55
4. Membantu klien dalam merumuskan rencana-rencana yang spesifik bagi
tindakan 5.
Bertindak sebagai model dan guru 6.
Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi 7.
Menggunakan “terapi kejutan verbal” atau sarkasme yang layak untuk mengkonfrontasikan klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistis
8. Melibatkan diri dengan klien dalam upayanya mencari kehidupan yang lebih
efektif Corey 2007: 277-278. Disamping mengajukan pertanyaan-pertanyaan, konselor secara verbal
aktif dalam berbagai cara. Konselor mengikat klien dengan percakapan yang menarik dan menyenagkan, yang kadang-kadang tidak berhubungan dengan
masalah klien saat itu. Konselor menggunakan humor, diskusi, sebagai bagian penting dalam konseling.
2.4 Mengatasi Kepercayaan Diri Rendah Kelayan melalui
Konseling Perorangan dengan Pendekatan Realita
Rasa tidak percaya diri dapat disimpulkan sebagai suatu keyakinan negatif seseorang terhadap kekurangan yang ada di berbagai aspek kepribadiannya
sehingga ia merasa tidak mampu untuk mencapai berbagai tujuan di dalam kehidupannya. Rasa percaya diri rendah akan membuat keyakinan individu
menjadi negatif terhadap kekurangan berbagai aspek kepribadiannya sehingga ia merasa tidak mampu untuk mencapai berbagai tujuan di dalam kehidupannya.
56
Jenis kepercayaan diri ada tiga yaitu, kepercayaan diri batin, kepercayaan diri lahir dan kepercayaan diri spiritual. Kepercayaan diri batin meliputi; 1 cinta
diri, 2 pemahaman diri, 3 tujuan yang jelas, dan 4 berfikir positif. Kepercayaan diri lahir meliputi; 1 komunikasi, 2 ketegasan, 3 penampilan
diri, dan 4 pengendalian perasaan. Kepercayaan diri spiritual adalah keyakinan individu bahwa hidup ini memiliki tujuan yang positif dan keberadaan kita punya
makna. Orang yang memiliki kepercayaan diri rendah cenderung menutup diri, memiliki konsep diri yang negatif, tidak percaya pada kemampuan diri sendiri,
adanya kecenderungan menghindari situasi komunikasi, cenderung ragu-ragu dalam menentukan dan memutuskan sesuatu, perasaan kurang dicintai atau kurang
dihargai lingkungan sekitarnya, sensitif batin yang berlebihan, dan mudah tersinggung dan perasaan takut atau gemetar disaat berbicara dengan orang
banyak. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri ialah
keadaan keluarga yaitu tentang asal-usul keluarga, kondisi ekonomi keluarga, kondisi tempat tinggal, kondisi lingkungan disekitar rumah, latar belakang ayah
dan ibu yaitu latar belakang perkawinan orangtua juga akan berpengaruh terhadap perkembangan mental dan fisik seseorang, dan pola pendidikan keluarga.
Adanya kepercayaan diri rendah kelayan ditunjukkan dengan gejala-gejala cenderung menutup diri dari komunikasi dan pergaulan, kesulitan berinteraksi
dengan lingkungan masyarakat dan kesulitan bergaul dengan teman lawan jenis. Gejala kepercayaan diri yang rendah perlu diatasi karena jika tidak segera diatasi
akan menghambat aktualisasi diri sehingga kesulitan untuk mengembangkan
57
potensi yang dimilikinya. Jika seseorang memiliki bekal kepercayaan diri yang baik, maka individu tersebut akan dapat mengembangkan potensinya dengan
mantap. Namun jika seseorang memiliki kepercayaan diri yang rendah, maka individu tersebut cenderung menutup diri, mudah frustasi ketika menghadapi
kesulitan, canggung dalam menghadapi orang, dan sulit menerima realita keadaan dirinya.
Salah satu pendekatan yang diasumsikan efektif untuk mengatasi kepercayaan diri rendah kelayan tersebut adalah pendekatan konseling realita,
karena pendekatan realita berfokus pada tingkah laku sekarang terutama mengenai perasaan-perasaan dan sikap-sikap individu. Hal inipun diperkuat dari beberapa
penelitian bahwa konseling realita dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri individu. Melalui pendekatan realita konselor melibatkan diri
dengan konseli dan membuatnya mengadapi kenyataan. Melalui kegiatan konseling realita ini kelayan akan mampu untuk dapat
memahami dan menentukan berbagai kebutuhan dasar yang harus mereka penuhi sesuai dengan tingkat perkembangan yang ada pada dirinya sendiri secara nyata
dan realistis. Caranya adalah dengan memberikan kepercayaan penuh terhadap kelayan dalam menjalani kehidupannya. Namun hal ini konselor perlu
memonitoring yang kelayan lakukan, untuk mengetahui apakah kelayan konsekuen dalam menjalani hal yang telah diputuskan oleh dirinya.
Pada dasarnya konseling realita membantu individu dalam meraih identitas sukses. Dengan menggunakan pendekatan konseling realita yang mengarah pada
pembentukan dan perubahan perilaku ke arah yang nyata yang diwujudkan dalam
58
berbagai perencanaan perubahan perilaku yang bersifat realistis, akan dapat membantu kelayan dalam mengatasi persoalan yang muncul pada dirinya
termasuk dalam hal ini yaitu permasalahan yang berhubungan dengan aspek kepercayaan diri kelayan yang rendah.
Melalui kegiatan konseling realita dengan mengedepankan ketiga prinsip dasar right, responsibility dan reality serta dengan dukungan berbagai teknik
dalam kegiatan konseling ini dimungkinkan akan dapat membantu masalah kelayan yang berkaitan dengan kepercayaan dirinya yang kurang. Right
merupakan nilai atau norma patokan sebagai pembanding untuk menentukan apakah suatu perilaku benar atau salah. Responsibility merupakan kemampuan
seseorang untuk memenuhi kebutuhannya tanpa mengganggu hak-hak orang lain. Reality merupakan kesediaan individu untuk menerima konsekuensi logis dan
alamiah dari suatu perilaku. Dengan ketiga prinsip tersebut, kelayan akan menilai dan menentukan
masalah kepercayaan diri rendah merupakan perilaku yang perlu dirubah agar dapat mengaktualisasikan dirinya. Aktualisasi diri adalah kemampuan seseorang
untuk menemukan dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Untuk memenuhi kebutuhannya, maka kelayan harus bersikap positif, misalnya masalah yang
berkaitan dengan sulitnya berinteraksi dengan lingkungan masyarakat, maka kelayan perlu membuka diri dan tidak menutup diri di lingkungan masyarakat.
Aktif bergaul dengan teman sebaya, baik di lingkungan sekolah maupun di sekitar panti asuhan. Dengan mencoba berbaur dengan lingkungan, maka kelayan harus
siap atas konsekuensi yang akan terjadi, misalnya kritikan-kritikan dari
59
masyarakat jika perilakunya tidak sesuai. Dengan kesadaran diri, maka kritikan tersebut akan dijadikan segi positif dalam perilakunya.
Tujuan konseling realita adalah mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan
kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Kelayan berani bertanggung jawab untuk mengubah perilaku kepercayaan diri
yang rendah dalam hal berinteraksi dalam masyakat, baik di sekitar lingkungan panti asuhan maupun dalam bergaul. Kelayan juga siap untuk memikul segala
resiko sesuai dengan kemampuannya, misalnya saja berupa penolakan pada saat pertama kali berinteraksi. Hal tersebut dapat dijadikan kelayan sebagai pedoman
untuk berperilaku lebih baik lagi dan lebih terbuka, bukan malah menutup diri. Dengan adanya kesadaran diri atas segala konsekuensi yang ada, maka kelayan
dapat mengembangkan rencana yang nyata dalam mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu sukses berinteraksi di masyarakat.
Adanya kesadaran atas dirinya, membuat kelayan menyadari bahwa kekurangan diri dapat ditutupi dengan potensi yang lebih. Di panti asuhan ada
kegiatan-kegiatan untuk mengasah kemampuan diri, misalnya saja dalam bidang agama, bidang sains misalnya tambahan pelajaran bahasa inggris, dan menjahit.
Dengan pembekalan berupa keahlian yang lebih, maka kelayan dapat menggunakannya dalam berinteraksi dengan masyarakat. Walaupun tinggal di
panti asuhan, tapi kemampuan diri kelayan tidak berbeda jauh dengan anak yang tinggal dengan keluarganya. Apalagi kelayan tersebut juga bersekolah.
60
Dalam konseling realita terdiri dari lima tahap. Tahap pertama adalah keterlibatan involvement, yang dimaksud keterlibatan disini adalah keterlibatan
antara konselor dengan klien, sehingga klien terlibat dan mengungkapkan apa yang dirasakannya dalam proses konseling. Tahap kedua adalah eksplorasi
keinginan, kebutuhan dan persepsi wants and needs. Dalam tahap eksplorasi keinginan, kebutuhan dan persepsi, konselor berusaha mengungkapkan semua
kebutuhan klien beserta persepsi klien terhadap kebutuhannya. Tahap ketiga adalah eksplorasi arah dan tindakan direction and doing.
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui apa saja yang telah dilakukan klien guna mencapai kebutuhannya. Tindakan yang dilakukan oleh klien yang dieksplorasi
berkaitan dengan masa sekarang. Dalam melakukan eksplorasi arah dan tindakan, konselor berperan sebagai cermin bagi klien. Tahap ini difokuskan untuk
mendapatkan kesadaran akan total perilaku klien. Tahap keempat adalah evaluasi diri self evaluation. Tahap ini dilakukan
untuk mengevaluasi tindakan yang dilakukan konselor dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Dalam prosesnya, klien menilai kualitas perilakunya
sendiri yang kemudian dilakukan pengembangan alternatif perencanaan perilaku yang lebih bertanggung jawab disertai komitmen dalam melaksanakan rencana.
Penilaian perilaku oleh diri klien akan membantu kesadarannya tentang dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif atau mencapai identitas keberhasilan.
Tahap terakhir adalah rencana dan tindakan planning. Dalam tahap ini, konselor bersama klien membuat rencana tindakan guna membantu klien
memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Perencanaan ini mencakup membuat
61
rencana-rencana khusus untuk mengubah tingkahlaku tidak bertanggung jawab menjadi tingkahlaku bertanggung jawab.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konseling perorangan dengan pendekatan realita dapat digunakan untuk mengatasi
kepercayaan diri rendah kelayan. Karena pendekatan realita berfokus pada tingkah laku sekarang terutama mengenai perasaan-perasaan dan sikap-sikap individu dan
membantu individu agar mampu mengurus diri sendiri, bertanggung jawab, bertingkah laku sukses.
2.5 HIPOTESIS