hajat hidup orang banyak, serta diselenggarakan berdasarkan atas asas demokrasi ekonomi.
2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara BUMN
Privatisasi sudah dilaksanakan pada tahun 1990-an tetapi baru mempunyai dasar hukum dalam bentuk Undang-Undang pada Tahun 2003, yaitu dengan
diterbitkannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara. Undang-Undang tersebut menjadi dasar dalam melaksanakan proses
privatisasi di Indonesia. Ketentuan mengenai privatisasi dalam tubuh Badan Usaha Milik Negara
BUMN diatur dalam Pasal 1 butir 12 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara BUMN yang menyebutkan bahwa privatisasi
merupakan pejualan saham Persero, baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat
bagi negara dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat. Menurut ketentuan pasal 74 ayat 1 Undang-undang Badan Usaha Milik
Negara, disebutkan bahwa maksud dari privatisasi, adalah : a. Memperluas kepemilikan masyarakat atas Persero
b. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan c. Menciptakan struktur keuangan dan manajemen keuangan yang baikkuat;
d. Menciptakan struktur industri yang sehat dan kompetitif e. Menciptakan Persero yang berdaya saing dan berorientasi global;
f. Menumbuhkan iklim usaha, ekonomi makro, dan kapasitas pasar.
Universitas Sumatera Utara
Privatisasi ditujukan untuk peningkatan kinerja perusahaan agar mampu memberikan pelayanan dan manfaat bagi negara dan masyarakat. Hal ini dilakukan
dengan adanya penjualan sejumlah saham kepada masyarakat, dengan maksud agar dapat melakukan pengembangan usaha.
92
Privatisasi dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kewajaran, dan prinsip harga terbaik dengan
memerhatikan kondisi pasar. Yang dimaksud dengan “kondisi pasar” adalah kondisi pasar domestik dan internasional. Undang-Undang Badan Usaha Milik Negara juga
menghendaki pelaksanaan privatisasi yang dilakukan secara transparan, baik dalam proses penyiapannya maupun dalam pelaksanaannya. Proses privatisasi dilaksanakan
dengan berpedoman pada prosedur privatisasi yang telah ditetapkan tanpa ada intervensi dari pihak lain di luar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku. Menurut pasal 76 ayat 1 Undang-undang Badan Usaha Milik Negara
dinyatakan bahwa Persero yang dapat diprivatisasi harus sekurang-kurangnya memenuhi kriteria :
1 Industrisetor usahanya kompetitif, dalam hal ini industrisektor usaha tersebut dapat diusahakan oleh siapa saja, baik BUMN maupun swasta.
Dengan kata lain tidak ada peraturan perundang-undangan kebijakan sektoral yang melarang swasta melakukan kegiatan di sektor tersebut, atau
tegasnya sektor tersebut tidak semata-mata dikhususkan untuk BUMN;
2 Industrisektor usaha yang unsur teknologinya cepat berubah yakni industrisektor usaha kompetitif dengan cirri utama terjadinya perubahan
92
I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, cet II Jakarta: Yayasan SAD Satria Baktia, 2000, hlm. 357.
Universitas Sumatera Utara
teknologi yang sangat cepat dan memerlukan investasi yang sangat besar untuk mengganti teknologinya.
Selain itu pada pasal 76 ayat 2 disebutkan bahwa sebagian aset atau kegiatan dari Persero yang melaksanakan kewajiban pelayanan umum danatau yang
berdasarkan Undang-undang kegiatan usahanya harus dilakukan oleh BUMN, dapat dipisahkan untuk dijadikan penyertaan dalam pendirian perusahaan untuk selanjutnya
apabila diperlukan dapat diprivatisasi. Di samping Persero yang dapat diprivatisasi, Undang-Undang No. 19 Tahun
2003 juga mengatur mengenai Persero yang tidak dapat diprivatisasi, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 77 Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 :
1 Persero yang bidang usahanya berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan hanya oleh dikelola oleh BUMN ;
2 Persero yang bergerak di sektor usaha yang berkaitan dengan pertahanan dan keamanan Negara
3 Persero yang bergerak di sektor tertentu yang oleh pemerintah diberikan tugas khusus untuk melaksanakan kegiatan tertentu yang berkaitan dengan
kepentingan masyarakat. 4 Persero yang bergerak di bidang usaha sumber daya alam yang secara tegas
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dilarang untuk diprivatisasi.
Agar suatu Privatisasi dapat berjalan dengan baik dan tepat tujuan, tentu harus diatur ketentuan mengenai bentuk-bentuk Privatisasi yang dapat dilakukan oleh
BUMN. Bentuk-bentuk Privatisasi tersebut sesungguhnya beraneka ragam, sehingga Undang-undang Badan Usaha Milik Negara BUMN memberikan batasan bentuk
Privatisasi yang dapat dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara BUMN yang
Universitas Sumatera Utara
hendak melakukan Privatisasi. Dalam pasal 78 Undang-Undang Badan Usaha Milik Negara BUMN Privatisasi dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
1 Penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal, hal ini berarti privatisasi dilakukan dengan penjualan saham melalui penawaran umum Initial Public
Offering atau go public, penerbitan obligasi konversi, dan efek lain yang
bersifat ekuitas. Termasuk dalam pengertian ini adalah penjualan saham kepada mitra strategis direct placement bagi BUMN yang telah terdaftar di
bursa;
2 Penjualan saham langsung kepada investor, hal ini berarti suatu Privatisasi dilakukan dengan penjualan saham kepada mitra strategis direct placement
atau kepada investor lainnya termasuk financial investor. Cara ini khusus berlaku bagi penjualan saham BUMN yang belum terdaftar di bursa. Hal ini
berarti saham milik suatu BUMN tersebut dijual kepada pihak tertentu yang hendak menjadi mitra usaha BUMN tersebut sehingga mitra usaha tersebut
kemudian bertindak sebagai pemilik. Dengan kata lain, mitra usaha dapat juga bertindak sebagai pemegang saham
mayoritas yang kemudian juga sebagai pengendali perusahaan.
3 Penjualan saham kepada menajemen danatau karyawan yang bersangkutan merupakan penjualan sebagian besar atau seluruh saham suatu perusahaan
langsung kepada manajemen danatau karyawan perusahaan yang bersangkutan. Dengan kata lain, kepemilikan perusahaan beralih pada pihak
yang terkait dengan perusahaan.
Dalam pasal 79 Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 disebutkan bahwa untuk membahas dan memutuskan kebijakan tentang privatisasi sehubungan dengan
kebijakan lintas sektoral, pemerintah membentuk sebuah komite privatisasi sebagai wadah koordinasi. Komite Privatisasi dipimpin oleh Menteri Koordinator yang
membidangi perekonomian dengan anggota yaitu Menteri, Menteri Keuangan, dan Menteri Teknis tempat Persero melakukan kegiatan usaha. Dalam hal ini Menteri
Teknis bertindak sebagai regulator di sektor tempat BUMN melakukan kegiatan usaha, menjadi anggota komite Privatisasi dalam privatisasi BUMN di bidangnya.
Dengan kata lain, Menteri Teknis ini menjadi pengendali dalam proses privatisasi
Universitas Sumatera Utara
BUMN dalam rangka perannya sebagai Komite Privatisasi. Keanggotaan Komite Privatisasi sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 ditetapkan dengan keputusan
Presiden. Komite Privatisasi bertugas untuk : 1 Merumuskan dan menetapkan kebijakan umum dan persyaratan pelaksanaan
privatisasi 2 Menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk meperlancar proses
Privatisasi 3 Membahas dan memberikan jalan keluar atas permasalahan strategis yang
timbul dalam proses privatisasi, termasuk yang berhubungan dengan kebijakan sektorial pemerintah.
Tata cara Privatisasi yang diatur dalam Undang-undang Badan Usaha Milik Negara adalah sebagai berikut :
1. Privatisasi harus didahului dengan tindakan seleksi atas perusahaan-perusahaan dan mendasarkan pada kriteria yang ditetapkan dalam Peraturan dan
mendasarkan pada kriteria yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah. Dalam hal ini, Peraturan Pemerintah yang mengatur ketentuan tersebut adalah Peraturan
Pemerintah Nomor 59 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 Tentang tata cara Privatisasi Persero. Dalam
Peraturan Pemerintah diatur antara lain mengenai : a. Penentuan BUMN yang layak untuk dimasukkan dalam program Privatisasi
b. Penyampaian program tahunan Privatisasi kepada komite Privatisasi c. Konsultasi dengan DPR dan DepartemenLembaga Non Departemen terkait
d. Pelaksanaan Privatisasi
2. Terhadap perusahaan yang telah diseleksi dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan, setelah mendapat rekomendasi dari Menteri Keuangan, selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
disosialisasikan kepada masyarakat serta dikonsultasikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Setiap orang danatau badan hukum yang mempunyai potensi benturan kepentingan dilarang terlibat dalam proses privatisasi. Yang termasuk dalam
pengertian orang danatau badan hukum yang mempunyai benturan kepentingan adalah meliputi pihak-pihak yang mempunyai hubungan afiliasi sebagai berikut :
1 Hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertical
2 Hubungan antara pihak dewan karyawan, Direktur, atau Komisaris dari pihak tersebut.
3 Hubungan antara 2 dua perusahaan di mana terdapat satu atau lebih anggota Direksi atau Komisaris yang sama.
4 Hubungan antara perusahaan dan pihak, baik langsung maupun tidak langsung, mengendalikan atau dikendalikan oleh perusahaan tersebut;
5 Hubungan antara 2 dua perusahaan yang dikendalikan, baik langsung maupun tidak langsung, oleh pihak yang sama;atau
6 Hubungan antara perusahaan dan pemegang saham utama.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas