2009,  Indonesia,  Hongkong,  India  dan  Korea  Republik  memiliki  keunggulan komparatif di atas rata-rata dunia dalam ekspor pala ke China.
Tabel 27.   Nilai RCA Komoditi Pala Indonesia dan Pesaing ke China
Tahun  Indonesia Pesaing 1
Pesaing 2 Thailand  Filipina
Negara Nilai
RCA Negara
Nilai RCA
2001 0,86  Hongkong
2,89  Malaysia 1,11
2005 57,52  Hongkong
1,04  Jerman 1,04
2009 21,66  India
32,29  Korea, Rep. 1,15
11. Komoditi Teh
Tabel  28  terlihat  bagaimana  pada  tahun  2001,  nilai  RCA  yang  kontradiktif antara  Inggris  sebagai  pesaing  utama  dan  Hongkong  sebagai  pesaing  kedua,  sebab
Inggris memiliki  keunggulan  komparatif di atas rata-rata sementara  Hongkong tidak demikian karena memiliki nilai RCA yang masih di bawah satu.
Tabel 28.   Nilai RCA Komoditi Teh Indonesia dan Pesaing ke China
Tahun  Indonesia Pesaing 1
Pesaing 2 Thailand  Filipina
Negara Nilai
RCA Negara
Nilai RCA
2001 U K
31,25  Hongkong 0,99
2005 21,38  Hongkong
0,74  U K 17,62
2009 Taiwan
4,8  Sri Lanka 1748,34
0,003 1,02
Walaupun  sebagai  pesaing  utama  pada  tahun  2005,  bukan  berarti  nilai  RCA Hongkong  akan  lebih  tinggi  dari  pada  Inggris  yang  harus  menjadi  pesaing  kedua,
bahkan  kedua  negara  ini  masih  memiliki  keunggulan  komparatif  yang  sama  seperti tahun  2001,  yaitu  keunggulan  komparatif  di  atas  rata-rata  untuk  Inggris  dan
keunggulan  komparatif  di  bawah  rata-rata  untuk  Hongkong.  Tahun  2009  Sri  Lanka sebagai  pesaing  kedua,  Taiwan  sebagai  pesaing  utama  dan  Filipina  memiliki
keunggulan  komparatif di atas rata-rata dalam ekspor teh  ke China, berbeda dengan Thailand yang memiliki nilai RCA yang masih kurang dari satu.
12. Komoditi Tembakau
Indonesia belum memiliki keunggulan komparatif dan daya saing di atas rata- rata  dalam  ekspor  tembakau  ke  China  pada  tahun  2001,  seperti  yang  terlihat  pada
Tabel 29, nilai RCA Indonesia masih di bawah satu, sementara untuk pesaing utama yang  diduduki  Zimbabwe,  Brazil  sebagai  pesaing  kedua  dan  Thailand  memiliki
keunggulan  komparatif komoditi teh di pasar China. Tahun  2005 hanya ada pesaing utama yang diduduki Malawi dan pesaing kedua yang diduduki Brazil sebagai negara
yang  pesaing  yang  mengekspor  tembakau  ke  China,  dimana  kedua  negara  tersebut memiliki  nilai  RCA  di  atas  satu  yang  berarti  memiliki  keunggulan  komparatif  dan
daya saing  yang  kuat. Tahun 2009 Malawi masih menduduki posisi sebagai pesaing utama,  sementara  pesaing  kedua  diduduki  Turki,  kedua  negara  tersebut  bersama
Indonesia  memiliki  keunggulan  komparatif  di  atas  rata-rata  dalam  ekspor  tembakau ke China pada tahun 2009.
Tabel 29.   Nilai RCA Komoditi Tembakau Indonesia dan Pesaing ke China
Tahun Indonesia
Pesaing 1 Pesaing 2
Thailand Filipina
Negara Nilai
RCA Negara
Nilai RCA
2001 0,42  Zimbabwe
608,88  Brazil 29,04
6,24 2005
Malawi 77516,75  Brazil
12,5 2009
8,21  Malawi 20426,83  Turki
57,5
13. Persilangan RCA dan EPD Indonesia di China
Rata-rata pertumbuhan nilai RCA komoditi perkebunan Indonesia pada tahun 2001,  2005  dan  2009  memiliki  pertumbuhan  yang  berbeda  disetiap  komoditinya,
komoditi  pala  merupakan  hasil  perkebunan  dengan  persentase  pertumbuhan  RCA yang tertinggi,  yaitu sebesar 3228,4 persen, namun pada tahun 2001 nilai RCA pala
masih  di  bawah  satu  yang  berarti  masih  memiliki  daya  saing  dan  keunggulan komparatif yang lemah, sedangkan untuk pertumbuhan RCA yang paling rendah dan
bahakan  negatif  terdapat  pada  komoditi  kacang  mete,  teh  dan  tembakau,  karena ketiga komoditi tersebut hanya melakukan ekspor pada satu tahun saja dari tiga tahun
yang  diteliti.  Ada  empat  komoditi  yang  memiliki  nilai  RCA  yang  konsisten  di  atas satu  dalam  tiga  tahun  tersebut,  komoditi  tersebut  adalah  cengkeh  dengan
pertumbuhan  756,2  persen,  kakao  dengan  pertumbuhan  12,1  persen,  kelapa  sawit namun  dengan  pertumbuhan  yang  negatif  yaitu  sebesar  14  persen  dan  kopi  dengan
rata-rata pertumbuhan RCA sebesar 107,8 persen.