Kabupaten Kepulauan Aru Penilaian Kemampuan Fasilitas Pelayanan Dengan Metode Skalogram Guttman

sektor-sektor ekonomi wilayahnya maka diperlukan dukungan kemampuan fasilitas pelayanan yang baik antarwilayah tersebut Glasson, 1977. 8.3. Penilaian Kemampuan Fasilitas Pelayanan Provinsi Maluku Sebagai Wilayah Kepulauan Berbasis BahariMaritim Penilaian kemampuan fasilitas pelayanan pada pusat-pusat pengembangan wilayah di Provinsi Maluku mencerminkan bahwa Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan archipelago masih menganut sistem pengembangan wilayah dengan konsep wilayah daratan continental. Beberapa teori lokasi dapat menunjukkan bahwa konsep pembangunan wilayah daratan masih diterapkan di Provinsi Maluku seperti teori Hirschman, Losch dan beberapa teori lokasi lainnya. Hirschman 1958, menunjukkan bahwa suatu wilayah akan berkembang di mulai dari titik originalnya growing point sebelum terpolarisasi ke wilayah lainnya. Losch 1940, lebih mengutamakan perkembangan wilayah dengan konsep daratan yakni suatu wilayah akan melakukan aktivitas ekonomi yang sama dan dapat dilakukan di wilayah lain maka tidak perlu mengembangkan wilayah satunya karena sudah di wakili oleh wilayah lain. Hasil analisis skalogram pada pusat-pusat pengembangan wilayah Provinsi Maluku memperlihatkan bahwa hanya ada satu pusat pengembangan utama yaitu Kota Ambon dan lambatnya ketersediaan fasilitas pelayanan yang memadai menunujukkan bahwa Provinsi Maluku masih menerapkan arah dan strategi kebijakan pembangunan yang tidak berbasis pada wilayah kepulauan. Analisis skalogram yang dilakukan pada dasarnya memperlihatkan adanya beberapa wilayah yang mengelompok berdasarkan kelengkapan fasilitas pelayanan yang tersedia. Menurut Rondinelli 1985, hirarki pusat-pusat pengembangan suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh ketersediaan kemampuan penyediaan fasilitas pelayanan di wilayah-wilayah tersebut. Bila suatu wilayah tidak mampu menyediakan fasilitas pelayanan yang baik maka wilayah tersebut akan berada pada orde terbawah sebagai wilayah tertinggal. Provinsi Maluku dengan 8 kabupatenkota mengindikasikan bahwa ketersediaan fasilitas pelayanan di wilayah ini belum tersebar secara merata karena dari 8 kabupatenkota terbentuk hirarki atau peringkat kabupatenkota sebanyak 7 hirarkiperingkat. Dengan demikian Provinsi Maluku lambat dalam menyediakan fasilitas pelayanan di pusat-pusat pengembangan wilayah dan hanya terkonsentrasi pada satu pusat pertumbuhan utama saja. Untuk itu Kabupaten Maluku Tengah sebagai pusat pengembangan berpeluang menjadi pusat pengembangan utama selain Kota Ambon bila intervensi pemerintah daerah mampu meningkatkan kemampuan fasilitas pelayanan yang ada di wilayah ini. Oleh sebab itu diperlukan intervensi pemerintah daerah baik Provinsi maupun kabupatenkota untuk menyediakan fasilitas pelayanan di pusat-pusat pengembangan di Provinsi Maluku. 239 Tabel 41. Penilaian Fungsi Pusat Pelayanan Dengan Skalogram Guttman di Pusat-Pusat Pengembangan, Tahun 2000 - 2002 NO NAMA WILAYAH KABUPATEN KOTA JUMLAH PENDUDUK FASILITAS PELAYANAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 Ambon 271.972 + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + 2 Maluku Tengah 398.136 + - - - + + - + + + + + + + + - - - - + + + - + + + + + - - 3 Buru 143.315 + + - - + + - - - + + - - + - - - - - + - + - + + + + + - - 4 Maluku Tenggara 153.198 + - - - + + - - - + + + - + - - - - - + - + - + + + + + - - 5 Seram Bagian Barat 158.619 - - - - - + - - - + + - - + - - - - - + - + - + - - - - - - 6 Maluku Tenggara Barat 162.634 + - - - - + - - - + + - - + - - - - - - - - - + - - - - - - 7 Seram Bagian Timur 82.699 - - - - - + - - - + - - - - - - - - -- - - - - + - - - - - - 8 Kepulauan Aru 79.865 - - - - - + - - - + - - - - - - - - - - - - - + - - - - - - Keterangan Fasilitas Pelayanan : 1 Bank Pembangunan Daerah 6 Pasar Tradisionil 11 Dermaga Ferri 16 Stasiun Radio Swasta 21 Bioskop 26 Perguruan Tinggi Swasta 2 Bank Swasta 7 Bandara Kls 1 12 TPI Tempat Pelabuhan Ikan 17 Stasiun Televisi Pemerintah 22 Tempat Hibura Malam 27 Rumah Sakit Umum 3 Money Changer 8 Bandara Kls 3 13 Terminal BusAKAB 18 Pemancar Televisi Swasta 23 Tempat Rekreasi Indoor 28 PDAM 4 Pusat Perbelanjaan Plaza Supermarket 9 Pelabuhan Bongkar Muat 14 Terminal Angkot 19 Hotel Berbintang 24 Tempat Rekreasi Outdoor 29 Penerbit Surat Kabar Daerah 5 Pasar Induk 10 Pelabuhan Rakyat Pelra 15 Stasiun RadioRRI 20 Hotel Non Bintang 25 Perguruan Tinggi Negeri 30 Jasa Telekomunikasi 240 Tabel 42. Penilaian Kemampuan Pelayanan Dengan Skalogram Guttman di Pusat Pengembangan, Tahun 2000 – 2002 NO NAMA WILAYAH KABUPATEN KOTA JUMLAH PENDUDUK FASILITAS PELAYANAN TOTAL Error 6 10 24 11 14 1 20 22 5 25 26 27 28 12 2 8 9 13 15 21 3 4 7 16 17 18 19 23 29 30 1 Ambon 271.972 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 2 Maluku Tengah 398.136 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 1 3 Buru 143.315 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 1 4 Maluku Tenggara 153.198 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 5 Seram Bagian Barat 158.619 1 1 1 1 1 1 1 7 1 6 Maluku Tenggara Barat 162.634 1 1 1 1 1 1 6 7 Seram Bagian Timur 82.699 1 1 1 3 8 Kepulauan Aru 79.865 1 1 1 3 Tn = Jumlah wilayah 8 8 8 6 6 5 5 5 4 4 4 4 4 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 96 3 e = ErrorKesalahan 1 1 1 3 CORKr = Koefisien Reprodusibilitas = 0,98 dan Ks = Koefisien Skalabilitas = 0,95 Berdasarkan Skalogram diatas maka dihitung: 1. Koefisien Reprodusibiltas Kr 2. Koefisien Skalabilitas Ks. Hasil Perhitungan Coefficien of ReproducibilityKoefisien Reprodusibilitas CORKr = 0,98 Hasil Perhitungan Koefisien Skalabilitas Ks = 0,95 Persyaratan suatu Skalogram dapat diterima sebagai hasil analisis bila hasil perhitungan CORKr dan Ks yaitu: CORKr 0,90 dan Ks 0,65 241 Tabel. 43. Pengelompokkan Pusat-Pusat Pengembangan Wilayah Berdasarkan Metode Skalogram di Provinsi Maluku, Tahun 2000-2002 No KabupatenKota Kelompok Jumlah Kelengkapan Fasilitas Jenis 1. Ambon I 30 100,00 Bank swasta, money changer, supermarket, pelabuhan udara kls 1, stasiun radio, stasiun televisi, pemancar televisi swasta, hotel berbintang, tempat rekreasi indoor, penerbitan surat kabar, jasa telekomunikasi 2. Maluku Tengah II 19 63,33 Pelabuhan udara kls 3, pelabuhan bongkar muat, terminal bus, stasiun radio RRI, bioskop 3. Buru III 14 46,66 Bank swasta 4. Maluku Tenggara III 14 46,66 Tempat pelabuhan ikan TPI 5. Seram Bagian Barat IV 7 23,33 Hotel non bintang, tempat hiburan malam 6. Maluku Tenggara Barat V 6 20,00 Bank pembangunan daerah 7. Seram Bagian Timur VI 3 10,00 Pasar tradisional, peabuhan rakyat, tempat rekreasi outdoor 8. Kepulauan Aru VI 3 10,00 Pasar tradisional, peabuhan rakyat, tempat rekreasi outdoor Sumber : Hasil Analisis 242 Tabel 44. Penilaian FungsiPusat Pelayanan dengan Skalogram Guttman di Pusat-Pusat Pengembangan, Tahun 2008 – 2009 NO NAMA WILAYAH KABUPATEN KOTA JUMLAH PENDUDUK FASILITAS PELAYANAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 1 Ambon 271.972 + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + 2 Maluku Tengah 398.136 + - - - + + - + + + + + + + + + - - - + + + - + + + + + - - 3 Buru 143.315 + - - - + + - - - + + - - + - + - + - + - + - + + + + + + + 4 Maluku Tenggara 153.198 + + - - + + - - - + + + - + - + - - - + - + - + + + + + - + 5 Seram Bagian Barat 158.619 + - - - - + - - - + + - - + - - - - - - - + - + - - + + - + 6 Maluku Tenggara Barat 162.634 + - - - - + - - - + + - - + - - - - - - - - - + - - + + - - 7 Seram Bagian Timur 82.699 + - - - - + - - - + - - - + - - - - - - - - + - - + - - - 8 Kepulauan Aru 79.865 + - - - - + - - - + - - - + - - - - - - - - - + - - + - - - Keterangan Fasilitas Pelayanan : 1 Bank Pembangunan Daerah 6 Pasar Tradisionil 11 Dermaga Ferri 16 Stasiun Radio Swasta 21 Bioskop 26 Perguruan Tinggi Swasta 2 Bank Swasta 7 Bandara Kls 1 12 TPI Tempat Pelabuhan Ikan 17 Stasiun Televisi Pemerintah 22 Tempat Hibura Malam 27 Rumah Sakit Umum 3 Money Changer 8 Bandara Kls 3 13 Terminal BusAKAB 18 Pemancar Televisi Swasta 23 Tempat Rekreasi Indoor 28 PDAM 4 Pusat Perbelanjaan Plaza Supermarket 9 Pelabuhan Bongkar Muat 14 Terminal Angkot 19 Hotel Berbintang 24 Tempat Rekreasi Outdoor 29 Penerbit Surat Kabar Daerah 5 Pasar Induk 10 Pelabuhan Rakyat Pelra 15 Stasiun RadioRRI 20 Hotel Non Bintang 25 Perguruan Tinggi Negeri 30 Jasa Telekomunikasi 243 Tabel 45. Penilaian Kemampuan Pelayanan dengan Skalogram Guttman di Pusat-Pusat Pengembangan, Tahun 2008 – 2009 NO NAMA WILAYAH JUMLAH FASILITAS PELAYANAN TOTAL Error KABUPATEN KOTA PENDUDUK 1 6 10 14 24 27 11 28 22 5 16 20 25 26 30 12 2 8 9 13 15 18 21 29 3 4 7 17 19 23 1 Ambon 271.972 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 2 Maluku Tengah 398.136 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 3 3 Buru 143.315 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 3 4 Maluku Tenggara 153.198 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 5 Seram Bagian Barat 158.619 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 6 Maluku Tenggara Barat 162.634 1 1 1 1 1 1 1 1 8 7 Seram Bagian Timur 82.699 1 1 1 1 1 1 6 8 Kepulauan Aru 79.865 1 1 1 1 1 1 6 Tn = Jumlah wilayah 8 8 8 8 8 8 6 6 5 4 4 4 4 4 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 114 7 e = ErrorKesalahan 1 1 2 1 1 1 7 CORK = Koefisien Reprodusibilitas = 0,97 dan Ks = Koefisien Skalabilitas = 0,89 Berdasarkan Skalogram diatas maka dihitung: 1. Koefisien Reprodusibiltas Kr 2. Koefisien Skalabilitas Ks. Hasil Perhitungan Koefisien Reprodusibilitas CORKr = 0,97 Hasil Perhitungan Koefisien Skalabilitas Ks = 0,89 Persyaratan suatu Skalogram dapat diterima sebagai hasil analisis bila hasil perhitungan CORKr dan Ks yaitu: CORKr 0,90 dan Ks 0,65 244 Tabel 46. Pengelompokkan Pusat-Pusat Pengembangan Wilayah Berdasarkan Metode Skalogram di Provinsi Maluku, Tahun 2008-2009 No KabupatenKota Kelompok Jumlah Kelengkapan Fasilitas Jenis 1. Ambon I 30 100,00 Jasa telekomunikasi, bank swasta, stasiun radio RRI, pemancar televisi, bioskop, penerbitan surat kabar, money changer, supermarket, pelabuhan udara kls 1, stasiun televisi pemerintah, hotel berbintang, tempat rekreasi indoor. 2. Maluku Tengah II 19 63,33 Tempat pelabuhan ikan TPI, pelabuhan udara kls 2, pelabuhan bongkar muat, terminal bus, pemancar televisi swasta. 3. Buru III 18 60,00 Jasa telekomunikasi, stasiun radio RRI, bioskop, penerbitan surat kabar, 4. Maluku Tenggara IV 17 56,66 Tempat pelabuhan ikan, bank swasta. 5. Seram Bagian Barat V 10 33,33 Jasa telekomunikasi 6. Maluku Tenggara Barat VI 8 26,66 Dermaga ferry, PDAM 7. Seram Bagian Timur VII 6 20,00 Bank pembangunan daerah, pasar tradisional, pelabuhan rakyat, terminal angkot, tempat rekreasi outdoor 8. Kepulauan Aru VII 6 20,00 Bank pembangunan daerah, pasar tradisional, pelabuhan rakyat, terminal angkot, tempat rekreasi outdoor Sumber : Hasil Analisis

IX. SIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

9.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pengembangan kawasan sentra produksi dalam meningkatkan perekonomian wilayah kepulauan Provinsi Maluku, maka dapat dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Sektor-sektor unggulan key sectors berdasarkan kriteria struktur output dan nilai tambah bruto adalah sama yaitu: sektor perdagangan besar dan eceran, dan sektor perikanan. Sektor-sektor unggulan berdasarkan kriteria multiplier effect berdasarkan pengganda output adalah: sektor industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya, dan sektor bangunan; berdasarkan pengganda pendapatan adalah: sektor bangunan, dan sektor industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya; sedangkan berdasarkan pengganda tenaga kerja sektoral adalah: sektor perdagangan besar dan eceran, dan sektor industri penggergajian kayu. Sektor-sektor unggulan berdasarkan kriteria intersectoral linkages keterkaitan ke depan adalah: sektor perdagangan besar dan eceran, dan sektor industri pengilangan minyak bumi; sedangkan keterkaitan ke belakang adalah: sektor industri barang lain dari kayu dan hasil hutan lainnya, dan sektor kayu lapis. 2. Berdasarkan analisis konektivitas struktur output dan nilai tambah bruto diketahui ada enam sektor yang memiliki konektivitas yaitu: sektor perdagangan besar dan eceran, sektor perikanan, sektor pemerintahan umum dan pertahanan, sektor angkutan Air, sektor angkutan darat, dan sektor sewa bangunan. Berdasarkan konektivitas multiplier effect diketahui ada empat sektor yang memiliki konektivitas, yaitu: sektor industri kayu lapis, sektor industri roti, biskuit dan sejenisnya, sektor industri makanan dan minuman lainnya, dan sektor industri penggilingan padi. Berdasarkan konektivitas intersectoral linkages diketahui ada dua sektor yang memiliki konektivitas yaitu: sektor industri kerang-kerangan dan sektor industri kain tenun. Berdasarkan kriteria analisis konektivitas secara keseluruhan struktur output, nilai tambah bruto, multiplier effect dan intersectoral linkages diketahui bahwa sektor-sektor unggulan belum menunjukkan konektivitas diantara kriteria analisis tersebut. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya sektor unggulan yang sama di semua kriteria analisis yang berbasis spasial dan potensi lokal local spesific wilayah. 3. Hasil simulasi output final demand impacts memperlihatkan sektor berbasis karakteristik wilayah kepulauan yang menerima perubahan output belum di rasakan pada sektor berbassis baharimaritim. Sektor-sektor terbesar penerima perubahan output lebih di rasakan pada sektor perdagangan dan indusrti, sedangkan sektor perikanan berada pada posisi ketiga dan keempat. 4. Lambatnya penyediaan fasilitas pelayanan wilayah seperti, pelabuhan laut, bandar udara dan jalan raya di pusat-pusat pengembangan wilayah mengakibatkan rendahnya peran dan fungsi pusat-pusat pengembangan wilayah di daerah ini. Rendahnya peran dan fungsi pusat-pusat pengembangan wilayah dalam menyediakan fasilitas pelayanan mengakibatkan rendahnya peningkatan sektor-sektor unggulan berbasis local spesific pada kawasan sentra produksi di pusat-pusat pengembangan wilayah kepulauan Provinsi Maluku. 5. Masih terpusatnya pusat pengembangan wilayah utama di Kota Ambon berdasarkan peringkat atau hirarki pusat-pusat pengembangan wilayah di Provinsi Maluku, diikuti pusat-pusat pengembangan lainnya seperti; Kabupaten Maluku Tengah peringkat kedua, Kabupaten Buru peringkat ketiga dan diikuti oleh kabupaten lainnya. 6. Kebijakan ekonomi wilayah kepulauan Provinsi Maluku masih bersifat jangka pendek karena lebih mengutamakan sektor-sektor yang tidak sesuai dengan spasial dan potensi lokal local spesific wilayah seperti; sektor perdagangan besar dan eceran, sektor industri pengilangan minyak bumi dan sektor industri lainnya. Konsep kebijakan pembangunan wilayah lebih berorientasi pada konsep wilayah daratan continental bukan kepulauan archipelago seperti masih rendah atau belum unggulnya sektor-sektor potensial yang berbasis wilayah kepulauan seperti sektor jasa, angkutan, komunikasi dan sektor perikanan.

9.2. Saran

Sehubungan dengan simpulan di atas berikut ini disampaikan beberapa saran berkenan dengan arah dan strategi kebijakan pemerintah daerah Provinsi Maluku dan pengembangan penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Sektor unggulan wilayah kepulauan Provinsi Maluku belum memperlihatkan konektivitas diantara kriteria-kriteria yang dibangun seperti sektor unggulan berdasarkan analisis kriteria struktur output, nilai tambah bruto, multiplier effect dan intersectoral linkages, sehingga diperlukan konektivitas diantara sektor-sektor unggulan dari berbagai kriteria yang dibangun untuk menjadi model bagi pemerintah daerah Provinsi Maluku guna menentukkan sektor- sektor unggulannya. Dengan demikian Provinsi Maluku perlu meningkatkan sektor-sektor unggulan berbasis baharimaritim seperti, sektor perikanan, sektor angkutan air laut, sektor udara, sektor darat dan sektor turunan dari sektor perikanan seperti, sektor kerang-kerangan sebagai sektor unggulan wilayahnya pada semua kriteria analisis secara konektivitas. 2. Sektor-sektor unggulan wilayah kepulauan Provinsi Maluku berbasis potensi lokal wilayah local spesific memerlukan dukungan penyediaan atau peningkatan kemampuan fasilitas pelayanan pada level kabupatenkota sebagai pusat-pusat pengembangan wilayah kepulauan, sehingga mampu memberi aspek dukungan ke depan spread effect dan ke belakang backwash effect terhadap sektor unggulan wilayahnya. Dengan kemampuan penyediaan fasilitas pelayanan yang lebih lengkap akan mampu menciptakan pusat-pusat pengembangan atau pusat pertumbuhan baru new growth poles sehingga aktivitas ekonomi wilayah di Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan tidak terpusat pada satu pusat pertumbuhan growth pole saja yaitu di Kota Ambon sebagai ibukota Provinsi Maluku. 3. Pada wilayah kabupatenkota sebaiknya pembangunan sektor-sektor perekonomian wilayah didasarkan pada aspek kapasitas atau potensi lokal local spesific wilayah dengan mengutamakan sektor-sektor unggulan dan berkelanjutan di masing-masing wilayah kabupatenkota serta didukung dengan kemampuan fasilitas pelayanan yang baik dan memadai. 4. Sektor-sektor yang memperlihatkan perubahan output dari hasil permintaan akhir sebaiknya menjadi acuan untuk mengkaji lagi arah dan strategi kebijakan pembangunan yang berbasis wilayah kepulauan seperti sektor