Indikator Niat Keluar Niat Keluar Turnover Intention

Kohesivitas kelompok yang lemah ditunjukkan dari penyelesaian pekerjaan yang dikerjakan secara individu, tidak memberi peluang kepada rekan kerja yang lain untuk meningkatkan keahlian, dan lebih mementingkan kepentingan sendiri daripada kelompok. Karyawan dengan kohesivitas yang lemah akan memiliki kemungkinan perpecahan yang tinggi dan mengarah pada turnover intention, dibandingkan dengan kelompok dengan kohesivitas yang tinggi. Kohesivitas kelompok kerja yang terjalin dalam kelompok kerja dapat menurunkan niat keluar, karena anggota kelompok menikmati interaksi satu sama lain dalam bekerja. Adanya kohesivitas kelompok kerja dapat memberikan motivasi dan semangat kerja yang tinggi kepada karyawan, dimana sesama karyawan akan saling membantu, sehingga dapat meningkatkan produktivitaskinerjanya. Dilihat dari sudut pandang tenaga kerja, kohesivitas kelompok kerja memberikan gambaran kebersamaan dalam bekerja di suatu organisasi. Bagi organisasi, kohesivitas kelompok kerja memberikan jaminan kenyamanan dalam bekerja bagi karyawan sehingga karyawan akan tidak lengah dalam bekerja Davis, 2000. Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh sebuah kerangka pemahaman bahwa kohesivitas kelompok kerja yang berjalan dengan baik merupakan suatu pedoman penting dalam oganisasi. Kohesivitas kelompok kerja akan sangat menentukan niat keluar karyawan karena adanya perasaan kebersamaan dan rasa kerja sama dalam menjalankan tugas demi tercapainya tujuan kelompok kerja Pattanayak, 2002.

2. Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Niat Keluar

Kepuasan kerja adalah suatu keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan di mana para karyawan memandang pekerjaannya Handoko, 1998, dalam Widodo, 2006: 92. Karyawan yang merasa puas terhadap pekerjaannya dan menggangap pekerjaannya sebagai sesuatu yang menyenangkan dan akan cenderung bertahan di tempat tersebut. Organisasi dengan karyawan yang lebih puas cenderung memiliki kinerja dan tingkat kehadiran yang lebih tinggi serta turnover yang lebih rendah dibandingkan dengan organisasi yang memiliki karyawan yang kurang puas Robbins, 2006:102. Fenomena yang terjadi pada karyawan PT. Tunas Subur ditemukan adanya ketidakpuasan karyawan dalam bekerja yakni ketika gaji yang diberikanditerima tidak sesuai jika dibandingkan dengan beban kerja yang di lakukan dan perlengkapan yang digunakan kurang baik, sehingga kurang nyaman dalam bekerja. Karyawan merasa bahwa sistem penggajian selama ini dirasakan kurang adil dimana apabila sesuai dengan peraturan seharusnya karyawan mempunyai masa kerja minimal 5 tahun baru dapat tunjangan masa kerja, akan tetapi untuk sekarang ini karyawan yang baru masuk juga sudah