Undang-Undang Dasar 1945 Dasar Hukum Privatisasi Badan Usaha Milik Negara BUMN Di Indonesia

Beberapa konsep privatisasi secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut, yaitu: 89 a. Perubahan peran pemerintah dari pemilik dan pelaksanan menjadi regulator dan fasilisator kebijakan serta penetapan sasaran baik secara nasional maupun nasional maupun sektoral. b. Para manajer pengelola selanjutnya akan bertanggung jawab kepada pemilik baru yang diharapkan mampu mencapai sasaran perusahaan dalam kerangka regulasi perdagangan, persaingan, keselamatan kerja, dan peraturan lain yang ditetapkan pemerintah, termasuk kewajiban pelayanan masyarakat. c. Pemilihan metode dan waktu pelaksanaan kebijakan privatisasi yang terbaik bagi suatu perusahaan milik negara mengacu pada kondisi pasar dan regulasi sektoral.

D. Dasar Hukum Privatisasi Badan Usaha Milik Negara BUMN Di Indonesia

1. Undang-Undang Dasar 1945

Cita-cita bangsa Indonesia yang mendasar telah dirangkum dan dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Alinea 4. Secara eksplisit cita-cita bangsa Indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut : “...Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial keadilan sosial,...” Pembukaan UUD 1945 Alinea 4. Cita-cita ini secara lebih eksplisit dituangkan dalam Pasal 33 UUD 1945 yang menggariskan makna sejahtera sebagai sejahtera secara merata, artinya bahwa setiap individu bangsa Indonesia berhak menikmati hidup yang sejahtera. 89 Riant Nugroho dan Randy R Wrihatnolo, Op. Cit., hlm. 68. Universitas Sumatera Utara Pasal 33 UUD 1945 merupakan landasan filosofis, sosiologis dan yuridis dalam pelaksanaan privatisasi BUMN di Indonesia. Rumusan Pasal 33 UUD 1945 hasil amandemen dan penjelasannya sebagai berikut: 1 Perekonomian disususn sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. 2 Cabang-Cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. 3 Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat. 4 Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi ber keadilan, berkelanjutan , berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. 5 Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam Undang-Undang. Penjelasan pasal 33 UUD 1945, sebagai berikut: Dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua di bawah pimpinan untuk pemilikan anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi. Perekonomian berdasar atas demokrasi ekonomi, kemakmuran bagi segala orang. Sebab itu cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai negara. Kalau tidak tampuk produksi jatuh ke tangan orang-seorang yang berkuasa dan rakyat yang banyak ditindasnya. Hanya perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak boleh ditangan orang-seorang. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Universitas Sumatera Utara Secara eksplisit Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa negara akan mengambil peran dalam kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, selama pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 masih tercantum dalam konstitusi, selama itu pula keterlibatan pemerintah termasuk BUMN dalam perekonomian Indonesia masih tetap diperlukan. Khusus untuk BUMN, pembinaaan usaha diarahkan guna mewujudkan visi yang telah dirumuskan. Paling tidak ada 3 visi yang saling terkait, yakni visi founding father yang ada dalam UUD, visi dari lembagabadan pengelola BUMN, dan visi masing-masing perusahaan BUMN. Kesemuanya ini harus dapat diterjemahkan dalam ukuran yang jelas untuk dijadikan pedoman dalam pembinaan. Pasal 33 UUD 1945 merupakan salah satu karakteristik sistem konstitusi dan kenegaraan yang ingin diwujudkan. Pasal 33 bukan sekedar petunjuk tentang susunan perekonomian dan wewenang pemerintah untuk turut serta dalam kegiatan ekonomi, melainkan mencerminkan cita-cita, keyakinan dan pandangan kenegaraan yang dianut dan diperjuangkan secara konsisten oleh para pemimpin pergerakan nasional. Munculnya aspek politik dan sosial ekonomi dalam Undang-Undang Dasar 1945, sebagai reaksi terhadap berbagai kelemahan yang timbul dari demokrasi liberal yang dikritik soekarno, sebagaimana dikatakan: 90 Untuk membuat kesejahteraan rakyat jelata, politik democratie atau parlementaire democratie sahaja belum cukup. Masih perlu lagi ditambah dengan demokrasi di lapangan lain, kerakyatan di lapangan lain, kesama- 90 Zulkifli Taufik, Pengaturan Privasi Dikaitkan Dengan Parameter Kepentingan Umum Dan Menguasai Hajat Hidup Orang Banyak Pasal 33 UUD 1945, Tesis, Medan: Program Pascasarjana USU, 2005, Hlm. 39. Universitas Sumatera Utara rasa sama-rataan di lapangan lain. Lapangan lain ini ialah lapangan rezeki, dengan ekonomi. Demokrasi politik sahaja belum cukup, demokrasi politik itu masih perlu di- complet-kan lagi dengan demokrasi ekonomu. Demokrasi politik sahaja belum cukup yang mencakupi ialah demokrasi politik plus demokrasi ekonomi. Pasal 33 Ayat 2 dan 3 secara jelas menerangkan bahwa cabang-cabang produksi yang penting yang menguasai hajat hidup orang banyak serta bumi, air, dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara, dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam pengertian diatas, secara jelas Indonesia menyatakan dirinya sebagai negara kesejahteraan welfare state, bahwa kesejahteraan rakyat merupakan tujuan utama pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara. Ayat 4 dan 5 secara implisit menekankan pada pelaksanaan demokrasi ekonomi dan reformasi pengelolaan BUMN serta peran dan partisipasi swasta. Sejak Indonesia merdeka, posisi dan peranan perusahaan negara telah menjadi perdebatan dikalangan founding fathers terutama pada kata “dikuasai oleh negara”. Presiden Soekarno menafsirkan bahwa karena kondisi perekonomian masih lemah pasca-kemerdekaan, negara harus menguasai sebagian besar bidang usaha yang dapat menstimulasi kegiatan ekonomi. Sebaliknya, Hatta menentang pendapat ini dan memandang bahwa negara hanya cukup menguasai perusahaan yang benar-benar menguasai kebutuhan pokok masyarakat seperti listrik dan transportasi. Pandangan Hatta ini lebih sesuai dengan paham ekonomi modern karena posisi negara hanya cukup menyediakan infrastruktur yang mendukung proses pembangunan. Universitas Sumatera Utara Sistem ekonomi Indonesia berdasarkan UUD 1945, memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada tiga sektor pelaku ekonomi koperasi, usaha negara dan usaha swasta. Dalam UUD 1945 dikatakan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Dalam perkembangannya banyak unit-unit produksi dan distribusi yang dulu dikuasaidimiliki oleh negara, ternyata banyak cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak kemudian beralih dimiliki swasta. Ini dapat dilihat adanya pengambilalihan peran negara oleh swasta dalam bentuk monopoli yang mengakibatkan beban bagi perekonomian rakyat. Walaupun dapat dikatakan bahwa pemilikan oleh swasta bisa juga diartikan sebagai “dikuasai oleh negara”, karena ada pengaturan khusus. Dalam kondisi yang demikian, muncul kebijaksanaan pemerintah tentang swastanisasi, karena kurang mampunya BUMN dalam bidang manajemen perusahaan. 91 Privatisasi haruslah sejalan dengan Pasal 33 UUD 1945, Sesuai dengan pengertian “dikuasai oleh negara” privatisasi pada dasarnya tidak bertentangan dengan pasal 33 UUD 1945, karena meskipun privatisasi dilaksanakan, negara masih tetap dapat menguasai melalui regulasi. Namun privatisasi dalam pelaksanaannya harus sejalan dengan amanat Pasal 33 UUD 1945, Hal ini berarti bahwa privatisasi harus memiliki semangat sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan, melindungi cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai 91 Ibid. Universitas Sumatera Utara hajat hidup orang banyak, serta diselenggarakan berdasarkan atas asas demokrasi ekonomi.

2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara BUMN