Pengujian Titik Nyala Aspal dan Titik Bakar Aspal

44 Tabel 4.4 Hasil pengujian crumb rubber 40 mesh Jenis Pengujian Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Crumb Rubber 40 mesh 0,918 Pemeriksaan Temperatur Lembek Crumb Rubber 40 mesh 161°C Sumber : Hasil Penelitian 2014

4.3.1 Pengujian Berat Jenis Crumb Rubber 40 mesh

Pengujian berat jenis crumb rubber 40 mesh dilakukan dengan metode pengujian menggunakan piknometer seperti yang dilakukan pada pengujian berat jenis aspal. Pengujian ini dilakukan sebanyak dua kali. Dari hasil rata-rata pengujian berat jenis crumb rubber 40 mesh yang ditabulasi pada Tabel 4.4, diperoleh berat jenis rata- rata adalah 0,918. 4.3.2 Pengujian Temperatur Lembek Crumb Rubber 40 mesh Pengujian temperatur lembek crumb rubber 40 mesh dilakukan untuk mengetahui suhu pada saat crumb rubber mulai melembek. Pengujian ini dilakukan sebanyak dua kali. Dari hasil rata-rata pengujian temperatur lembek crumb rubber 40 mesh yang ditabulasi pada Tabel 4.4, diperoleh titik lembek crumb rubber adalah 161°C. 4.4 Pencampuran Agregat Setelah dilakukan pengujian terhadap material yang akan digunakan, yaitu: agregat kasar, halus, filler, aspal dan crumb rubber 40 mesh, dilanjutkan dengan proporsi agregat. Metode memproporsikan agregat yang dipakai adalah berdasarkan gradasi ideal yang telah ditentukan. Grafik gradasi campuran dapat dilihat pada Gambar 3.2. Adapun hasil proporsi yang diperoleh untuk masing-masing agregat adalah : Agregat kasar : 15 Agregat halus : 74 Filler : 11

4.5 Perhitungan Kadar Aspal Awal

Setelah proporsi masing-masing agregat diketahui, maka dilakukan perhitungan kadar aspal awal yang nantinya digunakan sebagai acuan dalam menentukan variasi kadar aspal. Adapun perhitungannya sesuai dengan persamaan 2.6 sebagai berikut : Pb = 0,035 CA + 0,045 FA + 0,18 FF + konstanta 45 Konstanta untuk latasir adalah 1,0 sampai 2,5, diambil konstanta = 2 Pb = 0,035 15 + 0,045 74 + 0,18 11 + 2 = 7,8 ≈ 8,0 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka untuk mendapatkan kadar aspal optimum, kadar aspal divariasi sebagai berikut : 7, 7,5, 8, 8,5, 9.

4.6 Rancangan Campuran Benda Uji Marshall

Setelah diperoleh komposisi agregat dan variasi kadar aspal, maka dibuat rancangan campuran benda uji pada variasi kadar aspal. Masing-masing kadar aspal dibuat tiga buah benda uji.

4.7 Karakteristik Campuran Latasir Kelas A

Dari hasil pengujian Marshall, didapatkan data berupa nilai stabilitas dan flow. Untuk mendapatkan nilai stabilitas yang sesuai, maka angka dari pembacaan dial perlu dikalibrasi dan dikoreksi terhadap tebal benda uji. Nilai Marshall Quotient, VMA, VIM dan VFB didapat dari hasil perhitungan. Tabel 4.5 Nilai karakteristik campuran latasir kelas A Karakteristik Campuran Kadar aspal Persyaratan Campuran 7 7,5 8 8,5 9 Stabilitas Kg 226,43 241,80 214,99 197,38 190,96 Min. 200 Flow mm 2,53 2,71 2,95 3,11 3,23 2,0-3,0 Marshall Quotient kgmm 89,46 89,26 72,77 63,53 59,04 Min. 80 VMA 19,841 20,117 20,143 20,184 20,636 Min. 20 VIM 5,681 4,869 3,752 2,207 1,158 3,0-6,0 VFB 71,366 75,796 81,374 89,068 94,388 Min. 75 Sumber : Hasil Penelitian 2014

4.8 Hubungan Kadar Aspal dengan Karakteristik

Setelah karakteristik campuran didapat melalui pengujian Marshall dan perhitungan, maka selanjutnya dibuat grafik hubungan antara kadar aspal dengan karakteristik yang didapat di antaranya stabilitas, flow kelelehan, Marshall Quotient, VMA, VIM dan VFB.