Provinsi Maluku secara umum berbukit-bukit sepanjang garis pantai menuju dataran tinggi, karateristik wilayah ini dipengaruhi oleh adanya pertemuan dua
buah lempeng bumi yang disebut dengan Sirkum Pasifik dan Mediterania. Karakteristik tersebut menjadikan wilayah ini hampir 70 persen terdiri dari
dataran tinggi dengan ketinggian yang bervariasi. Umumnya penduduk di Provinsi Maluku bertempat tinggal di dataran
yang ketinggiannya dibawah 100 mdp l atau pada dataran rendah. Sedangkan pada dataran menengah sekitar 100
– 500 mdp l dan dataran tinggi sekitar diatas 500 mdp l digunakan oleh penduduk di Maluku sebagai aktivitas atau kegiatan
pertanian, perkebunan dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan kehutanan. Kondisi lahan secara makro di wilayah Maluku berbukit hilly, bergunung
mountaineous dan sedikit dataran plain. Sekitar 0 – 3 persen berupa datar,
4 – 8 persen berombak, 8 – 15 persen bergelombang, 15 – 50 persen curam
bahkan sangat curam. Kondisi atau karakteristik wilayah di Provinsi Maluku dapat dilihat pada
Tabel 8. Tabel 8. Ketinggian dan Derajat Kemiringan Rata-rata Wilayah
No KabupatenKota
Derajat Kemiringan Ketinggian mdpl
1 2
3
1 2
3 4
5 6
1. 2.
3. 4.
5. Ambon
Maluku Tengah Maluku Tenggara
Maluku Tenggara Barat Pulau Buru
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
200 – 600
50 – 600
100 – 1000
200 – 1000
50 – 1000
S
umber : Departemen PU Provinsi Maluku Tahun 1999. Keterangan : Derajat Kemiringan
1 - 25
2 26
- 45
3 46
- 90
5.1.3. Kondisi Sumberdaya Alam Wilayah dan Pemanfaatannya
Provinsi Maluku merupakan salah satu wilayah kepulauan terbesar dengan memiliki lahan yang penggunaannya lebih didominasi sektor perkebunan,
padang rumput ilalang, semak, hutan belukar hutan sejenis maupun tanah kosong yang lebih banyak ditemui pada wilayah pesisir pulau. Umumnya struktur tanah
yang ditemui cenderung berbeda satu wilayah dengan wilayah lainnya. Secara fungsional penggunaan lahan sering dibedakan menjadi dua
bagian yaitu, kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung dapat dibedakan atas beberapa kawasan antara lain :
1. Kawasan yang memberikan perlindungan setempat 2. Kawasan perlindungan setempat.
3. Kawasan suaka alam dan cagar alam 4. Kawasan rawan bencana
Kawasan budidaya didasarkan pada kondisi fisik dan potensi sumberdaya alamnya yang dimanfaatkan bagi kepentingan produksi maupun kebutuhan
permukiman. Secara teori kawasan budidaya dapat terdiri dari : 1. Kawasan budidaya pertanian
2. Kawasan budidaya non pertanian Provinsi Maluku dengan kondisi alamnya yang sebagian besar dikelilingi
lautan memiliki kondisi wilayah kelautan berdasarkan fisiknya bila dilihat dari suhu sekitar 28
– 31 C, hal ini dipengaruhi lamanya penyinaran matahari dan
berfungsinya hutan lindung pantai. Selain suhu, faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi kondisi wilayah laut di Provinsi Maluku antara lain, salinitas,
densitas, arus, pasang surut, pH, dan sifat kimia air laut lainnya.
Selain potensi pertanian, Maluku memiliki potensi yang sangat besar dari sektor perikanan laut. Dengan memiliki kekhasannya yang berbeda dengan
provinsi lainnya di Indonesia. Provinsi Maluku memiliki kekayaan sumberdaya alam yang tidak atau jarang dimilki oleh provinsi lainnya. Namun dengan sistem
pengelolaan koordinasi yang belum optimal dari pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupatenkota maka hasil yang diharapkan belum dapat
dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat di daerah ini. 5.1.3.1. Kawasan Wilayah Daratan
Wilayah daratan di kawasan ini terdiri dari sejumlah pulau besar maupun kecil sebanyak 632 buah pulau dengan 10 persen daratan seluas 85 724 km
2
. Kedudukan pulau-pulau yang berjauhan satu dengan lainnya menjadikan Provinsi
Maluku sangat terbuka untuk melakukan interaksi dengan kepulauan lain dari Provinsi diluar Maluku.
Tingkat kesuburan tanah yang berbeda antara satu pulau dengan pulau lainnya menimbulkan keanekaragaman tanaman serta sumberdaya lainnya.
Luasnya wilayah yang terdiri dari pulau-pulau dan terbentang dari Utara sampai Selatan, menjadikannya sebagai wilayah dengan memiliki kondisikarakteristik
beragam heterogen sehingga masing-masing pulau memiliki kemampuan atau kapasitas lokal pengelolaan sumberdaya yang berbeda pula.
Kawasan budidaya berdasarkan kondisi fisik dan berbagai potensi sumberdaya alam lainnya sangat mempengaruhi produksi dan pemanfaatannya
bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat. Harapan pemanfaatan dari kawasan budidaya ini meliputi kawasan budidaya pertanian maupun kawasan
budidaya non pertanian.
Kawasan budidaya pertanian di Provinsi Maluku meliputi: 1. Kawasan pertanian lahan basah, kawasan seperti ini biasanya diperuntukan
bagi pertanian tanaman pangan lahan basah seperti, tanaman padi. Kawasan pertanian lahan basah dapat ditemui untuk beberapa pulau yakni, pulau Seram
dan Buru. 2. Kawasan pertanian lahan kering, adalah kawasan yang dimanfaatkan bagi
tanaman pangan lahan kering seperti palawija ataupun bagi tanaman seperti buah-buahan hortikultura. Kondisi kawasan pertanian lahan kering banyak
dijumpai di hampir seluruh pulau-pulau di Provinsi Maluku. 3. Kawasan pertanian tanaman perkebunan atau tanaman Tahunan, adalah
kawasan yang diperuntukan bagi tanaman-tanaman yang berumur panjang Tahunan maupun perkebunan. Biasanya kawasan seperti ini dimanfaatkan
bagi perkebunan yang menghasilkan bahan baku tanaman pangan dan telah dimanfaatkan oleh beberapa perusahaan besar perkebunan. Beberapa pulau
yang telah dimanfaatkan oleh perusahaan swasta nasional dengan memanfaatkan keunggulan dari kawasan pertanian ini terdapat di beberapa
pulau antara lain: pulau Seram, Buru, Banda dan beberapa pulau lainnya. Disamping kawasan-kawasan tersebut, Provinsi Maluku memiliki hutan
produksi yang sangat berpotensi ekonomi tinggi. Hutan produksi yang ada di daerah ini meliputi tiga jenis hutan produksi yaitu:
1. Hutan produksi konversi yaitu, kawasan hutan yang pemanfaatannya dapat dialihkan bagi kegiatan lain. Kegiatan-kegiatan lain yang dimaksud adalah
kegiatan yang pemanfaatan arealnya dimanfaatkan bagi kegiatan non
kehutanan dan disesuaikan dengan ruang serta tataguna lahan hutan secara terpadu, serasi dan berkesinambungan.
2. Hutan produksi tetap yaitu, kawasan hutan yang eksploitasinya diarahkan terhadap kawasan produksi hasil hutannya. Eksploitasi hasil hutan dimaksud
pada kayu yang dilakukan secara tebang pilih atau secara tebang habis. 3. Hutan produksi terbatas yaitu, kawasan hutan yang pemanfaatan hasil
hutannya secara terbatas dan dilakukan dengan cara terbatas atau tebang pilih. Hasil hutan produksi cukup banyak tersebar di seluruh pulau sedangkan
industri perkayuan yang memanfaatkan hasil hutan di daerah ini dalam skala besar maupun kecil dapat ditemui di beberapa kabupaten dan kota di Provinsi
Maluku. Bahkan beberapa jenis komoditas hasil hutan seperti kayu hitam, meranti dan jenis tanaman anggrek masih belum menjadi perhatian serius dari
pemerintah setempat sebagai salah satu komoditas andalan. Berdasarkan data dan informasi sumberdaya lahan pada wilayah
kepulauan Provinsi Maluku oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku 2006, membedakan beberapa komoditas pertanian unggulan provinsi dengan
tingkat nasional. Komoditas di provinsi lebih di dominasi oleh tanaman pangan lokal seperti: sagu, kacang merah, ubi kayu, ubi jalar, buah-buahan lokal seperti:
duku, cempedak, sukun, salak, durian, manggis, mangga, jeruk, tanaman perkebunan seperti: pala, cengkih, kayu manis, kelapa, kakao, peternakan lokal
seperti: ruminansia besar yaitu, sapi dan ruminansia kecil yaitu, domba dan kambing.
5.1.3.2. Kawasan Wilayah Lautan
Wilayah lautan merupakan kawasan terluas dan memiliki aneka ragam hayati laut serta kekhasannya yang berbeda dengan wilayah lain di Indonesia.
Dengan luasnya lautan, banyaknya pulau-pulau besar dan kecil menjadikannya sebagai wilayah berpotensi di sektor perikanan, namun potensi tersebut belum
dapat menjadikan penduduknya menjadikan sektor ini sebagai harapan penghidupan dimasa depan.
Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa potensi dari Provinsi Maluku di sektor perikanan sangat besar, bukan saja untuk
komoditas ikan tetapi juga komoditas non ikan yang belum dikelola secara baik dan benar. Potensi wilayah laut yang terdapat di Provinsi Maluku memliki
berbagai komoditas seperti, Ikan Pelagis Kecil, Ikan Tuna, Ikan Cakalang, Ikan Dasar, Ikan Karang, Udang, Rumput Laut, Cumi-cumi, Lobster.
Komoditas-komoditas di atas merupakan komoditas potensial yang tersebar dihampir semua perairan laut Provinsi Maluku. Dengan memiliki
potensi sekitar 682.000 tonTahun dan merupakan komoditas yang sangat ekonomis serta berpengaruh besar terhadap mata pencaharian masyarakat di
Provinsi ini. Oleh sebab itu potensi laut yang ada di kawasan ini, berpeluang untuk dikelola secara intesif namun aksesibilitas pasar dan teknologi pasca
panen belum tersedia atau dikelola secara high technology. Selain komoditas ikan pelagis kecil maupun pelagis besar, potensi
kawasan laut Provinsi Maluku memiliki berbagai jenis kerang-kerangan. Diperkirakan potensi perikanan kerang-kerangan sekitar 969 jenis terdiri dari
665 jenis siput dan 274 jenis kerang. Secara ekonomis ada sekitar 13 jenis siput dan 21 jenis kerang yang sangat berpotensi dijadikan peluang ekspor.
Banyaknya pulau menjadikan wilayah Maluku memiliki potensi pariwisata laut dengan pemandangan alam dasar laut seperti taman laut di Banda,
indahnya teluk, selat dan lagoon yang sangat berpotensi untuk dijadikan tempat pengembang biakan budidaya laut seperti budidaya kerang mutiara maupun
penangkaran ikan kerapu. Dengan kondisi alam, teluk dan selat yang mendukung menjadikannya sebagai tempat yang sangat baik untuk pengembangan budidaya
laut karena cukup terlindungi dari berbagai pengaruh ombak dan gelombang besar pada saat-saat tertentu. Dengan demikian pengembangan budidaya kerang
mutiara, lola, teripang, rumput laut dan ikan pelagis kecil berpotensi untuk dikembangkan dalam jumlah besar. Walaupun masih banyak jenis komoditas laut
yang belum teridentifikasi pada wilayah-wilayah tertentu di Provinsi Maluku namun hal ini bukan menjadikannya sebagai wilayah terbelakang.
Komoditas-komoditas yang belum tergarap atau diolah secara baik dan menjanjikan perkembangan di masa depan seperti penangkaran ikan hias air asin
yang jenisnya tidak dapat diperoleh di wilayah lain di luar Provinsi Maluku. Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan pada Tahun 2008 berproduksi ikan
dan nilai produksi perikanan hasil budidaya tambak dan kolam berdasarkan jenis ikan sesuai Tabel 9 dan 10.
Tabel 9. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Hasil Budidaya Tambak dan Kolam Menurut Jenis Ikan di Provinsi Maluku, Tahun 2008
Jenis Ikan Produksi Ton
Nilai Ribuan Rp 1.
Tambak Bandeng
Mujair Lain-lain
15.900 -
1.205.800 11.847
- 11.814
2. Kolam Mas
Mujair Lain-lain
306.700 147.450
727.350 324
154 754
3. Laut 955.825
48.286 Total ProduksiNilai Produksi
3.359.025 73.179
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku, Tahun 2008
Tabel 10. Produksi dan Nilai Produksi Ikan Menurut Jenis Ikan di Provinsi Maluku, Tahun 2008
Jenis Ikan Produksi Ton
Nilai ribuan rp 1. Udang
2. Cakalang 3. Kembung
4. Julung 5. teri
6. Layang 7. Selar
8. Lain-lain 9. Tuna
10. Ikan Darat 4.704.5
21.133.5 33.537.9
2.382.2 9.128.6
35.832.3 13.722.5
364.021.5 6.378.5
709.2 203.361.6
71.802.8 123.760.8
5.356.2 12.530.6
112.088.1 38.754.7
1.920.009.6 38.832.6
13.769.6 Total Produksi dan Nilai Produksi
491.550.7 2.526.634.3
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku, Tahun 2008
5.1.4. Komposisi Penduduk
Berdasarkan data registrasi kependudukan, jumlah penduduk Provinsi Maluku sampai Tahun 2007 berjumlah 1.420.433 jiwa. Kepadatan rata-rata
penduduk sekitar 26 jiwakm
2
, sedangkan persebarannya tidak merata karena adanya konsentrasi penduduk pada wilayah-wilayah tertentu terutama pada
wilayah pusat kota dan terkonsentrasi pada wilayah-wilayah tertentu saja. Jumlah rata-rata penduduk per rumah tangga di Provinsi Maluku sekitar
5 – 6 jiwakeluarga dan laju pertumbuhan penduduk dari Tahun 2000 – 2007
sebesar 2.57 persen. Sesuai dengan data tersebut dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Provinsi Maluku, Tahun 2005
– 2007 Tahun
Jumlah Jiwa KepadatanKm
2
2005 2006
2007 1.350.156
1.384.585 1.420.433
25 25
26
Sumber : BPS, Tahun 2008, data diolah
5.1.5. Kondisi Sosial dan Budaya Masyarakat
Masyarakat Provinsi Maluku terdiri dari berbagai suku dan agama. Beberapa suku di wilayah ini umumnya memiliki kekerabatan yang diikat
dengan marga atau fam. Pengelompokkan masyarakat di Maluku biasanya didasarkan pada urutan dan asal tempatnya seperti dari pulau Seram, Banda dan
sebagaian kepulauan Kei bagian Selatan dan Tenggara, Halmahera dan Tidore, bahkan ada sebagian masyarakat Maluku yang berasal dari daerah bagian Barat
terutama dari pulau Jawa Tuban. Ikatan tradisi kekeluargaan yang sampai saat ini masih tetap dilestarikan
atau dipertahankan adalah ikatan ”Pela” dan ”Gandong”. Ikatan-ikatan tersebut menggambarkan tentang persekutuan yang terjalin dan terbina secara bersahabat
antar desa, baik antar desa dalam satu pulau atau antar desa yang berlainan pulau. Ikatan ini telah dilakukan atau terbentuk sejak zaman nenek moyang
orang Maluku dengan mengandung unsur-unsur budaya luhur dan religie magis. Ikatan-ikatan yang terjalin begitu lama berfungsi sebagai suatu tatanan untuk
menjaga persaudaraan diantara sesama warga pela dan gandong serta kerukunan beragama diantara sesama warga masyarakat yang berbeda keyakinan atau
agamanya.
Kondisi sosial dan budaya masyarakat Maluku dapat dilihat dari adanya ikatan emosional kerja sama yang dikenal dengan ”Masohi” atau ”Gotong
Royong”. Budaya ini bersifat hubungan kerja sama yang dilakukan secara bersama-sama dalam menyelesaikan suatu kegiatan atau pekerjaan dengan
membutuhkan dana, daya dan lain-lain sehingga perlu dilakukan antar desa maupun antar masyarakat walaupun berbeda ikatan pela dan gandong. Dengan
demikian semua masyarakat Maluku wajib melaksanakan ikatan yang telah terbina dari zaman nenek moyangnya. Kondisi seperti ini yang merupakan
kearifan lokal local wisdom dengan potensi alam yang tersedia seharusnya menjadi arah dan strategi kebijakan pembangunan Provinsi Maluku.
Kearifan lokal yang masih dipertahankan untuk menjaga kelestarian alam seperti tidak boleh memanen ikan, tanaman pada waktu-waktu tertentu dikenal
dengan istilah daerah yakni ”Sasi”. Di beberapa wilayah lebih dikenal dengan sasi di sektor perikanan. Dimana tidak boleh mengambil ikan sebelum berakhirnya
masa sasi. Sasi ini telah berlangsung turun temurun, bila ada masyarakat yang melanggar aturan ini biasanya dikenai dengan sanksi adat.
5.1.6. Kondisi Sarana dan Prasarana Transportasi 5.1.6.1. Transportasi Darat
Sebagai wilayah kepulauan yang sebagian wilayahnya teridir dari lautan sehingga untuk sarana dan prasarana transportasi darat belum mendapat perhatian
karena sektor angkutan darat ini cukup bermanfaat bagi wilayah-wilayah yang tidak dipisahkan oleh laut atau satu pulau dan bahkan antar pulau yang letak
pulaunya cukup dekat satu dengan lainnya Ambon – Seram. Sarana dan
prasarana transporatsi di wilayah kepulauan Provinsi Maluku meliputi transportasi darat, udara dan air laut.
Transportasi darat meliputi jalan yang menghubungkan Kota Ambon dengan Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku Tengah dan dari Kabupaten
Maluku Tengah terhubung ke Kabupaten Seram Bagian Timur. Jaringan jalan dari Kota Ambon menuju pusat-pusat pengembangan kabupaten disekitarnya
disebut dengan jalan trans Seram. Dengan kata lain jaringan transportasi jalan yang paling panjang di Provinsi Maluku adalah jaringan jalan yang
menghubungkan Kota Ambon dengan tiga kabupaten di Pulau Seram. Panjang jalan di Provinsi Maluku untuk jalan nasional dan provinsi
sepanjang 1.885.22 km yang terdiri dari jalan nasional sepanjang 985.46 km dan provinsi 899.77 km Tahun 2007. Tipe jalan umumnya berupa jalan di aspal,
kerikil, tanah dan yang tidak dirinci.
5.1.6.2. Transportasi Udara
Sarana dan prasarana transportasi udara di wilayah kepulauan Provinsi Maluku membagikan beberapa kelas untuk kapsitas lapangan udara yang di
Maluku. Kota Ambon sebagai pusat pertumbuhanpengembangan memiliki bandar udara tipe kls 1 dan Kabupaten Maluku Tengah Kls 3 sedangkan
kabupaten lainnya hanya memiliki bandar udara bertipe Lapter lapangan terbang. Bandar udara tipe kls 1 dapat didarati oleh pesawat dengan
kapasitasjenis Airbus A-300 sejenis boing B.372-200 sedangkan kls 3 hanya dapat didarati pesawat dengan tipe Foker F-27 di Banda kabupaten Maluku
Tengah. Lapter lapangan terbang yang berada di beberapa kabupaten lainnya
hanya dapat didarati oleh jenis pesawat Cassa C-212. Dengan kondisi bandar udara seperti di atas maka masih sulit untuk pusat-pusat pengembangan di wilayah
ini dapat mempercepat pengembangan wilayah dengan keunggulan sektoralnya.
Perusahaan penerbangan yang telah beroperasi di Provinsi Maluku adalah perusahaan penerbangan Lion Air, Batavia, Sriwijaya, Garuda untuk tujuan
Ambon sedangkan ke wilayah kabupaten lainnya perusahaan penerbangan yang beroperasi adalah PT. Trigana dan Merpati jenis cassa dan twin otter. Rata-rata
frekuensi penerbangan secara teratur ke Ambon satu kali per satu hari untuk semua jenis pesawat sedangkan ke kabupaten lainnya selain Ambon frekuensi
penerbangan sering tergantung dari cuaca dan jumlah pesawat yang terbatas sehingga frekuensi penerbangan tergantung dari penumpang yang akan bepergian.
Rata-rata penumpang pada Tahun 2008 yang melakukan perjalan dengan pesawat dari bandara Pattimura
– Ambon adalah sebanyak 20.937 orang per bulan. Jumlah bagasi yang di muat Tahun 2008 seberat 3.444.678 kg sedangkan
bongkar seberat 1.465.370 kg.
5.1.6.3. Transportasi Air Laut
Sarana dan prasarana laut di wilayah kepulauan Provinsi Maluku merupakan salah satu sarana transportasi yang harus menjadi perhatian
pemerintah daerah. Dengan karakteristik sebagai wilayah kepulauan yang berbasis baharimaritim harusnya didukung dengan sarana dan prasaran tarnsportasi laut
yang memadai. Fasilitas pelabuhan laut di Maluku meliputi pelabuhan yang termasuk dalam pelabuhan bongkar muat kelas 2 dengan konstruksi dermaga
adalah beton dan jenis pelabuhan seperti ini terdapat di Kota Ambon dan
Kabupaten Maluku Tengah sedangkan beberapa kabupaten lainnya masih berupa betonkayu dengan kondisi pelabuhan sebagai pelabuhan rakyat pelra.
Ukuran pelabuhan terbesar berada di Kota Ambon yakni berukuran panjang 576 meter dan lebarnya 18 meter, fasilitas gudang yang tersedia di
pelabuhan Ambon Yos Sudarso 6.830 M
2
. Pelabuhan Yos Sudarso dikelola oleh PT. Pelindo sedangkan pelabuhan di kabupaten lainnya di kelola oleh
Dephub ADPEL kelas 4. Arus barang dan penumpang transportasi laut dilayari dengan
mempergunakan jenis kapal penumpang cepat antar provinsi yang dikelola oleh PT.Pelni seperti KM. Dobonsolo, KM. Bukit Siguntang, KM. Lambelu. Jumlah
penumpang turun per Tahun rata-rata yang mempergunakan kapal cepat PT. Pelni sekitar 37 795 orang sedangkan turun rata-ratanya sekitar 40.109 orang.
Kabupaten lainnya masih melakukan kegiatan bongkar muat di wilayahnya dengan mempergunakan sarana pelabuhan rakyat pelra termasuk
pelabuhan kecil yang umumnya berada di kabupaten-kabupaten disekitar Kota Ambon.
Angkutan sungai danau dan Penyeberangan ASDP Ferry beroperasi untuk menghubungi wilayah yang dekat dengan pusat pengembangan Kota
Ambon seperti dari Ambon ke Pulau Seram Kabupaten Seram Bagian Barat dan Maluku Tengah, Ambon
– Buru, Maluku Tenggara – Maluku Tenggara Barat.
5.1.7. Kondisi Perekonomian Wilayah
Sesuai dengan perspektif keruangan tata ruang wilayah Provinsi Maluku, maka sudah seharusnya sistem pengembangan perekonomian wilayahnya
diarahkan pada konsep pembangunan yang didasarkan pada konsep kemampuan
atau kapasitas wilayah, sebagai salah satu indikator yang memperhatikan aspek ketataan ruang wilayah space dan potensinya.
Selama ini sistem perekonomian yang dianut Provinsi Maluku masih bersifat tertutup dan tidak memperhatikan aspek tata ruang wilayahnya
spaceless, sehingga aktivitas perekonomian wilayah lebih bersifat pemenuhan kebutuhan lokal wilayah itu sendiri atau bersifat internal.
Wilayah Maluku sebagai wilayah kepulauan memiliki struktur perekonomian yang tentu berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya.
Hal ini dapat terlihat dengan jelas karena antara satu wilayah kota dan kabupaten dipisahkan oleh laut. Luas wilayah yang pada umumnya dipisahkan
oleh laut tentunya memiliki lokasi pengembangan yang terpencar. Kondisi perekonomian wilayah Provinsi Maluku seperti yang
digambarkan di atas memperlihatkan kondisi perekonomian wilayah ini mau berkembang maka model perekonomiannya harus bersifat terbuka. Oleh karena
itu aspek keruangan space menjadi model ekonomi wilayah yang saling berinteraksi linkages atau memiliki berbagai macam simpul-simpul jasa
distribusi diantara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Model perekonomian seperti ini akan menjadi salah satu model perekonomian yang berakarakteristik
perekonomian wilayah kepulauan sehingga di harapkan mampu dalam meningkatkan mobilitas faktor-faktor produksi dan menjadi andalan prime
mover untuk memacu perkembangan perekonomian wilayahnya. Dengan demikian sektor-sektor yang berpotensi atau dominan terhadap produksinya
serta memiliki nilai tambah value added baik menurut lapangan usaha sektor maupun komponennya akan menjadi daya tarik dan daya kepekaan
yang tinggi backward and forward linkages dan memberi dampak multiplier effek dari sektor-sektor unggulan tersebut terhadap sektor lainnya.
Secara umum Produk Domestik Regional Bruto PDRB Provinsi Maluku menurut lapangan usaha menunujukkan kinerja perekonomiannya
seperti pada Tabel 12.
145 Tabel 12. PDRB Provinsi Maluku Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan dlm jutaan Rupiah, Tahun 20002008
URAIAN SEKTOR
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 Pertanian
43 7376.55 424 824.07
433 339.61 1 029 450
1 058 272 1 096 737
1 129 295 1 175 896
1 209 850 Petambagan dan Penggalian
10 634.4 11 438.39
11 796.26 25 260
26 019 26 951
28 067 25 730
27 004 Industri Pengolahan
67 586.65 62 785.6
63 107.25 142 165
147 070 152 394
160 349 180 252
188 445 Listrik, Gas dan Air Minum
10 556.73 7 590.25
7 107.43 15 946
17 188 18 249
19 570 20 599
20 958 Bangunan
10 824.22 11 386
11 927 37 370
39 373 41 645
44 447 47 705
49 848 Perdagangan, Hotel dan Restoran
278 365.6 286 970.84
299 118.33 719 658
757 098 802 381
863 351 922 453
971 534 Pengangkutan dan Komunikasi
128 595.26 110 334.81
116 430.73 257 266
288 267 318 850
354 487 388 588
407 690 Bank dan Lembaga Keuangan
87 211.24 88 449.15
92 238.77 168 612
174 646 181 483
190 606 201 042
209 645 Jasa-Jasa
266 351.46 273 168.92
288 535.47 574 737
594 062 620 556
649 943 671 249
702 130 Total PDRB
1 299 502.11 1 278 949.03 1 325 602.85 2 972 467.00
3 103 999.00 3 261 251.00 3 442 121.00 3 635 521.00
3 789 112.00 Sumber: Maluku Dalam Angka Tahun 2008, data diolah
VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN
WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku
Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan, bila mampu menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi
economic growth wilayah dari Tahun ke Tahun. Indikator makroekonomi biasanya mempergunakan pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu alat ukur
untuk mengukur kemajuan atau tingkat keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Dalam menganalis sektor-sektor ekonomi wilayah terhadap perubahan
struktur ekonominya, diperlukan faktor-faktor yang menjadi sumber pertumbuhan sehingga dapat diketahui kondisi transformasi aktivitas ekonomi wilayah
tersebut. Menurut kerangka pemikiran Rostow 1956 oleh Chenery et.al
1962, dan Sulistyaningsih 1997, dikatakan ada perbedaan di antara kedua ahli ekonomi ini. Rostow berupaya mendefinisikan sumber-sumber pertumbuhan
ekonomi sebagai perubahan absolut, sedangkan Chenery mendefinisikan sumber- sumber pertumbuhan ekonomi sebagai nilai deviasi pertumbuhan proposional
setiap sektor. Untuk analisis sektor-sektor ekonomi wilayah Provinsi Maluku sebagai wilayah kepulauan digunakan indikator agregat makroekonomi dengan
mempergunakan sumber data dari Biro Pusat Statistik BPS berupa Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Data-data yang dianalisis dalam penelitian ini
menggunakan data PDRB Provinsi Maluku, Kota dan Kabupaten sebagai pelengkap analisis sektor-sektor unggulan di Provinsi Maluku.
Analisis dan pembahasan pada sub bab penelitian ini, mengelompokkan PDRB Provinsi Maluku ke dalam 9 sektor, digunakan sebagai
sumber data analisis dan pembahasan sektor-sektor unggulan Provinsi I-O, untuk analisis Input-Output I-O pada sub berikutnya dipergunakan data pada
tabel I-O updating Provinsi Maluku Tahun 2007 yang dikelompokkan kedalam 60 sektor ekonomi wilayah. Pada bagian ini analisis diarahkan untuk
menguraikan mengenai struktur penawaran supply dan permintaan demand terhadap barang dan jasa yang dilakukan di Provinsi Maluku. Selanjutnya
penelitian dari hasil analisis I-O, berupa sektor-sektor dominan dalam permintaan output, struktur output dan struktur nilai tambah added value baik
menurut lapangan usaha sektor maupun kompenen beserta struktur permintaan akhir. Dari hasil pengolahan data-data tersebut, akan dilakukan kajian tentang
daya penyebaran dan derajat kepekaan backward and forward linkage. Dengan demikian hasil analisis penelitian yang dilakukan akan mampu menjawab
perkembangan perekonomian Provinsi Maluku KotaKabupaten terhadap sektor- sektor unggulan yang mengalami perubahan selama periode pengukuran.
Perkembangang perekonomian suatu daerahwilayah biasanya dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada penemuan serta penetapan sektor-sektor
unggulan dan mempengaruhi pergeseran struktur perekonomian wilayahnya. Dengan adanya perubahan struktur perekonomian tersebut, maka suatu wilayah
mampu menunjukkan besarnya kontribusi dari setiap sektor unggulan yang mengidentifikasikan bahwa wilayah tersebut mengalami perkembangan sesuai
arah kebijakan pembangunan untuk masa kini maupun dimasa datang. Oleh sebab itu indikator perkembangan perekonomian harus mampu menggambarkan
seberapa besar kekuatan ekonomi wilayah yang sesuai dengan potensi atau kapasitas wilayahnya sehingga setiap perubahan struktur ekonomi mampu
memperlihatkan adanya kemajuan didalam pengambilan kebijakan pembangunan.
6.2 Struktur Perekonomian Provinsi Maluku Dalam Kajian Analisis
Input-Output I-O
Analisis Input-Output I-O dilakukan dengan menggunakan Tabel I-O Provinsi Maluku 2007. Data-data pada tabel tersebut merupakan sumber
data yang bersifat lengkap dan komprehensif sehingga dapat dilihat seberapa besar ketergantungan antarsektor dan beberapa analisis lainnya pada suatu sistem
perekonomian wilayah. Hasil analisis berikutnya dapat diketahui melalui kajian analisis secara umum keadaan perekonomian Provinsi Maluku yang diuraikan
pada sub bab berikutnya.
6.2.1. Strukutur Permintaan dan Penawaran
Tabel Input-output seperti yang telah dijelaskan pada sub bab terdahulu merupakan salah satu instrumen sumber data yang digunakan sebagai
bahan analisis ekonomi. Dengan demikian tabel Input-Output dapat digunakan untuk mengkaji struktur permintaan dan penawaran barang dan jasa di Provinsi
Maluku. Terminologi tabel I-O biasanya membedakan permintaan menurut permintaan antara intermediate demand dan permintaan akhir final demand.
Permintaan antara merupakan permintaan sektor produksi guna memenuhi kebutuhan produksi sedangkan permintaan akhir merupakan permintaan akan
barang yang digunakan sebagai konsumsi akhir domestik dan konsumen diluar wilayah Provinsi Maluku. Sedangkan penawaran terhadap barang dan jasa
terdiri dari produksi domestik output domestic dan impor yang berasal dari wilayah lain maupun luar negeri.
BPS Provinsi Maluku 2007 menunjukkan permintaan terhadap barang dan jasa Provinsi Maluku sebesar Rp. 9.08 triliun. Sebagian besar dari nilai
total permintaan sebesar 60.07 persen merupakan permintaan oleh konsumen akhir domestik sedangkan 19.65 persen atau sekitar Rp. 1.79 triliun digunakan
untuk memenuhi permintaan konsumen diluar wilayah Provinsi Maluku atau di ekspor. Sedangkan permintaan sektor-sektor produksi untuk memenuhi kegiatan
produksi di Provinsi Maluku sebesar 20.46 persen atau sebesar Rp. 1.86 triliun. Untuk memenuhi permintaan barang dan jasa diperoleh dari produksi
domestik sebesar 80.91 persen atau sebesar Rp. 7.3 triliun dan sebesar 19.09 persen harus diimpor dari luar wilayah Provinsi Maluku.
Sebagai gambaran terhadap struktur permintaan dan penawaran Provinsi Maluku dapat ditampilkan sektor-sektor ekonomi yang diklasifikasikan kedalam
60 sektor ekonomi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 13.