membandingkan dirinya dengan orang lain, dan keadilan - ketidakadilan.
3 Teori dua faktor two factor theory Prinsip dari teori ini adalah bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan
merupakan dua hal yang berbeda, artinya kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan itu tidak merupakan suatu variabel yang
berkelanjutan. Herzberg membagi situasi yang memengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaannya menjadi 2 kelompok: kelompok
satisfier atau motivator dan kelompok disatisfiers atau hygiene factor.
c. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kepuasan Kerja
Menurut Hasibuan 2009 kepuasan kerja karyawan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti balas jasa yang adil dan layak, penempatan yang
tepat sesuai dengan keahlian, berat ringannya pekerjaan, suasana dan lingkungan kerja, peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan, sikap
pimpinan dalam kepemimpinannya dan sikap pekerjaan monoton atau tidak.
Sowmya dan Panchanatham 2010 menyebutkan bahwa faktor- faktor yang memengaruhi kepuasan kerja karyawan adalah:
1 Gaji, dalam hal gaji diukur dengan keadilan dalam pemberian gaji, jumlah gaji yang diterima dan kelayakan imbalan tersebut terhadap
pekerjaan. 2 Aspek organisasi, merupakan sikap yang dimiliki oleh karyawan
terhadap kondisi organisasi. Hal ini dapat diukur dengan perasaan
yang dimiliki karyawan terhadap organisasi dan perlakuan-perlakuan yang dilakukan organisasi terhadap karyawan.
3 Perilaku atasan, kemampuan sang atasan untuk menunjukkan perhatian terhadap karyawan seperti pengawasan dan penyampaian
kebijakan organisasi. 4 Pekerjaan dan kondisi kerja yang menunjukkan tingkat hingga di
mana tugas-tugas pekerjaan dianggap menarik dan memberikan peluang untuk belajar dan menerima tanggung jawab.
5 Perilaku rekan kerja yang dapat diukur dengan perilaku rekan kerja yang menyenangkan dan komunikasi antar karyawan.
Menurut Wexley dan Yulk As’ad, 1995: 105, pada dasarnya teori-teori tentang kepuasan kerja yang lazim dikenal ada tiga macam
yaitu:
1 Discrepancy Theory
Discrepancy theory yang dipelopori oleh Porter menjelaskan bahwa kepuasan kerja seseorang diukur dengan menghitung selisih
apa yang seharusnya diinginkan dengan kenyataan yang dirasakan. Kemudian Locke menerangkan bahwa kepuasan kerja seseorang
tergantung pada perbedaan antara apa yang diinginkan dengan apa yang menurut persepsinya telah diperoleh melalui pekerjaannya.
Orang akan puas apabila tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan, karena batas minimum yang
diinginkan maka orang akanmenjadi lebih puas lagi walaupun terdapat