selama  tahun  2001-2008,  diperoleh  rata-rata  nilai  RCA  yang  berada  dibawah  satu untuk  semua  komoditi  yang  diuji  kecuali  jamur.  Menurut  hasil  dari  perhitungan
Export  Product  Dynamic EPD  selama  periode  2001  -  2008,  diketahui  bahwa
beberapa  komoditi  sayuran  Indonesia  yang  diuji  seperti  kol,  jamur,  dan  kentang berada di posisi  Retreat. Komoditi bawang merah  Indonesia berada di posisi  Rising
Star . Untuk komoditi cabai berada di posisi Falling Star dan terakhir komoditi tomat
berada  di  posisi  Lost  Opportunity,  berdasarkan  hasil  analisis  menggunakan  pangsa pasar  konstan  CMS  selama  periode  2002-2008,  diperoleh  hasil  bahwa  untuk
komoditi  kol  dan  cabai  faktor  yang  paling  mempengaruhi  pertumbuhan  ekspornya adalah  faktor  pertumbuhan  impor,  sedangkan  untuk  komoditi  jamur  dan  tomat
dominan dipengaruhi oleh faktor daya saing, dan untuk komoditi bawang merah dan kentang  dipengaruhi  paling  besar  oleh  faktor  permintaan  produk  di  pasar  dunia
komposisi komoditi.
2.4.2 Penelitian Mengenai Perkebunan
Soelaksono  2010  meilihat  bagimana  faktor  yang  mempengaruhi  aliran perdagangan  ekspor komoditas perkebunan  Indonesia. Komoditi  yang diteliti adalah
karet,  kopi,  kakao,  kelapa  sawit  dan  teh  dengan  menggunakan  model  gravitasi  dan data  panel.  Hasil  penelitiannya  terlihat  bahwa  volume  ekspor  kelima  komoditi
tersebut  berfluktuasi,  hal  tersebut  diakibatkan  karena  ada  dua  variabel  yang berpengaruh dalam setiap model yaitu: jarak dan krisis global, namun setiap komoditi
tersebut  memiliki  perbedaan  karena  walaupun  masalah  jarak  dan  krisis  global  ada negara  tujuan  yang  tetap  mengimpor  dari  Indonesia  akibat  kebutuhan,  sehingga
pemerintah  harus  menciptakan  iklim  investai  yang  sehat  agar  daya  saing  terus meningkat.
Mayangsari  2010  menganalisis  tentang  perdagangan  biji  kakao  Indonesia dengan  simulasi.  Tujuan  dari  penelitiannya  adalah  menganalisis  faktor-faktor  yang
memengaruhi  perkembangan  biji  kakao  di  Indonesia  dengan  menggunakan  model persamaan  simultan  dan  persamaan  Nerlovian.  Hasil  penelitian  menunjukan  bahwa
luas  areal  kakao  dipengaruhi  secra  nyata  oleh  harga  riil  biji  kakao  domestik  tahun
sebelumnya,  produktivitas  dipengaruhi  oleh  harga  riil  pupuk  urea,  upah  riil  buruh tani,  suku bunga  riil  investasi,  konsumsi  kakao  dipengaruhi  oleh  GDP  riil  perkapita
Indonesia, penawaran ekspor kakao Indonesia ke Malaysia dipengaruhi oleh harga riil ekspor  biji  kakao  dan  produksi  biji  kakao  Indonesia,  sedangkan  pengaruh  dalam
penawaran  ke  Amerika  Serikat  adalah  kurs  riil  Rupiah  atas  Dollar  Amerika  Serikat serta  penawaran  kakao  ke  Singapura  dipengaruhi  oleh  harga  riil  ekspor  biji  kakao
Indonesia.
2.5 Kerangka Pemikiran Operasional
Indonesia dengan alam yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas  hingga  Pulau  Rote,  dari  kiasan  tersebut  dapat  menggambarkan  sebuah
negara  yang  luas,  ditambah  dengan  cuaca  tropis  karena  berada  digaris  khatulistiwa yang membuat tanah Indonesia juga subur. Tanah yang subur dengan luasnya negara
Indonesia  didapatlah  hasil  perkebunan  yang  beraneka  ragam,  yang  dapat  dijadikan konsumsi  masyarakat  lokal  maupun  masyarakat  dunia.  Sebab  hasil  perkebunan
merupakan  salah  satu  sektor unggulan  ekspor  Indonesia  di  pasar dunia  dan  menjadi pemasukan PDB pertanian.
Era  perdagangan  bebas  tidak  langsung  membuat  Indonesia  menjadi  negara pengekspor terbesar hasil perkebunan di dunia, karena luas dan suburnya tanah yang
dimiliki.  Perdagangan  bebas  akan  menjadikan  setiap  negara  untuk  bersaing, persaingan  yang  akan  membuat  setiap  negara  ingin  menjadi  pengekspor  hasil
perkebunan  yang  terbaik,  dilihat  dari  mutu,  harga,  pelayanan  maupun  dari  produksi yang dimilki sebuah negara, karena batas antar negara satu dengan negara lain seperti
tidak ada. Keadaan tersebut membuat daya saing setiap negara harus tinggi, agar hasil perkebunan  ataupun  komoditi-komoditi  unggulan  sebuah  negara  dapat  bersaing
dengan negara lain di pasar dunia. Apalagi Indonesia memiliki volume hasil produksi yang tinggi, masih memiliki mutu hasil perkebunan yang dibawah negara-negara lain
dan  produktivitas  yang  fluktuatif.  Oleh  sebab  itu  perlu  dilihat  daya  saing  beberapa hasil  unggulan  perkebunan  Indonesia  di  pasar  internasional  serta  dibandingkan
dengan dua negara yaitu Thailand dan Filipina dan dua negara pesaing tidak tetap.