAHNYA KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP LAWAN JENIS SISWA KELAS XI SMA N 1 KAYEN PATI

0 0 20