pertumbuhan.
Karakteristik Aktivitas Ekonomi
Terdapat banyak pusat pertumbuhan
dan sistem zone industri
Konsentrasi aktivitas ekonomi meningkat di setiap pusat
pertumbuhan dan wilayah pinggiran
Investasi dan industri berada dihampir setiap wilayah
pengembangan
Disparitas kesejahteraan antara pusat pertumbuhan dengan zone wilayah
pinggiran semakin kecil
Pasar dekat
Jarak wilayah pusat pertumbuhan dengan wilayah pinggiran dekat
Terdapat satu atau beberapa pusat
pertumbuhan
Investasi dan industri terpusat di pusat pertumbuhan
Konsentrasi aktivitas ekonomi
hanya pada pusat pertumbuhan
Terjadi disparitas kesejahteraan
Pasar jauh
Jarak wilayah pusat pertumbuhan dengan wilayah pinggiran jauh
Kemampuan penyediaan fasilitas
pelayanan yang rendah di pusat pengembangan
1. Adisasmita, R. 1997, 2005,
2008. 2. Tarigan, R.
2004 3. Reksohadiprodjo
, S. dan Karseno, A. R. 2001
4. Budiharsono, S. 2001
Sumber: Dari Berbagai Kepustakaan dan Dikembangkan oleh Peneliti Adapun perbedaan pengembangan wilayahnegara daratan dengan wilayah
negara kepulauan berdasarkan konsep pengembangan spasial yang di dasarkan pada konsep pengembangan wilayah dari pusat pertumbuhan, desentralisasi dan integrasi
memperlihatkan adanya perbedaan konsep pengembangan wilayah daratan dengan kepulauan. Perbedaan pengembangan wilayah antara wilayah daratan dengan kepulauan
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel. 2. Perbedaan Pengembangan WilayahNegara Daratan dengan
WilayahNegara Kepulauan Berdasarkan Konsep Pengembangan Spasial Growth Pole, Desentralisasi Teritorial dan Integrasi
Konsep Pengembangan
Spasial Pengembangan Wilayah
Kepustakaan Daratan Continental
Kepulauan Archipelago
1 2
3 4
I. Konsep Kutub
Pertum- buhan
Growth Pole
Investasi dan industri aktivitas ekonomi terpusat
di pusat pertumbuhan Otomatis terjadi spread effect
ke wilayah ping-girannya periphery
Wilayah pinggiran periphery cepat berkembang
menjadi pusat pertumbuhan baru sebagai wilayah
penyangga terhadap pusat pertumbuhan utama
Prasarana dan sarana infrastruktur tersedia
dengan baik Pusat pertumbuhan kota
memiliki hubungan dengan wilayah belakangnya sebagai
kota generatif Jarak dan infrastruktur
dianggap sama untuk seluruh wilayah
Investasi dan industri aktivitas ekonomi
seharusnya tidak terpusat di pusat pertumbuhan tetapi di
beberapa pusat pertumbuhan. Belum tentu terjadi spread
effect tetapi sebaliknya cenderung terjadi backwash
effect Wilayah pinggiran periphery
sulit berkembang menjadi pusat pertumbuhan baru
sebagai wilayah penyangga pusat pertumbuhan
Prasarana dan sarana infrastruktur belum baik
bahkan cenderung sulit di- peroleh
Pusat pertumbuhan kota memiliki hubungan dengan
wilayah belakangnya sebagai kota parasitif bahkan ada
1. Adisasmita, R. 2005
2. Tarigan, R. 2004 3. Richardson, H.W.
1978 4. Rondinelli. D. A.
1985 5. World Bank
2009
6. Daryanto, A. 2003
7. Porter, M. E. 1990 8. Okali, D. Okpana,
E. dan Olawoye, J. 2001
yang enclave Jarak dan infrastruktur tidak
sama di semua wilayah 9. Uphoff. N. 1999
10. Douglas, M. 1998
II. Konsep Desentra-
lisasi Teritorial
Wilayah terseleksi berdasarkan zone
Muncul istilah kota Megapolitan terdiri dari
beberapa kota yang berdekatan kasus kota
Jakarta dengan istilah Jababodetabek
Kota menengah dan kecil saling membutuhkan
generatif terhadap kota besarutama begitupun
sebaliknya. Investasi dan industri
terpencar spread effect ke wilayah pinggirankota kecil
lainnya Migrasi penduduk hampir
merata di seluruh wilayah kota besar, menengah dan
kecil Distribusi pelayanan dan
fasilitas sosial, infrastruktur ekonomi tersedia dengan baik
Wilayah pinggiran berpotensi menjadi wilayah yang kuat
meningkatkan produktivitas ekonomi secara nasional
Semua wilayah dapat berkembang menjadi pusat
pertumbuhan Wilayah sulit terseleksi
Tidak ada kota megapolitan Wilayah pinggiran selalu
bergantung parasitis terhadap wilayah pusat
Investasi dan industri sulit terpencar spread effect dari
wilayah pusat ke wilayah pinggiran
Penduduk tidak merata di wilayah masing-masing.
Terjadi migrasi ke wilayah pusat pertumbuhan
Distribusi pelayanan sosial, infrastruktur ekonomi tidak
cukup tersedia dengan baik Jaringanhubungan
networking antar wilayah di dalam wilayah itu sendiri
sangat lemah Wilayah pinggiran sulit
bertumbuh menjadi pusat pertumbuhan dan pelayanan
ekonomi, sosial, administrasi serta jasa lainnya.
Wilayah pinggiran sulit berpotensi menjadi wilayah
yang kuat untuk meningkatkan produktivitas
ekonomi secara nasional. Tidak semua wilayah dapat
berkembang menjadi pusat pertumbuhan
III. Konsep Integrasi
Fungsi- Fungsi
Spasial
Adanya keseimbangan dan kesinambungan yang baik
diantara wilayah disekitarnya jenjang hirarki bergerak
secara alami Sistem pengembangan
wilayah seperti infrastruktur saling terpadu antara satu
wilayah keterpaduan pusat pelayanan dengan wilayah
disekitarnya
Pusat-pusat pertumbuhan yang berebeda ukuran kota
besar, menengah dan kecil tetapi saling membutuhkan
Wilayah penyangga mampu menjadi pendukung bagi
wilayah pusat Karakteristik fungsional
bermacam-macam atau bervariasi
Wilayah pusat menjadi elemen yang memiliki
keterkaitan sebagai wilayah produksi dan wilayah
konsumsi yang mampu menyediakan berbagai
Belum ada keseimbangan dan kesinambungan yang baik
diantara wilayah disekitarnya jenjang hirarki tidak
bergerak secara alami, harus ada political will dari
penguasa.
Lemahnya sistem pengembangan wilayah
seperti infrastruktur yang saling terpadu antara satu
wilayah keterpaduan pusat pelayanan dengan wilayah
disekitarnya
Hanya ada satu pusat pertumbuhan ibu kota pro-
vinsi wilayah lain disekitarnya dianggap sebagai
wilayah penyangga pusat pertumbuhan
Karakteristik fungsional belum dapat diidentifikasi
Wilayah pusat menjadi elemen yang memiliki pengaruh kuat
sebagai wilayah produksi dan konsumsi tetapi belum mampu
menyediakan berbagai
interaksi fungsional di wilayah sekitarnya.
Terdapat hubungan tarik menarik hubungan timbal
balik antara wilayah pusat pertumbuhan dengan wilayah
sekitarnya interaksi fungsional bagi
wilayah sekitarnya Lemahnya hubungan tarik
menarik hubungan timbal balik antara wilayah pusat
pertumbuhan dengan wilayah sekitarnya
Pusat pertumbuhan kota memiliki hubungan dengan
wilayah belakangnya sebagai kota parasitif bahkan ada yang
enclave
Sumber: Dari Berbagai Kepustakaan dan Dikembangkan oleh Peneliti
Berdasarkan perbedaan karakteristik dan konsep pengembangan spasial wilayah daratan dan kepulauan dapat dikatakan Indonesia merupakan negara
kepulauan archipelagoarchipelagic state bukan negara daratan. Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki salah satu provinsi kepulauan terbesar yaitu
Provinsi Maluku. Karakteristik dan pengembangan spasial memperlihatkan Provinsi Maluku adalah wilayah kepulauan archipelago. Konsep pengembangan
spasial wilayah kepulauan seperti yang terlihat pada Tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa Provinsi Maluku identik dengan konsep pengembangan pusat pertumbuhan
growth pole, desentralisasi teritorial otonomi daerah dan konsep integrasi berdasarkan fungsi-fungsi spasialnya.
Pengembangan wilayah kepulauan seperti terlihat pada karakteristik dan tujuan pengembangan spasial maka sebagai wilayah kepulauan Provinsi Maluku
perlu menentukan sektor-sektor apa saja yang berbasis pada potensi lokal local spesific. Menurut Daryanto 2003, potensi lokal local spesific merupakan
potensi wilayah yang perlu dikembangkan tidak hanya pada aspek keunggulan komparatif tetapi harus memiliki keunggulan kompetitif yang tinggi. Dengan
demikian setiap wilayah harus tetap mengacu pada wilayah itu sendiri inward looking sehingga wilayah tersebut mampu menyesuaikan arah pembangunan
wilayahnya sesuai dengan karakteristik lokal local spesific.
Porter 1990, mengemukakan bahwa pengembangan ekonomi atau daya saing suatu wilayah biasanya ditentukan oleh faktor produksi, kondisi permintaan
pasar dan peranan pemerintah role of goverment sebagai faktor penunjang. Menurutnya peran pemerintah diperlukan karena dapat menciptakan kompetensi
inti sehingga suatu wilayah dapat dibedakan dari wilayah lainnya melalui daya saing wilayah yang tercipta. Menurut Douglas 1998, dikatakan bahwa
pertumbuhan di beberapa wilayah inti core mampu mendatangkan atau memberikan keuntungan kepada perkembangan wilayah lainnya periphery.
Pembangunan wilayah menurut Okali 2001, lebih ditujukan pada penerapan konsep pembangunan wilayah daratan. Okali dkk melihat faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya interaksi antara wilayah kota dengan perdesaan adalah arus spasial seperti tenaga kerja, produksi, komoditi, modal dan informasi.
Aktivitas yang terciptanya antara kota dengan perdesaan akan menciptakan dinamika pembangunan wilayahnya. Selanjutnya menurut Okali perlunya peran
atau intervesi pemerintah dalam meningkatkan aktivitas sektoral di wilayah perdesaan.
Menurut Uphoff 1990, sektor yang berbasis potensi lokal seperti pertanian mampu mengatasi masalah krisisis pembangunan ekonomi di Indonesia.
Uphoff melihat kinerja sektor pertanian di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia mampu menjadi negara yang berhasil
mengimplementasi model pembangunan pertanian sebagai sektor yang berbasis potensi lokal wilayahnya.