dapat dikatakan bahwa sektor-sektor ini mengindikasikan keluaran ke dua sektor ini mempunyai pengaruh yang lebih besar dari sektor-sektor lain yang
menggunakan keluaran kedua sektor tersebut sebagai masukkan dibandingkan keluaran sektor lainnya.
6.4.2. Keterkaitan ke Belakang dan Penyebaran ke Belakang
Indeks keterkaitan ke belakang backward linkage memiliki pengertian yang sama dengan indeks keterkaitan ke depan forward linkage. Bila indeks
keterkaitan ke belakang memiliki nilai lebih besar dari satu berarti derajat kepekaan sektor tersebut diatas derajat kepekaan rata-rata secara keseluruhan.
Dengan mengukur indeks keterkaitan dan indeks penyebaran maka dapat diketahui keragaman ketergantungan antar sektor, indeks penyebaran yang
tinggi pada suatu sektor berarti sektor tersebut hanya bergantung pada satu atau beberapa sektor saja.
Tabel 24. Sepuluh Sektor Tingkat Keterkaitan ke Belakang Tertinggi dengan Tingkat Penyebarannya Provinsi Maluku , Tahun 2007
No Kode
Sektor Kaitan ke
Belakang Penyebaran
ke Belakang
1. 35
Industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya
3.0650 0.7311
2. 33
Industri kayu lapis 2.8358
0.9860 3.
34 Industri penggergajian kayu
2.7930 1.0849
4. 43
Bangunan 2.7718
0.7400 5.
28 Industri roti, biskuit dan sejenisnya
2.3732 0.5510
6. 30
Industri makanan dan minuman lainnya 2.0874
0.8164 7.
36 Industri kerang-kerangan
2.0398 1.8600
8. 29
Industri gula 2.0290
1.0695 9.
31 Industri kain tenun
2.0198 1.0229
10. 27
Industri minyak hewan dan nabati 1.9783
1.7922 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Updating, Tahun 2007. Data Diolah
Sedangkan bila indeks penyebaran suatu sektor rendah maka hal ini mengindikasikan bahwa sektor tersebut tegantung secara merata terhadap
seluruh sektor perekonomian wilayah yang bersangkutan. Sektor-sektor yang memiliki tingkat keterkaitan ke belakang tertinggi
dapat dilihat pada Tabel 24 hasil analisis keterkaitan ke belakang ini memperlihatkan sektor-sektor yang memiliki indeks keterkaitan ke belakang
tertinggi seperti, sektor industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya 35, industri kayu lapis 33, industri penggergajian kayu 34, bangunan 43,
industri roti, biskuit dan sejenisnya 28, industri makanan dan minuman lainnya 30 serta industri kerang-kerangan 36, industri gula 29 dan industri kain tenun
31 ke sembilan sektor tersebut merupakan sektor-sektor yang memiliki indeks keterkaitan ke belakang diatas rata-rata lebih besar dari satu yakni diatas dua. Dari
kesepuluh sektor tersebut di atas yang memiliki nilai indeks penyebaran rendah yakni di bawah satu adalah, industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya
35, industri kayu lapis 33, bangunan 43, industri roti, biskuit dan sejenisnya 28, industri makanan dan minuman lainnya 30. Dengan memiliki
nilai indeks penyebaran ke belakang yang rendah mengindikasikan bahwa ke lima sektor tersebut dengan indeks penyebaran rendah sekitar 0.5510
– 0.9680, tetapi memiliki nilai keterkaitan ke belakang yang tinggi yakni diatas rata-rata maka
sektor-sektor tersebut mampu mendorong peningkatan output seluruh sektor perekonomian wilayah Provinsi Maluku di atas rata-rata sebesar dua kali lipat
dibandingkan dengan rata-rata kemampuan sektor ekonomi lainnya. Tetapi dengan indeks penyebaran ke belakang yang rendah dari ke lima sektor tersebut
menunjukkan bahwa sektor-sektor ini masih sangat tergantung secara merata terhadap seluruh sektor ekonomi dalam perekonomian wilayah Provinsi Maluku.
Sektor lain yang memiliki nilai indeks keterkaitan ke belakang di atas rata-rata lebih besar dari satu adalah, sektor industri minyak hewan dan nabat
27, industri penggilingan padi 25, industri tekstil bahan dari kulit dan alas kaki 32 dan industri kertas dan barang cetakan 37. Keempat sektor ini termasuk
sektor-sektor yang mampu mendorong peningkatan output seluruh sektor perekonomian wilayah.
Sepuluh sektor ekonomi yang memiliki nilai keterkaitan ke belakang tertinggi ternyata ada lima sektor yang memiliki indeks penyebaran ke belakang
diatas satu yakni, sektor industri penggergajian kayu 34, industri kerang- kerangan 36, industri gula 29, industri kain tenun 31, industri minyak hewan
dan nabati 27. Dengan memiliki nilai indeks penyebaran ke belakang dan indeks keterkaitan ke belakang yang tinggi dapat diartikan bahwa kenaikan permintaan
pada ke lima sektor tersebut sangat berpengaruh terhadap kenaikan output perekonomian wilayah di Provinsi Maluku. Untuk itu sektor-sektor ini perlu
menjadi perhatian dari pemerintah daerah dalam meningkatkan perannya apalagi sektor yang merupakan sektor potensial di daerah Maluku. Sektor potensial itu
antara lain sektor industri kerang-kerangan 36 dan industri kain tenun 31. Untuk melihat sektor-sektor ekonomi Provinsi Maluku yang memiliki
tingkat penyebaran ke belakang tertinggi dengan tingkat keterkaitannya dapat ditampilkan pada Tabel 25.
Tabel 25. Sepuluh Sektor Tingkat Penyebaran ke Belakang Tertinggi dengan Tingkat Keterkaitan ke Belakangnya Provinsi Maluku, Tahun 2007
No Kode
Sektor Kaitan ke
Belakang Penyebaran ke
Belakang
1. 36
Industri kerang-kerangan 2.0398
1.8600 2.
27 Industri minyak hewan dan nabati
1.9783 1.7922
3. 10
Buah-buahan lainnya 0.2329
1.7819 4.
9 Pisang
0.2075 1.7743
5. 15
Pala 0.2723
1.7646 6.
25 Industri penggilingan padi
1.9391 1.7470
7. 12
Kelapa 0.2389
1.6565 8.
3 Ubi kayu
0.2163 1.5115
9. 14
Kakao 0.3945
1.4955 10.
5 Kacang-kacangan
0.2297 1.4278
Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Maluku Updating, Tahun 2007. Data Diolah
Sesuai tabel diatas terlihat sepuluh sektor dengan tingkat penyebaran ke
belakang tertinggi, tetapi ada tiga sektor yang memiliki tingkat penyebaran dan keterkaitan ke belakang yang tinggi berbeda dengan ke tujuh sektor lainnya
sektor-sektor tersebut yaitu, sektor industri kerang-kerangan 36, industri minyak hewan dan nabati 27 dan industri penggilingan padi 25. Sektor-sektor yang
memiliki tingkat penyebaran ke belakang tertinggi namun memiliki tingkat keterkaitan ke belakang yang rendah adalah, sektor buah-buahan 10, pisang 9,
pala 15, kelapa 12, ubi kayu 3, kakao 14, dan kacang-kacangan 5. Sektor- sektor yang memiliki tingkat penyebaran tertinggi tetapi memiliki nilai keterkaitan
ke belakang yang rendah biasanya di indentifikasikan sebagai sektor yang kenaikan permintaannya kurang berpengaruh terhadap kenaikan output
perekonomian wilayah Provinsi Maluku. Sebagai wilayah kepulauan dengan potensi sumberdaya alam yang melimpah tentunya sektor-sektor yang memiliki
tingkat penyebaran tertinggi ini seharusnya menjadi perhatian pemerintah daerah, apalagi sektor-sektor tersebut merupakan sektor-sektor local spesific. Kelima
sektor dengan tingkat penyebaran ke belakang tertinggi ini sejak jaman penjajahan