64
“uraian tebal” yang diperlakukan bagi penilaian atas transferabilitas, 6 terbuka bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.
http:agustocom.blogspot.com201101pendekatan-public-relations.html .
Peneliti memilih pendekatan studi kasus dalam melakukan penelitian ini karena pendekatan studi kasus dapat digunakan untuk menyelidiki fenomena yang
terjadi pada kehidupan nyata yang kompleks dengan memanfaatkan multisumber bukti. Dengan menggunakan pendekatan studi kasus, peneliti dapat mempelajari
keadaan dan perkembangan seorang individu untuk memahami individualitas dan membantunya dalam perkembangan selanjutnya
3.2 Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini subyek penelitiannya adalah kelayan yang mengalami masalah kepercayaan diri rendah di panti asuhan Al-Huda Semarang. Menurut
keterangan pembimbing panti asuhan, MD, TT, dan UA mengalami masalah kepercayaan diri rendah. Kelayan yang dijadikan subjek penelitian sejumlah tiga
orang kelayan, kemudian diadakan identifikasi masalah dan semacam kontrak kasus. Klien 1 adalah MD, klien 2 adalah TT, dan klien 3 adalah UA.
MD memiliki rasa kurang percaya diri jika berhadapan dengan lawan jenis. MD akan merasa gugup jika bertatap muka dan berkomunikasi dengan
lawan jenis karena dia memiliki sifat pendiam dan tertutup. MD tinggal di panti asuhan sekarang bukan keinginannya tetapi disuruh orangtuanya. Sedangkan
keinginan MD adalah mondok di kudus. MD belum bisa menerima keadaannya
65
yang sekarang, sehingga dia cenderung menutup diri dari pergaulan teman sebayanya. Karena keadaan yang sekarang, bukanlah keinginannya.
TT merasa kurang percaya diri jika berhadapan dengan lawan jenis dan juga memiliki rasa kurang percaya diri dengan orang yang baru dikenal. TT gugup
jika behadapan dengan lawan jenis dan cenderung grogi saat berkomunikasi dengan lawan jenis. Hal ini dikarenakan TT tidak terbiasa untuk mengawali
komunikasi dengan lawan jenis. Sehingga dia cenderung pendiam jika berhadapan dengan lawan jenis. TT juga cenderung cemas dan takut jika berada di lingkungan
baru. TT merasa tidak nyaman dengan keadaan ini. Dia ingin sekali merubahnya karena dapat menghambat dalam proses berinteraksi dengan lingkungannya.
UA merasa dirinya tidak bisa membahagiakan kedua orangtuanya dan selalu menyusahkan orangtua. Karena sampai saat inipun dia merasa belum bisa
membantu ibunya, sedangkan ayahnya sudah meninggal. UA merasa sedih dengan keadaan dirinya yang selalu merasa tidak bisa membahagiakan ibunya. Hal ini
membuat UA sering merasa bahwa dirinya tidak mampu untuk melakukan apapun dengan keadaaan dirinya yang sekarang. UA juga merasa kurang nyaman jika ada
seseorang yang mendekatinya, khususnya orang yang baru dikenal. Karena UA merasa bahwa oranglain selalu memperhatikan kelemahannya.
Menurut pembina panti asuhan, ketiga kelayan tersebut selain memiliki perilaku kepercayaan diri rendah, juga memiliki perilaku tertentu yang
diharapakan bisa dukurangi intensitasnya. MD kurang memiliki komitmen dalam pengambilan keputusan dan cenderung senditif terhadap nasehat. TT, dia masih
memiliki rasa kurang percaya diri jika membahas permasalahan yang
66
berhubungan dengan keluarganya dan masih sering grogi jika berhadapan dengan orang baru. UA cenderung menutup diri berhubungan dengan masalah pribadi
maupun kehidupan keluarganya dan kurang dalam hal belajar. Gejala kepercayaan diri yang rendah perlu diatasi, karena jika tidak segera diatasi akan menghambat
aktualisasi diri sehingga kesulitan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Pengambilan subyek penelitian pada studi kasus bukan berdasarkan pada logika sampling namun berdasarkan pada logika replika. Yin 2004: 56
menjelaskan bahwa logika yang menggarisbawahi penggunaan studi multikasus adalah sama. Setiap kasus harus dipilih secara hati-hati agar kasusnya
memprediksi hasil yang serupa replika literal atau membuahkan hasil yang berlatar belakang berbeda tetapi untuk alasan-alasan tertentu seperti yang
diprediksi. Hal ini menjelaskan bahwa aplikasi apapun dari logika sampling terhadap studi kasus akan merupakan tindakan yang salah tempat. Yin 2004: 57
menegaskan bahwa di dalam desain studi multikasus, tiga atau empat kasus bisa dipilih guna menentukan apakah penelitian tersebut akan memprediksi suatu
logika replika literal dalam tiga atau empat kasus ini, tiga atau empat kasus bisa dipilih lagi guna menentukan prediksi suatu replika teoritis.
3.3 Rancangan Penelitian