Pengertian Niat Keluar Niat Keluar Turnover Intention

rendah dan mengurangi keterlibatannya secara psikologis dari pekerjaan yang dihadapi. 2 Alternatif mencari pekerjaan baru search for alternatives, biasanya karyawan benar-benar ingin meninggalkan pekerjaannya secara permanen. Dapat dilakukan dengan proses pencarian kerja baru, sebagai variabel antara pemikiran untuk berhenti bekerja atau keputusan aktual untuk meninggalkan pekerjaan Hom Griffeth, dalam Mueller, 2003.

d. Indikator Niat Keluar

Variabel niat keluar diukur dengan tiga indikator yang menggali informasi mengenai keinginan responden untuk mencari pekerjaan lain Mobley et, all. dalam Witasari, 2009. Indikator pengukuran tersebut terdiri atas: a. Thoughts of quitting memikirkan untuk keluar: mencerminkan individu untuk berpikir keluar dari pekerjaan atau tetap berada di lingkungan pekerjaan. b. Job search pencarian pekerjaan: mencerminkan individu berkeinginan untuk mencari pekerjaan pada organisasi lain. c. Intention to quit niat untuk keluar: mencerminkan individu berniat untuk keluar. Model Mobley et, all. tersebut lebih sesuai dengan penelitian ini yang lebih memfokuskan terhadap penarikan diri secara sukarela voluntary turnover. Diawali dengan ketidakpuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan, kemudian karyawan mulai berfikir untuk keluar dari tempat bekerjanya saat ini. Jika karyawan sudah mulai sering berfikir untuk keluar dari pekerjaannya, karyawan tersebut akan mencoba mencari pekerjaan diluar perusahaannya yang dirasa lebih baik. Kemudian karyawan berniat untuk keluar apabila telah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan nantinya akan diakhiri dengan keputusan karyawan tersebut untuk tetap tinggal atau keluar dari pekerjaannya.

e. Efek Niat Keluar

Pegawai yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, biasanya biasanya berdampak pada tingkat tanggung jawab pegawai dalam fase ini sangat kurang dibandingkan dengan sebelumnya. Pegawai yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, akan lebih malas bekerja karena orientasi pegawai ini adalah bekerja di tempat lainnya yang dipandang lebih mampu memenuhi semua keinginan pegawai bersangkutan. Berbagai pelanggaran terhadap tata tertib dalam lingkungan pekerjaan sering dilakukan pegawai yang akan melakukan turnover. Pegawai lebih sering meninggalkan tempat kerja ketika jam-jam kerja berlangsung, maupun berbagai bentuk pelanggaran lainnya. Pegawai yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, lebih sering melakukan protes terhadap kebijakan-kebijakan perusahaan kepada atasan. Materi protes yang ditekankan biasanya berhubungan dengan balas jasa atau aturan lain yang tidak sependapat dengan keinginan pegawai.

B. Penelitian yang Relevan

1. Fitri 2013 melakukan penelitian tentang “Pengaruh kohesivitas kelompok terhadap niat keluar karyawan PT Funitur Sejati Bantul ”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan kohesivitas kelompok terhadap niat keluar karyawan PT Funiture Sejati Bantul. 2. Penelitian Haura 2012 dengan judul “Pengaruh Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja terhadap Turnover Intention pada PT Mebel Abadi Jepara ”. Hasil penelitian ini adalah menyatakan bahwa motivasi kerja dan kepuasan kerja berpengaruh negatif signifikan terhadap turnover intention. 3. Pepe 2010 melakukan penelitian tentang “The Impact of Extrinsic Motivational Dissatisfiers on Employee Level of Job Satisfaction and Commitment Resulting In The Intent to Turnover ”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya kepuasan kerja dan komitmen organisasi secara signifikan menurunkan niat keluar karyawan untuk meninggalkan pekerjaan.

C. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh Kohesivitas Kelompok terhadap Niat Keluar

Kelompok kerja merupakan bagian dari kehidupan organisasi, dengan kata lain bahwa kelompok kerja merupakan sebuah organisasi kecil dari suatu organisasi besar. Kelompok kerja memang keberadaannya dibutuhkan oleh organisasi besar, demi pencapaian tujuan organisasi. Hal ini dapat dipahami mengingat organisasi apapun juga bentuk dan macamnya pasti mempunyai tujuan tertentu yang dalam proses pencapaiannya tidak dilakukan oleh satu orang, akan tetapi dicapai oleh beberapa orang atau banyak orang. Dengan demikian keberadaan kelompok kerja memang dibutuhkan oleh organisasi Yuwono, 2005. Salah satu dorongan karyawan untuk bertahan dalam suatu kelompok kerja pada suatu organisasi adalah karena adanya kohesivitas dalam kelompok kerja. Sudah menjadi sifat dasar manusia berinteraksi dan saling membantu satu sama lain, karena itulah karyawan menginginkan kebersamaan dalam bekerja di organisasi Jackson, 2006. Untuk memenuhi kebutuhan karyawan ini, perusahaan perlu memperhatikan tingkah laku karyawan. Bila masing- masing karyawan melakukan pekerjaan dengan rasa kebersamaan maka akan menghasilkan produktivitas yang tinggi dan karyawan akan lebih nyaman dalam bekerja Jewell, 1999. Dalam lingkungan kerja pada karyawan PT. Tunas Subur ditemukan adanya kohesivitas kelompok yang lemah, sehingga secara tidak langsung dapat memberikan pengaruh terhadap turnover intention. Karyawan baru merasakan adanya ketidaknyamanan saat bergabung dan berinteraksi dalam rekan kerja yang lain, sehingga karyawan baru merasa bahwa dirinya tidak disukai dan tidak diterima.