Stabilitas Marshall Quotient Hubungan Kadar Aspal dengan Karakteristik

47 Nilai flow rata-rata untuk campuran latasir kelas A pada kadar aspal 7, 7,5, 8, 8,5, 9 berturut-turut adalah 2,53 mm, 2,71 mm, 2,95 mm, 3,11 mm, 3,23 mm. Spesifikasi minimum nilai flow untuk campuran latasir kelas A adalah 2 mm dan spesifikasi maksimumnya adalah 3 mm. Gambar 4.2 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan flow rata-rata Sumber: Hasil Penelitian 2014 Gambar 4.2 menunjukkan bahwa nilai flow rata-rata yang diperoleh meningkat seiring dengan bertambahnya kadar aspal. Pada kadar aspal 8,5 dan 9, nilai flow rata-rata lebih dari batas maksimum spesifikasi. Nilai flow rata-rata yang tinggi disebabkan oleh kadar aspal yang terlalu tinggi sehingga perkerasan akan mudah mengalami perubahan bentuk.

4.8.3 Marshall Quotient

Marshall Quotient merupakan perbandingan nilai stabilitas campuran dengan flow. Semakin besar nilai Marshall Quotient, campuran yang dihasilkan akan semakin kaku sebaliknya bila semakin kecil nilainya maka campuran semakin lentur. Nilai Marshall Quotient rata-rata untuk campuran latasir kelas A pada kadar aspal 7, 7,5, 8, 8,5, 9 berturut-turut adalah 89,46 kgmm, 89,26 kgmm, 72,77 kgmm, 63,53 kgmm, 59,04 kgmm. Spesifikasi minimum nilai Marshall Quotient untuk campuran latasir kelas A adalah 80 kgmm. . . . . . . . . Fl ow Kadar Aspal Batas Mi i u Batas Maksi u Flow Rata-rata Be da Uji Be da Uji Be da Uji 48 Gambar 4.3 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan Marshall Quotient rata-rata Sumber: Hasil Penelitian 2014 Gambar 4.3 menunjukkan bahwa nilai Marshall Quotient rata-rata dari campuran dengan kadar aspal 7 sampai 9 cenderung mengalami penurunan. Untuk nilai Marshall Quotient rata-rata pada campuran dengan kadar aspal 7 dan 7,5 memenuhi spesifikasi, sedangkan Marshall Quotient rata-rata pada campuran dengan kadar aspal 8 sampai 9 tidak memenuhi spesifikasi. Nilai Marshall Quotient rata- rata yang rendah disebabkan oleh nilai stabilitas rendah dan flow yang relatif tinggi.

4.8.4 Rongga Antar Butiran Agregat VMA

Rongga antar Butiran Agregat VMA adalah rongga antar butir agregat, terdiri dari rongga udara serta aspal efektif yang dinyatakan dalam persentase volume total campuran. VMA yang terlalu besar menyebabkan campuran memiliki stabilitas yang rendah sedangkan VMA yang terlalu kecil menyebabkan campuran memiliki durabilitas rendah. Nilai VMA untuk campuran latasir kelas A pada kadar aspal 7, 7,5, 8, 8,5, 9 berturut-turut adalah 19,841, 20,117, 20,143, 20,184, 20,636. Spesifikasi minimum nilai VMA untuk campuran latasir kelas A adalah 20. . . . . . M ar sh al l Q uo tie t kg Kadar Aspal Batas Mi i u Be da Uji Be da Uji Be da Uji MQ Rata-rata 49 Gambar 4.4 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan VMA rata-rata Sumber: Hasil Penelitian 2014 Gambar 4.4 menunjukkan bahwa VMA semakin meningkat seiring dengan bertambahnya kadar aspal. Nilai VMA pada kadar aspal 7 berada di bawah spesifikasi, sedangkan untuk campuran dengan kadar aspal 7,5 sampai 9 memenuhi spesifikasi nilai VMA minimum.

4.8.5 Rongga Udara dalam Campuran VIM

Rongga Udara dalam Campuran VIM merupakan persentase rongga yang terdapat dalam campuran. Nilai VIM yang tinggi dapat menimbulkan oksidasipenuaan aspal dengan masuknya udara sehingga campuran bersifat porous, sedangkan nilai VIM yang terlalu rendah akan menimbulkan bleeding karena pada suhu yang tinggi, viskositas aspal akan menurun sesuai sifat termoplastisnya. Nilai VIM untuk campuran latasir kelas A pada kadar aspal 7, 7,5, 8, 8,5, 9 berturut-turut adalah 5,681, 4,869, 3,752, 2,207, 1,158. Spesifikasi minimum nilai VIM untuk campuran latasir kelas A adalah 3 dan spesifikasi maksimumnya adalah 6. Gambar 4.5 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan VIM rata-rata Sumber: Hasil Penelitian 2014 . . . . . . . . . . . . . VM A Kadar Aspal Batas Mi i u Be da Uji Be da Uji Be da Uji VMA Rata-rata . . . . . VI M Kadar Aspal Batas Mi i u Batas Maksi u VIM Rata-rata Be da Uji Be da Uji Be da Uji