xlviii 6. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang
7. Mencapai standar yang tinggi 8. Menggunakan penilaian autentik.
b. Kajian Tentang Model Pembelajaran Kontekstual
Ada beberapa paham, teori atau pendapat yang menjadi acuan pembelajaran matematika yang kontekstual. Pada dasarnya pembelajaran matematika yang
kontekstual mengacu pada konstuktivisme. Slavin 1997 : 269 menyatakan bahwa belajar menurut konstruktivisme adalah siswa sendiri yang harus aktif menemukan
dan mentransfer atau membangun pengatahuan yang akan menjadi miliknya. Dalam proses ini siswa mengecek dan menyesuaikan pengetahuan baru yang dipelajari
dengan pengehuan atau kerangka berfikir yang telah mereka miliki. Konstruktivisme beranggapan bahwa mengajar bukan merupakan kegiatan mentransfer pengetahuan
dari guru ke siswa. Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa realitas ada pada pikiran
seseorang. Manusia mengkontruksi dan menginterprestasikanya berdasarkan pengalaman Asri Budiningsih, 2005 : 60 . Kontruktivistik mengarahkan perhatianya
pada bagaimana seseorang mengkontruksi pengetahuan dari pengalamanya, struktur mental, dan keyakinan yang digunakan untuk mengunkap obyek dan peristiwa-
peristiwa. Pandangankontruktivistik mengakui bahwa pikiran adalah intrumen penting dalam mengungkap kejadian, obyek dan pandangan terhadap dunia nyata.
xlix Peranan Guru dalam belajar konstuktivistik adalah membantu agar proses
pengkontruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancer. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimiliki, melainkan membantu siswa untuk membentuk
pengetahuan sendiri Asri Budiningsih, 2005 : 59. Guru dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. Guru tidak dapat
mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan kemauannya.
Peranan kunci guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendalian, yang meliputi;
1. Menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil keputusan dan bertindak.
2. Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak, dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa.
3. Menyediakan system dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar siswa mempunyai peluang optimal untuk berlatih.
Selain konstruktivisme, pembelajaran matematika yang kontekstual juga mengacu pada teori belajar bermakna yang tergolong pada aliran psikologi belajar
kognitif. Bettye P. Smith 2006: 16 menyatakan bahwa belajar dapat dikategorikan dalam dua dimensi yaitu berhubungan dengan cara pengetahuan informasi, materi
pelajaran disajikan kepada siswa dan cara mengaitkan pengetahuan itu pada struktur kognitif
siswa yang
telah ada
atau dimiliki
siswa http:www.coe.eductlcasestudyFinal.pdf. Menurut Ausubel belajar bermakna
l adalah suatu proses mengaitkan pengetahuan baru pada pengetahuan relevan yang
telah terdapat dalam struktur kognitif siswa. Paradigma baru pendidikan menekankan bahwa proses pendidikan formal
sistem persekolahan harus memiliki cirri-ciri sebagai berikut: 1. Pendidikan lebih menekankan pada proses belajar learning dari pada
mengajar teaching 2. Pendidikan diorganosasi dalam suatu sturktur yang fleksibel
3. Pendidikan memperlakukan peserta didik sebagai individu yang memiliki karakteristik khusus dan mandiri.
4. Pendidikan merupakan proses yang berkesinambungan dan senantiasa berinteraksi dengan lingkungan.
Dari uraian di atas pengelolaan pembelajaran matematika yang kontekstual dikelola mengacu pada tujuh komponen yaitu :
1. Berfilosofi konstruktivisme 2. Mengutamakan kegiatan penemuan discovery dan menyelidiki inquiry
oleh siswa 3. Mengutamakan terjadinya kegiatan bertanya
4. Menciptakan masyarakat belajar learning community di kelas melalui komunikasi dua arah antara guru dan siswa atau antara siswa dan siswa
5. Adanya pemodelan modeling yang berarti ada contoh atau rujukan dari guru atau orang lain yang dipandang pakar.
li 6. Ada refleksi reflection yang berarti ada kesempatan untuk berfikir tentang
hal-hal yang baru saja dipelajari atau dihasilkan oleh siswa. 7. Penilaian pembelajaran autentik authentic assessment yaitu penilaian yang
berpijak pada hasil belajar nyata yang dapat dilakukan siswa sehingga mencakup penilaian terhadap kemajuan proses dan hasil belajar.
c. Karakteristik Pembelajaran Matematika yang Kontekstual