7.1.3. Konektivitas Keunggulan Sektoral Berdasarkan Kriteria Analisis
Keterkaitan Antarsektor
Salah satu keunggulan dari analisis keterkaitan antarsektor Intersectoral Linkages yaitu dapat mengetahui seberapa besar tingkat hubungan atau
keterkaitan antarsektor ekonomi. Keterkaitan antarsektor ekonomi dapat berupa keterkaitan ke belakang backward linkages maupun ke depan forward
linkages. Backward linkages merupakan hubungan dengan bahan mentah sedangkan forward linkages merupakan hubungan dengan penjualan barang jadi.
Konektivitas sepuluh sektor terbesar dari kriteria backward linkages dan forward linkages menghasilkan beberapa sektor unggulan berdasarkan analisis
dari kedua kriteria tersebut. Sektor-sektor unggulan berdasarkan konektivitas keriteria backward dan forward linkages seperti terlihat pada Tabel 30 dan Tabel
31 yaitu: sektor industri kerang-kerangan 36 dan industri kain tenun 31. Hasil analisis memperlihatkan bahwa ke tiga sektor tersebut secara konektivitas mampu
memberikan nilai keterkaitan ke belakang dan ke depan yang tinggi. Dengan demikian ketiga sektor ini memiliki nilai penyebaran dan nilai kepekaan yang
tinggi diatas derajat penyebaran maupun kepekaan rata-rata secara keseluruhan. Selain itu nilai penyebaran dan kepekaan dari ketiga sektor unggulan
dimaksud dapat diartikan memiliki kemampuan untuk mendorong penciptaan dan peningkatan output secara merata pada seluruh sektor perekonomian wilayah
kepualaun Provinsi Maluku. Tabel 31 memperlihatkan hasil konektivitas dari hasil analisis intersectoral linkages.
Tabel 30. Sepuluh Sektor Terbesar dengan Kriteria Keterkaitan Antarsektor di Provinsi Maluku, Tahun 2007
No Kode
Uraian Sektor Kaitan ke
Belakang No
Kode Uaraian Sektor
Kaitan ke Depan
1 35
Industri barang lain dari kayu dan
hasil hutan lainnya
3.0650 1
44 Pedagang besar
dan eceran 2.5302
2 33
Industri kayu lapis
2.8358 2
24 Industri pengila-
ngan minyak bumi 2.4422
3 34
Industri penggergajian
kayu 2.7930
3 19
Kayu gelondongan
2.3962 4
43 Bangunan
2.7718 4
39 Industri semen
dan bahan galian bukan logam
2.2711 5
28 Industri roti,
biskuit dan sejenisnya
2.3732 5
1 Padi
2.2355 6
30 Industri makanan
dan minuman lainnya
2.0874 6
36 Industri kerang-
kerangan 2.0655
7 36
Industri kerang- kerangan
2.0398 7
38 Industri pupuk
kimia dan barang dari karet
1.9076 8
29 Industri gula
2.0290 8
37 Industri kertas
dan barang cetakan
1.8402 9
31 Industri kain
tenun 2.0198
9 42
Air bersih 1.6708
10 27
Industri minyak hewan dan nabati
1.9783 10
31 Industri kain tenun
1.3305 Sumber: Tabel Inpuit-Output Provinsi Maluku Updating, Tahun 2007. Data Diolah
Tabel 31. Konektivitas Sektor Unggulan Berdasarkan Kriteria Analisis
Keterkaitan Antarsektor linkages Tahun 2007
No Kode
Uraian Sektor Kaitan ke
Belakang No
Kode Uraian Sektor
Kaitan ke Depan
1 36
Industri kerang- kerangan
2.0398 1
36 Industri kerang-
kerangan 2.0655
2 31
Industri kain tenun 2.0198
2 31
Industri kain tenun 1.3305
Sumber: Tabel Inpuit-Output Provinsi Maluku Updating, Tahun 2007. Data Diolah
7.1.4. Sektor Unggulan Berdasarkan Kriteria Analisis Struktur Output,
Nilai Tambah Bruto dengan Multiplier Effect. Struktur Output, Nilai
Tambah Bruto dengan Intersectoral Linkages. Struktur Output, Nilai
Tambah Bruto, Multiplier Effect dan Intersectoral Linkages.
Hasil konektivitas dari analisis Input-Output berdasarkan kriteria analisis struktur output, nilai tambah bruto, multiplier efek dan keterkaitan antar sektor
seperti yang diperlihatkan pada Tabel 39 menunjukkan bahwa pemerintah daerah Provinsi Maluku belum mampu mengidentifikasimenemukenali sektor-sektor
unggulan wilayahnya. Hal ini terlihat dari sektor-sektor unggulan yang diperoleh masih bersifat parsial yaitu hanya ditentukan berdasarkan pembuat atau pengambil
kebijakan di daerah ini. Banyaknya sektor-sektor berbasis potensi lokal local spesific wilayah kepulauan yang belum dikembangkan dengan baik.
Sektor berbasis potensi lokal wilayah kepulauan dapat dilihat pada Tabel 32 dimana sektor perikanan 27, angkutan air 48 merupakan sektor terbesar
dalam struktur output maupun nilai tambah bruto di Provinsi Maluku. Bila dilihat dari konektivitas berdasarkan analisis kriteria multiplier effect dengan struktur
output dan nilai tambah bruto maka sektor-sektor tersebut seperti sektor perikanan 27, angkutan air 48 tidak memperlihatkan adanya perubahan pengganda dari
sektor-sektor tersebut sektor unggulan berdasarkan kriteria struktur output, nilai tambah bruto terhadap penciptaan output, pendapatan dan kesempatan kerja.
Sektor-sektor unggulan wilayah berdasarkan kriteria multiplier effect- pun tidak memperlihatkan konektivitas yang positif terhadap sektor-sektor
terbesar dari struktur output dan nilai tambah bruto. Dengan demikian sektor unggulan dari analisis struktur output, nilai tambah bruto berbeda dengan sektor
unggulan berdasarkan kriteria analisis multiplier effect. Bila melihat hasil penentuan sektor unggulan yang didasarkan pada kriteria di atas maka dapat
dikatakan bahwa pemerintah daerah Provinsi Maluku belum mampu menentukan arah dan strategi kebijakan pengembangan perekonomian wilayah yang berbasis
pada potensi lokal wilayah. Hal ini dapat dilihat dari besarnya peran pemerintah daerah Provinsi Maluku yang lebih mengutamakan pencapaian pertumbuhan
ekonomi dari sektor-sektor terbesar dalam analisis multiplier effect. Biasanya pemerintah daerah lebih menggunakan kriteria angka pengganda untuk
perencanaan pembangunan
wilayah untuk
meningkatkan pertumbuhan
ekonominya. Sektor-sektor terbesar berdasarkan kriteria multiplier effect tidak memperlihatkan sektor-sektor yang berbasis pada kapasitas atau potensi lokal
local spesific wilayah. Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan dengan potensi lokalnya
yang besar di sektor pertanian tidak memperlihatkan besarnya peran sektor-sektor ini. Umumnya sektor-sektor yang memiliki nilai pengganda terbesar adalah
sektor-sektor yang bukan merupakan sektor yang berbasis potensi lokal wilayah hal ini dapat dilihat pada Tabel 28 dan 29. Dari hasil analisis multiplier effect
tersebut terlihat bahwa pemerintah daerah lebih mengutamakan aspek pengganda pada output, pendapatan dan tenaga kerja sehingga diindikasikan pemerintah
daerah lebih mengejar tingkat pertumbuhan ekonomi dalam menentukan perencanaan pembangunan di Provinsi Maluku.
Konektivitas sepuluh sektor terbesar berdasarkan kriteria analisis terhadap struktur output, nilai tambah bruto, multiplier effect dan intersectoral
linkages memperlihatkan adanya keunggulan sektoral yang berbeda diantara kriteria-kriteria analisis tersebut. Perbedaan hasil analisis tersebut yang
dilakukan berdasarkan hasil konektivitas diantara kriteria-kriteria analisis input- Output memperlihatkan bahwa pemerintah daerah Provinsi Maluku belum mampu
mengidentifikasikanmenemukenali sektor-sektor unggulan wilayahnya yang berbasis potensi lokal local spesific wilayah kepulauan dan masih kuatnya daya
tarik pusat pertumbuhan Kota Ambon dari wilayah lain di sekitarnya.