46
2.3.2 Pandangan tentang Sifat Manusia
Terapi realita berlandaskan premis bahwa ada suatu kebutuhan psikologis tunggal yang hadir sepanjang hidup, yaitu kebutuhan akan identitas yang
mencakup suatu kebutuhan untuk merasakan keunikan, keterpisahan, dan ketersendirian. Kebutuhan akan identitas menyebabkan dinamika-dinamika
tingkah laku, dipandang sebagai universal pada semua kebudayaan. Corey 2007: 264, menyebutkan bahwa terapi realita akan sangat berguna apabila menganggap
identitas dalam pengertian “identitas keberhasilan” lawan “identitas kegagalan”. Dalam pembentukan identitas, masing-masing dari kita mengembangkan
keterlibatan-keterlibatan dengan orang lain dan dengan bayangan diri, yang dengannya kita merasa relatif berhasil atau tidak berhasil. Orang lain memainkan
peranan yang berarti dalam membantu kita menjelaskan dan memahami identitas kita sendiri. Menurut Glasser dalam Corey 2007: 264, menjelaskan bahwa basis
terapi realita adalah membantu para klien dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar psikologisnya, yang mencakup “kebutuhan untuk mencintai dan dicintai
serta kebutuhan untuk merasakan bahwa kita berguna baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain”. Pandangan tentang manusia mencakup pernyataan
bahwa suatu “kekuatan pertumbuhan” mendorong kita untuk berusaha mencapai suatu identitas keberhasilan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manusia adalah agen yang menentukan dirinya sendiri. Prinsip ini menyiratkan bahwa masing-masing orang
memikul tanggung jawab untuk menerima konsekuensi-konsekuensi dari tingkah lakunya sendiri. Keberhasilan individu dalam memenuhi kebutuhan dasarnya akan
47
memberikan identitas berhasil pada dirinya, sedangkan kegagalan akan pemenuhan kebutuhan dasar menyebabkan individu mengembangkan identitas
gagal.
2.3.3 Perkembangan Pribadi yang Menyimpang
Konsep perilaku menurut konseling realita pada dasarnya tidak mengatakan bahwa perilaku individu itu sebagai perilaku yang abnormal. Konsep
perilaku menurut konseling realita lebih dihubungkan dengan perilaku yang tepat dan tidak tepat.
Menurut Glesser dalam Latipun 2005: 128, mengatakan bahwa: Individu yang berperilaku tidak tepat itu disebabkan oleh
ketidakmampuannya dalam memuaskan kebutuhannya, akibat kehilangan “sentuhan” dengan realitas objektif, dia
tidak dapat melihat sesuatu sesuai dengan realitasnya, tidak dapat melakukan atas dasar kebenaran, tanggung jawab dan
realitas.
Perkembangan pribadi yang menyimpang menurut Fauzan 1994: 33-35 dijabarkan sebagai berikut:
1 Identitas gagal, individu gagal memenuhi salah satu atau
semua kebutuhan dasar dan gagal terlibat dengan orang lain sebagai prasyarat biologis memuaskan kebutuhan
dasar.
2 Perbuatan tidak pas, Seseorang yang tidak terpenuhi
kebutuhan dasarnya akan lari dari dunia kenyataan obyektif, mereka tidak dapat mengamati segala sesuatu
sebagaimana adanya.
3 Keterlibatan dengan diri, Kekurangterlibatan dengan
orang lain akan mengarah pada pada kekurangmampuan memenuhi kebutuhan dan lebih jauh akan mengarah pada
pengaburan.
4 Kegagalan orang tua atau orang yang bermakna, Kembali
pada kenyataan terpenuhinya kebutuhan bergantung pada orang tua atau orang lain yang bermakna.
48
5 Individu tidak belajar, tingkahlaku gagal pada dasarnya
sebagai hasil dari individu yang tidak belajar untuk memenuhi kebutuhannya saat terlibat dengan orang lain.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Identitas gagal, perbuatan tidak pas, keterlibatan dengan diri, kegagalan orang tua atau orang yang bermakna
adalah termasuk perkembangan pribadi yang menyimpang. Perilaku bermasalah disebabkan oleh ketidakmampuan dalam memuaskan kebutuhan yang berakibat
seseorang akan kehilangan “sentuhan” dengan realitas objektif, tidak dapat melihat sesuatu sesuai dengan realitasnya, tidak dapat melakukan atas dasar
kebenaran, tanggung jawab dan realitas.
2.3.4 Tujuan Konseling Realita